وفي آخر باب الايمان من ارشاد العباد الي سبيل الرشاد ما نصه : (وحكى) ايضا فيه عن الشيخ ابى زيد القرطبى ، قال سمعت فى بعض الآثار ان من قال لا اله الا الله سبعين الف مرة كانت له فداء من النار ، فعملت على ذلك رجاء بركة الوعد ، فعملت منها لاهلى ، وعملت منها اعمالا ادخرتها لنفسى
Di dalam "Irsyadul Ibad Ila Sabilir Rosyad" pada ahir bab Iman disebutkan: (Dan dikisahkan) juga tentang keutamaan kalimat "Laa Ilaaha Ilallooh" dari Syaikh Abi Zaid Al Qurtubi. Beliau berkata: "Saya mendengar salah satu atsar - yang bersumber dari shohabat- bahwa barangsiapa yang mengucapkan kalimat "Laa Ilaaha Illallooh" sebanyak 70.000 kali maka kalimat tersebut menjadi tebusan baginya dari neraka. Maka saya melakukan pembacaan tersebut karena mengharap keberkahan yang dikatakan, saya melakukan itu untuk istri saya dan melakukan itu untuk simpanan saya pribadi.
وكان اذ ذاك يبيت معنا شاب يقال انه يكاشف فى بعض الاوقات بالجنة والنار ، وكانت الجماعة ترى له فضلا على صغر سنه ، وكان فى قلبى منه شيء ، فاتفق ان استد عانا بعض الاخوان الى منزله ، فنحن نتناول الطعام والشاب معنا ، اذ اصاح صيحة منكرة واجتمع فى نفسه وهو يقول
Pada saat saya mengamalkan amakan tersebut, ada seorang pemuda yang ikut singgah di rumah, dikatakan bahwa pemuda itu mendapat anugerah kasyaf (terbuka penglihatan bathinnya) kasyaf terhadap sebagian kejadian yang ada di sorga dan di neraka. Banyak orang yang menyaksikan keutamaan pemuda itu sejak masa kecil kehidupannya. Dan ada sesuatu dalam hati saya berkenaan dengan pemuda tersebut. Kebetulan pada suatu kesempatan sebagian teman-teman mengajak untuk berkunjung ke tempat tinggal pemuda itu. Kami mendapat suguhan makanan dan si pemuda itu ada bersama kami, dan tiba-tiba ia menjerit dengan jeritan yang sangat seperti ada sesuatu yang ia sangat tidak suka akan hal itu. Dan ia berusaha menenangkan dirinya dan berkata:
يا عم هذه امى فى النار ، وهو يصيح بصياح عظيم لا يشك من سمعه انه عن امر ، فلما رايت ما به من الانزعاج ، قلت فى نفسى اليوم اجرب صدقه ، فالهمنى الله السبعين الفا ، ولم يطلع على ذلك احد الا الله ، فقلت فى نفسى : الأثر حق والذين رووه صادقون ، اللهم ان السبعين الفا فداء هذه المرءة هذا الشب
Wahai paman, ibuku sekarang ini ada di neraka. Dia menjerit dengan jeritan yang sangat, yang bagi siapapun mendengarnya akan berpikir bahwa sangat besar perkara yang menimpanya.
Maka tatkala saya melihat keadaan pemuda itu dari apa yang dialaminya, maka saya berkata dalam hatiku: "Hari ini saya akan mencoba kebenaran pemuda itu benar apa tidak kejadian yang menimpanya", maka Alloh memberikan saya ilham tentang 70.000 bacaan Tahlil yang telah saya baca dan tidak ada seorangpun yang mengetahuinya kecuali Alloh.
Saya berkata dalam hati bahwa perkataan shohabat (atsar) atas Tahlil 70.000 adalah benar. Dan orang-orang yang meriwayatkan adalah shodiqun (orang-orang yang benar, baik dan bersungguh-sungguh dalam menghamba kepada Allah), maka saya berdoa dalam hati:
اللهم ان السبعين الفا فداء هذه المرءة هذا الشب
"Ya Alloh sesungguhnya 70.000 bacaan Laa Ilaha Illalloh yang telah saya baca sebelumnya, jadikanlah tebusan bebas dari neraka bagi wanita (ibu) dari pemuda ini.
فما استتممت الخاطر فى نفسى الا ان قال يا عم ها هى اخرجت الحمد لله (هكذا كما في ارشاد العباد الي سبيل الرشاد وانظر ايضا المستطرف في كل فن مستظرف - ج ١ / ص ٤٨٣ شهاب الدين محمد بن أحمد أبي الفتح الأبشيهي دار الكتب العلمية - بيروت ، وانظر ايضا فيض القدير ٦ / ١٨٨ وفتوحات المكية ج ٤ ص ٤٧٤) . اهـ
Belum selesai saya berkata di dalam hati, pemuda itu berkata: "Wahai paman ibu telah dikeluarkan dari neraka. Alhamdulillah (Segala puji bagi Allah)".
Penjelasan tambahan:
الشيخ أبي زيد القرطبي (وليس هو الشيخ شمس الدين أبو عبد الله محمد بن أحمد بن أبي بكر بن فرح الأنصاري الخزرجي القرطبي المتوفى : ٦٧١ هـ ولكن وجدت ترجمته في الوافي بالوفيات ؛ الاعلام : ٣١٧ ص ٢٦٠ ما نصه : وهو الوزير ابو زيد خالد بن هاشم القرطبي ، وَزِر قليلا للمؤيد بالله (المؤيد بالله : هشام بن الحكم بن عبد الرحمن الناصر بن محمد ؛ حكم الاندلس من عام ٣٦٦ حتي خلع عام ٣٩٩ هـ) ، وسمع الحديث وتوفي سنة تسع وستين وثلاثمائة). اهـ
Syekh Abu Zaid al-Qurtubiy (beliau ini bukanlah Syekh Syamsuddin Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad bin Abu Bakr bin Farh al-Anshoriy al-Khozrojiy al-Qurtubi yang terkenal sebagai Imam Qurtubi pengarang Tafsir Qurtubiy yang wafat pada tahun 671 H. Tetapi yang dimaksud "Syekh Abu Zaid al-Qurtubiy" menurut kitab al-Wafiy bil Wafiyyat h. 260, beliau adalah al-Wazir Abu Zaid Kzolid bin Hisyam al-Qurtubiy yang menjadi wazir di masa al-Muayyadu Billah Hisyam bin al-Hakam bin Abdur Rohman an-Nashir bin Muhammad yang berkuasa di Andalusia / spanyol dari tahun 366 H sampai 399 H). Beliau termasuk ulama' yang masuk jalur periwayatan hadits dan meninggal di tahun 369 H. Wallahu a'lam.
Pertanyaan:
1. Apakah dzikr fida' tersebut harus satu majlis atau kah boleh dibaca beberapa kali?
2. Istilah satu majlis sebenarnya seperti apa?
3. Bolehkan fida' tanpa berwudlu? Jika ada kesempatan, bisa langsung baca.
4. Adakah faidah yang tersembunyi dari hitungan fida' memakai batu kecil lalu batu itu ditaruh di atas kubur seseorang?
5. Adakah sumber amalan ini? Apakah dari hadits atau dari atsar sebagaimana disampaikan di atas (kitab Irsyadul 'Ibad) atau dari sumber yang lain.
وَاَيْضًا قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَنْ قَالَ لاَاِلهَ اِلاَّ اللهُ أَحَدًا وَسَبْعِيْنَ اَلْفًا اِشْتَرَى بِهِ نَفْسَهُ مِنَ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ ، رَوَاهُ اَبُوْ سَعِيْدٍ وَعَائِشَةٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا ، وَكَذَا لَوْ فَعَلَهُ لِغَيْرِهِ ، أَقُوْلُ : وَلَعَلَّ هَذَا الْحَدِيْثَ مُسْتَنَدُ السَّادَةِ الصُّوْفِيَّةِ فىِ تَسْمِيَّةِ الذِّكْرِ كَلِمَةَ التَّوْحِيْدِ بِهَذَا اْلعَدَدِ عَتَاقَةً جَلاَلِيَّةً ، وَاشْتَهَرَتْ فىِ ذَلِكَ حِكَايَةٌ ذَكَرَهَا الشَّيْخُ اْلاَكْبَرُ عَنِ اْلاِمَامِ أَبِي اْلعَبَّاسِ اْلقُطْبِ اْلقَسْطَلاَنِى نَقْلاً عَنِ الشَّيْخِ أَبِي الرَّبِيْعِ الْمَالِكِى دَالَّةً عَلىَ صِدْقِ هَذَا الْخَبَرِ بِطَرِيْقِ اْلكَشْفِ . هكذا كما في خزينة الاسرار ص : ١٨٨ . اهـ
Di dalam Kitab Khozinatul Asror, h. 188 terdapat sebuah riwayat bahwa Barangsiapa yang membaca kalimat "Laa Ilaaha Illallah" sebanyak 71.000, maka dia telah memperoleh kemerdekaan dirinya sendiri (selamat dari api neraka) dari Allah Azza wa Jalla". Riwayat Abu Sa’id dan ‘Aisyah Radliyallohu 'Anhuma dan begitu juga kalau dia melakukan untuk orang lain.
Aku berkata: Mungkin riwayat ini adalah sebagai sandaran dasar para Ulama’ Shufi untuk menamakan dzikir dengan kalimat tauhid dengan jumlah hitungan tersebut dengan nama ‘Ataqoh Jalaliyyah. Dan ada hikayat yang masyhur yang dituturkan oleh Syaikhul Akbar, dari Imam Abil Abbas al-Qutbil Qostholani, dari Syaikh Abir Robi’ al-Maliki untuk menunjukkan kebenarannya melalui jalur periwayatan secara kasyaf (Ilmu khusus untuk para Wali Allah).
Imam al-'Allamah Muhammad at-Thohir bin al-Hasan al-Kittaniy (wa fil qoul: al-Kattaniy) di dalam kitab beliau "Matholi'us Sa'adah Fiqtironi Kalimatayis Syahadah" h. 166 menyebutkan (kurang lebih artinya):
ثم بعد كتب هذا وقفت على سؤال رُفع لشيخ الإسلام ، وعالم الأعلام ، خاتمة الجهابذة المحققين ؛ أبي حامد سيدي العربي ابن الشيخ أبي المحاسن سيدي يوسف الفاسي ، عن مسائل من الفدية : كم عددها ؟ ، وهل الحديث فيها صحيحٌ أم لا ؟ ، وهل يُزاد قولنا : محمدٌ رسول الله أو لا يزاد ؟
Setelah menulis ini, saya terhenti karena adanya pertanyaan yang diangkat, yaitu kepunyaan Syekh Abu Hamid al-'Arobiy Ibnis Syekh Abil Makhasin Yusuf al-Fasiy tentang masalah "Fida`" atau "Fidyah": Berapa bilangan bacaannya? Apakah hadits yang meriwayatkan di dalam hal itu shohih atau tidak? Dan apakah ditambah "Muhammadur Rasulullah" di akhirnya atau tidak?
فأجاب بما ملخصه : إن المشهور المعروف في عدد فدية لا إله إلا الله أنه : سبعون ألفا ، وهو المذكور فيما يقال إنه حديثٌ ، وإن الأحاديث المذكورة في الفدية لم يصح شيء منها عند الحفّاظ ، لكن بعضها حكموا عليه بأنه موضوعٌ مكذوب ، كالذي يذكر في فدية لا إله إلا الله ؛ فقد سئل عنه شيخ الإسلام ابن حجر فقال : هو باطل موضوع ، لا تحل روايته إلا مقروناً ببيان حاله . وبعضها حكموا عليه بغاية الضعف . اهـ
Sesungguhnya yang masyhur dan telah diketahui orang banyak bahwa bilangan bacaan "Laa ilaaha illalloh" untuk fida' adalah 70.000 yang disebutkan di dalam sebuah riwayat yang katanya adalah hadits, sesungguhnya hadits-hadits tersebut tidaklah shohih menurut para Huffadz (Ahli Hadits) dan bahkan sebagian dari mereka menetapkannya sebagai hadist palsu dan dusta seperti yang disebutkan di dalam hal fida' melalui bacaan "Laa ilaaha illalloh", karena Syeikhul Islam Ibnu Hajar berkata: "Hadits tersebut adalah hadits bathil dan palsu, dan tidak boleh meriwayatkannya kecuali harus disertai penjelasan status hadits itu (yaitu bathil dan palsu). Dan sebagian dari mereka menetapkannya ke dalam hadits yang sangat lemah sekali.
قال الشيخ أبو عبد الله الموّاق : وقد شهد الشرع شهادة في غاية الوضوح والثبوت بفضل لا إله إلا الله محمد رسول الله ، وإذا كان قولها مرةً واحدةً ينجي من النار بفضل الله تعالى ؛ فما بالك بسبعين ألفا ؟ فلذلك قال نجم الدين الغيطي بعد أن ذكر أن حديث الهيللة موضوع : ينبغي للشخص أن يفعلها اقتداءً بالسادة ، وامتثالاً لقول من أوصى بها ، وتبركاً بأفعالهم . اهـ
Syekh Abu Abdullah al-Mawwaq berkata: Dan sungguh syara' telah menyaksikan dengan persaksian yang benar-benar jelas dan tetap akan keutamaan "Laa ilaaha illallah, Muhammadur Rosulullah". Dan jika ada yang mengucapkan sekali saja bisa menyelamatkannya dari api neraka dengan fadlol dari Allah, maka bagaimana dengan 70 ribu (bacaan tahlil)? Oleh karena itu Syekh Najmuddin al-Goithiy setelah mengetengahkan hadits "hailalah" (bacaan tahlil dengan bilangan tersebut) yang palsu, (beliau berkata): seyogyanya seseorang (diantara kalian) mengamalkannya dengan niatan mengikuti para Saadah (ulama Allah yang terpilih), dan meniru amalan tersebut dari orang yang telah diberi nasehat (ijazah) tentangnya dan mengharap berkah Allah lantaran perbuatan (amalan) para beliau semua.
وقد ذكر الشيخ أبو عبد الله ابن ثابت في شرحه لكفايته ؛ أنه : استحب الأيمة هذا العدد الذي هو سبعون ألفاً من التهليل ، وحضوا عليه . وأما قولنا : محمد رسول الله ، فمن آكد ما يحافَظ عليه ، وكثيرا ما يقتصر من يتكلم على هذه الفدية على ذكر : لا إله إلا الله ، حتى أجاب شيخنا الإمام أبو عبد الله القصّار - رحمه الله تعالى - هل لا بد أن يزيد الذاكر لفظ : محمد رسول الله ، أو لا يزيده إلا على وجه الكمال ؛ بأن ابن ثابت اقتصر على التهليل على ظاهر الحديث المذكور في ذلك ، ولا شك أن الذي يزيد : محمد رسول الله صلى الله عليه وسلم ، أفضل بكثير ، الي آخره . اهـ
Dan Syekh Abu Abdillah Ibni Tsabit di dalam syarahnya terhadap kitab al-Kifayah karya beliau bahwa sesungguhnya para Imam (Ulama) menyukai bilangan ini yaitu bacaan 70.000 tahlil dan mereka "(حَضُّوْا)" mendorong / menganjurkan (mengamalkan)nya. Dan adapun pengucapan "Muhammadur Rosulullah", maka diantara penguat terhadap amalan yang telah dilestarikan tersebut dan banyaknya pembicaraan terkait dzikir fida' "Laa ilaaha illah" sehingga al-Imam Abu Abdillah al-Qosh'shor rahimahullah menjawab: "Apakah penambahan "Muhammadur Rosulullah" setelah pembacaan "Laa ilaaha illah" itu harus atau tidak? Ataukah penambahan tersebut hanya dari segi kesempurnaannya (saja), karena sesungguhnya al-Imam Ibnu Tsabit merasa cukup terhadap makna dhohir riwayat amalan tersebut. Dan tidak diragukan lagi bahwa menambahkan "Muhammadur Rosulullah ﷺ" lebih banyak keutamaannya.
وقد سئل الشيخ أبو زكريا يحيى بن محمد السرّاج - رحمه الله - هل يشترط في الفدية أن تكون في يوم ، وهل يأتي بكمال الشهادتين ؟ فأجاب بأنه : لا يشترط أن تكون في يوم أو في يومين ، ويكمل الشهادتين . اهـ كلام سيدي العربي الفاسي باختصار كثير ، ونحوه لولد أخيه العلامة سيدي عبد القادر الفاسي حسبما في نوازله الكبرى . وانظر أجوبة العلماء في مسألة الفدية هذه ؛ كالعارف الفاسي ، والعلامة اليوسي ، والشيخ المسناوي وغيرهم . اهـ
Syekh Abu Zakariya Yahya bin Muhammad as-Siroj pernah ditanya, Apakah fidyah tersebut disyaratkan dalam sehari selesai? Dan apakah bacaan Tahlil tersebut, di ahirnya, ada syarat untuk disempurnakan dengan "Muhammadur Rasulullah"? Beliau menjawab bahwa bacaan fidyah tersebut tidak disyaratkan selesai sehari atau dua hari, dan (seyogyanya) dia menyempurnakan bacaan fida'nya dengan "Muhammadur Rasulullah".
قال (الامام) ابْنُ الْعَرَبِيِّ : أُوصِيك بِالْمُحَافَظَةِ عَلَى شِرَاءِ نَفْسِك مِنْ اللَّهِ تَعَالَى بِأَنْ تَقُولَ ﴿لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ﴾ سَبْعِينَ أَلْفًا ، فَإِنَّ اللَّهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى يَعْتِقُك وَيَعْتِقُ مَنْ تَقُولُهَا عَنْهُ مِنْ النَّارِ ، وَرَدَ بِهِ خَبَرٌ نَبَوِيٌّ . (فيض القدير للمناوي – ج ٦ / ص ٢٤٥ ، ومنح الجليل شرح مختصر خليل لخليل بن اسحاق – ج ١٦ / ص ١٧٢) . اهـ
Imam Ibnul Arabi berkata: Saya berwasiat kepadamu untuk terus "memerdekakan dirimu" dari Allah (membebaskan dirimu dari neraka) dengan mengucapkan La ilaha illa Allahu, 70.000 kali, maka Allah akan membebaskanmu dan orang yang kau bacakan kalimat tersebut untuknya dari neraka, sebagaimana disampaikan dalam sebuah khabar kenabian." (Faidl al-Qadir 6/245 dan Minah al-Jalil, 16/172).
قَالَ الرَّهُونِيُّ وَالتَّهْلِيلُ الَّذِي قَالَ فِيهِ الْقَرَافِيُّ يَنْبَغِي أَنْ يُعْمَلَ هُوَ فِدْيَةُ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ سَبْعِينَ أَلْفِ مَرَّةٍ حَسْبَمَا ذَكَرَهُ السَّنُوسِيُّ وَغَيْرُهُ هَذَا الَّذِي فَهِمَهُ مِنْهُ الْأَئِمَّةُ ، (أنوار البروق في أنواع الفروق - ج ٦ ص ١٠٥) . اهـ
Imam ar-Rahuni berkata: Tahlil yang dikatakan oleh Imam al-Qarafi yang dianjurkan untuk diamalkan adalah fidyah La ilaha illa Allahu, sebanyak 70.000 kali, terlebih hal tersebut telah disebutkan oleh Imam as-Sanusi dan lainnya. Inilah yang difahami oleh para Imam". (Anwarul Buruq Fi Anwa'il Furuq 6/105).
وَسُئِلَ عَمَّنْ هَلَّلَ سَبْعِينَ أَلْفَ مَرَّةٍ وَأَهْدَاهُ لِلْمَيِّتِ يَكُونُ بَرَاءَةً لِلْمَيِّتِ مِنْ النَّارِ حَدِيثٌ صَحِيحٌ ؟ أَمْ لَا ؟ وَإِذَا هَلَّلَ الْإِنْسَانُ وَأَهْدَاهُ إلَى الْمَيِّتِ يَصِلُ إلَيْهِ ثَوَابُهُ أَمْ لَا ؟ الْجَوَابُ فَأَجَابَ : إذَا هَلَّلَ الْإِنْسَانُ هَكَذَا : سَبْعُونَ أَلْفًا أَوْ أَقَلَّ أَوْ أَكْثَرَ ، وَأُهْدِيَتْ إلَيْهِ نَفَعَهُ اللَّهُ بِذَلِكَ وَلَيْسَ هَذَا حَدِيثًا صَحِيحًا وَلَا ضَعِيفًا . وَاَللَّهُ أَعْلَمُ . (مجموع فتاوى ابن تيمية – ج ٥ ص ٤٧١) . اهـ
Imam Ibnu Taimiyah ditanya tentang orang yang Tahlil 70.000 kali dan menghadiahkan kepada orang yang meninggal untuk membebaskannya dari neraka. Apakah ini hadis sahih? Dan jika seseorang membaca Tahlil dan menghadiahkan kepada orang yang meninggal, apakah pahalanya sampai atau tidak? Imam Ibnu Taimiyah menjawab: Jika seseorang membaca Tahlil 70.000 kali, kurang atau lebih dan dihadiahkan kepada orang yang meninggal tersebut, maka Allah akan memberi manfaat kepadanya dengan Tahlil tersebut. Ini bukan hadis sahih dan juga bukan hadits dlaif. (Majmu’ al-Fatawa 5/471)
وفي تحفة المحتاج في شرح المنهاج ؛ حواشي الشرواني والعبادي ج ٦ ص ١٥٨ ما نصه : وَأُلْحِقَ بِهَا الِاسْتِئْجَارُ لِمَحْضِ الذِّكْرِ وَالدُّعَاءِ عَقِبَهُ وَمَا اُعْتِيدَ فِي الدُّعَاءِ بَعْدَهَا مِنْ جَعْلِ ثَوَابِ ذَلِكَ أَوْ مِثْلِهِ مُقَدَّمًا إلَى حَضْرَتِهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - أَوْ زِيَادَةً فِي شَرَفِهِ بِالدُّعَاءِ لَهُ أَوْ جَعَلَ أَجْرَ قِرَاءَتِهِ لَهُ أَمْ لَا ، فَتَعُودُ مَنْفَعَةُ الْقِرَاءَةِ إلَى الْمَيِّتِ فِي ذَلِكَ ، وَلِأَنَّ الدُّعَاءَ يَلْحَقُهُ وَهُوَ بَعْدَهَا أَقْرَبُ إجَابَةً وَأَكْثَرُ بَرَكَةً وَلِأَنَّهُ إذَا جَعَلَ أَجْرَهُ الْحَاصِلَ بِقِرَاءَتِهِ لِلْمَيِّتِ فَهُوَ دُعَاءٌ بِحُصُولِ الْأَجْرِ لَهُ فَيَنْتَفِعُ بِهِ . (شرح : قَوْلُهُ لِمَحْضِ الذِّكْرِ) أَيْ كَالتَّهْلِيلِ سَبْعِينَ أَلْفَ مَرَّةٍ الْمَشْهُورُ بِالْعَتَاقَةِ الصُّغْرَى . اهـ فَالْحَاصِلُ صِحَّةُ الْإِجَارَةِ فِي أَرْبَعِ صُوَرٍ الْقِرَاءَةُ عِنْدَ الْقَبْرِ وَالْقِرَاءَةُ عِنْدَهُ لَكِنْ مَعَ الدُّعَاءِ عَقِبَهَا وَالْقِرَاءَةُ بِحَضْرَةِ الْمُسْتَأْجِرِ وَالْقِرَاءَةُ مَعَ ذِكْرِهِ فِي الْقَلْبِ . اهـ
Di dalam 2 Hasyiyah Imam Syarwani dan Imam 'Ibadiy juz 6 h. 158 disebutkan keterkaitan hukum membayar orang "(لمحض الذكر)" dalam hal dzikir dan do'a sesudahnya, serta apa yang terkait do'a kepada Allah dalam hal penyampaian pahala bacaan kepada orang yang meninggal yang didahului do'a penyampaian pahalanya kepada Rasulullah dan do'a mohon ditambahnya kemuliaan Rasulullah, maka bacaan dikir tersebut manfaatnya akan sampai kepada orang yang meninggal yang dimaksud. Terlebih lagi didahului do'a penyampaian pahala dikir kepada Rasulullah, karena hal itu menjadikan do'a ijabah dan lebih banyak keberkahannya serta lebih cepat sampainya do'a kepada orang yang meninggal jika diikutkan di dalam do'a kepada Kekasih Allah teragung. Dan maksud ucapan "(لمحض الذكر)" adalah seperti Tahlil 70.000 kali yang populer dengan sebutan "`Ataqotus Sugro". Kesimpulannya adalah kebolehan mengupah seseorang dalam mendo'akan dan berdzikir yang pahalanya untuk orang yang telah meninggal termasuk dzikir fida' atau fidyah atau 'Ataqotus Sugro yaitu bacaan 70 ribu "Laa ilaaha illa Allah".
وفي تحفة المحتاج في شرح المنهاج ؛ حواشي الشرواني والعبادي ج ٦ ص ١٥٨ ما نصه ايضا : (فَائِدَةٌ) وَقَعَ السُّؤَالُ عَمَّا يَقَعُ مِنْ الدَّاعِينَ عَقِبَ الْخَتَمَاتِ مِنْ قَوْلِهِمْ اجْعَلْ اللَّهُمَّ ثَوَابَ مَا قَرَأْت زِيَادَةً فِي شَرَفِهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - ثُمَّ يَقُولُ وَاجْعَلْ مِثْلَ ثَوَابِ ذَلِكَ وَأَضْعَافَ أَمْثَالِهِ إلَى رُوحِ فُلَانٍ أَوْ فِي صَحِيفَتَهُ أَوْ نَحْوَ ذَلِكَ هَلْ يَجُوزُ أَمْ يَمْتَنِعُ لِمَا فِيهِ مِنْ إشْعَارِ تَعْظِيمِ الْمَدْعُوِّ لَهُ بِذَلِكَ حَيْثُ اعْتَنَى بِهِ فَدَعَا لَهُ بِأَضْعَافِ مَا دَعَا بِهِ لِلرَّسُولِ ﷺ ؟ أَقُولُ الظَّاهِرُ الْجَوَازُ ؛ لِأَنَّ الدَّاعِيَ لَمْ يَقْصِدْ بِذَلِكَ تَعْظِيمًا لِغَيْرِهِ عَلَيْهِ ﷺ ، بَلْ كَلَامُهُ مَحْمُولٌ عَلَى إظْهَارِ احْتِيَاجِ غَيْرِهِ لِرَحْمَتِهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى فَاعْتِنَاؤُهُ بِهِ لِلِاحْتِيَاجِ الْمَذْكُورِ وَلِلْإِشَارَةِ إلَى أَنَّهُ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - لِقُرْبِ مَكَانَتِهِ مِنْ اللَّهِ تَعَالَى الْإِجَابَةُ بِالنِّسْبَةِ لَهُ مُحَقَّقَةٌ وَغَيْرُهُ لِبُعْدِ رُتْبَتِهِ عَمَّا أُعْطِيَهُ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - لَا تَتَحَقَّقُ الْإِجَابَةُ لَهُ ، بَلْ قَدْ لَا تَكُونُ مَظْنُونَةً فَنَاسَبَ تَأْكِيدَ الدُّعَاءِ لَهُ وَتَكْرِيرَ رَجَاءِ الْإِجَابَةِ . اهـ
Wallahu a'lam.