Habib Alawiy bin Ahmad bin Hasan bin al-Quthub Habib Abdullah bin Alawiy al-Haddad Ba'alawiy berkata di dalam kitab syarah beliau atas Rotib al-Haddad pada h. 331 sebagai berikut: Beliau berkata di dalam Bahjatul Fawa'id bahwa Shohibur Rotib al-Quthub Habib Abdullah al-Haddad berkata: "Ratib yang kami biasakan ba'da Isya' akhir akan menjaga balad (negeri) yang di dalamnya dibacakan Rotib tersebut". Seorang murid yang bersungguh-sungguh sebaiknya membaca ratib ini, terlebih ketika penyusun Ratib ini merupakan perantara baginya menuju Allah Ta’ala. Membaca Ratibul Haddad ini setelah shalat isya’ dan subuh adalah cara membaca yang paling sempurna. (Di dalam al-Imdad Bisyarkhi Rotibil Haddad h. 55 terdapat tambahan: "Namun membaca Ratib ini satu kali dalam sehari semalam dianggap cukup, yang paling utama dilakukan setelah melaksanakan shalat isya’. Sedangkan di bulan Ramadhan, membaca Ratib ini didahulukan dari pelaksanaan shalat isya’). Dan (sebaiknya) murid tersebut menghadirkan hati dan merasa bahwa ia sedang di hadapan Rabnya Yang Maha Luhur dan memulainya dengan al-Fatihah dan mengakhirinya dengan "Jalalah". Dan jika bacaan "Jalalah" tersebut mencapai seribu kali maka hal itu bagus dan "laa budda" muncul baginya sesuatu dari cahaya-cahaya malakut."
| |
Di dalam Dakzirotul Ma'ad Bisyarkhi Ratibil Quthbil Haddad karya Syekh Abdullah bin Ahmad Basudan h. 178 sebagai berikut: "Bacaan "Laa ilaaha illallooh" dengan (dibaca) 2x tahlil dalam satu nafas, paling sedikit 25x (cara baca seperti itu) tanpa kurang sehingga sempurna dengan cara membaca seperti itu 50 tahlil tanpa kurang", demikian keterangan dari Guru yang mengumpulkannya (yaitu Habib Abdullah al-Haddad), semoga Allah meridloi beliau.
| |
Di dalam Syarah Habib Alawiy bin Ahmad atas Ratibil Haddad h. 331 sebagai berikut: Sayyiduna Syihabuddin Ahmad bin Zain al-Habsyi di dalam kitab Syarkhul Washiyyah berkata: "Dan sungguh sebagian Muhibbin telah mencobanya yang demikian itu, maka terlihat jelas baginya dan atasnya cahaya-cahaya Allah Ta'ala."
| |
Dan di dalam kitab Tatsbitul Fu'adiy Bidzikri Kalamil Quthbil Habibil Haddadi; Dan beliau al-Quthbul Haddad Radliyallohu 'anh berkata: "Kami wasiatkan untuk kalian untuk membaca "Laa ilaaha illallooh" di setiap waktu, terutama ketika tertimpa kesusahan, syawagil (sibuk dengan duniawi, gelisah, lalai) dan sempitnya ma'isyah (perolehan untuk memenuhi kebutuhan hidup), maka memperbanyak membacanya itu meluaskan rizki dan pembawaan wirid tersebut adalah "Ruthubah" (menyejukkan) sehingga berhasil baginya bisa tidur (istirahat yang menenangkan)."
| |
Dan di dalam kitab "Jami'ul Usul Fil Auliya`" disebutkan bahwa barang siapa membaca "Laa ilaaha illallooh" 1000x dalam keadaan suci (berwudlu) di waktu pagi setiap hari, maka Allah akan mempermudah baginya berbagai sebab-sebab (datangnya) rizqi (baik lahir maupun bathin). Barang siapa membacanya 1000x (dalam keadaan suci) ketika akan tidur, maka bermalamlah ruhnya di bawah arsy (kerajaan Allah). Barang siapa membacanya (1000x dalam keadaan suci) ketika matahari sedang panas-panasnya, maka menjadi lemahlah syetan terhadap dirinya. Barang siapa membacanya (1000x dalam keadaan suci) ketika ru'yatul hilal / malam pertama di awal bulan qomariyah, maka ia aman dari berbagai (atau bahkan mungkin semua) penyakit fisik. Barang siapa membacanya (1000x dalam keadaan suci) ketika memasuki suatu kota, maka ia aman dari fitnah kota (dan dari fitnah semua isi kota) tersebut. Barang siapa membacanya (1000x dalam keadaan suci) dengan memusatkan pikirannya dan mengirimkannya kepada orang dzolim atau jahat, maka (dan seterusnya. Dan memaafkan adalah lebih baik). Barang siapa membacanya (1000x dalam keadaan suci) dengan maksud ingin melihat ulwiyyat, maka ia akan dibukakan dari ghoibi ma qoshoda. Dan bacaan dzikir "Laa ilaaha illallah" mempunyai khasiat-khasiat / kekhususan yang sangat banyak.
| |
Di dalam kitab "Abwabul Faroj" h. 106-107 Dar Hai'atus Shof'wah disebutkan diantara faidah-faidah melazimkan berdzikir "Laa ilaaha illallah" adalah:
Dengan berdzikir "Laa ilaaha illallah" tetaplah iman, dengan berdzikir "Laa ilaaha illallah" wujudlah aman.
| |
Ulang-ulangilah duhai insan, "Laa ilaaha illallah".
| |
Peng'ulang-ulangan (bacaan) "Laa ilaaha illallah" atas sesuatu, maka (bisa) mempercantik, menghiasi dan memaniskan sesuatu itu, (dan jika) atas sesuatu (yang lain), maka (bisa membuat) cantik / indah / bagus wajahnya, (dan jika) atas sesuatu (yang lain lagi), maka (bisa) mengangkat (derajatnya).
| |
(Bisa) mendekatkan hamba kepada Maulahu (Rab-nya), yaitu dengan dzikir "Laa ilaaha illallah".
| |
Sungguh telah datang kepadaku "Akzbar" (berbagai kabar) dari Sang Nabi yang terpilih.
| |
Bahwa sesungguhnya dzikir yang paling utama adalah "Laa ilaaha illallah".
| |
Yang mengumpulkan ma'na Tauhid, dan yang menunjukkannya (murni) tanpa embel-embel (tambahan apapun).
| |
Ulang-ulangilah wahai murid, dzikir "Laa ilaaha illallah".
| |
Orang yang berdzikir dengannya tidak akan celaka, dan tidak akan terkena perpecahan / perpisahan.
| |
Karena ia adalah tali (pengikat) yang kokoh, yaitu "Laa ilaaha illallah".
| |
Ia adalah benteng (untuk)-mu yang kokoh, (dan) ia adalah baju pelindung (untuk)-mu yang "matiin" (kuat, kokoh, keras, kekal).
| |
Yaitu dzikir untuk mengingat Rab semesta alam, (yang wujud dzikirnya adalah) "Laa ilaaha illallah".
| |
(Berdzikir) dengannya (akan memperoleh) keberuntungan dan keselamatan, (dan) di dalamnya (terdapat) berbagai keberkahan.
| |
Yang menyelamatkan dari berbagai "Afaat" (segala yang menyakitkan, merugikan dan merusakkan), yaitu (dengan) dzikir "Laa ilaaha illallah".
| |
(Berdzikir) dengannya akan menghapus berbagai "sayyi'at" (kesalahan, dosa, kejahatan), (dan berdzikir) dengannya akan meluap, besar, dan bertambahnya berbagai kebaikan.
| |
(Dan berdzikir) dengannya akan memperoleh berbagai "kzoir" (kebaikan, faidah, harta benda, kekayaan), yaitu (wujud dzikirnya adalah) "Laa ilaaha illallah".
| |
Ia adalah obat untuk semua hati (yang dilanda kesusahan dan berbagai kesedihan), ia adalah cahaya di atas cahaya.
| |
Yaitu dzikir untuk mengingat Rab-mu Yang Maha Pengampun, (yang wujud dzikirnya adalah) "Laa ilaaha illallah".
| |
Ia adalah (termasuk) keni'matan teragung, (dan) ia adalah kedudukan yang lebih mulia.
| |
Yang (dengan berdzikir dengannya) tiada tersisa "alama" (sakit, pedih, kesedihan, sakit yang berat), (yang wujud dzikirnya adalah) "Laa ilaaha illallah".
| |
Jagalah secara tetap (berdzikir dengannya) di semua waktu, (dan) dawamkanlah (bacalah ia secara tetap baik jumlah, atau dan waktu, atau dan tempat).
| |
Maka ia akan menyelamatkan kalian dari "afaat".
| |
Dan faedah-faidah Ratibul Hadad di antaranya - sebagaimana penjelasan yang dikutip dari para ulama yang mensyarahi Rotib ini dari Penyusun Ratib yaitu Habib Abdullah bin 'Alawi al-Haddad Radliyallahu ‘anhu - bahwa orang yang merutinkan membaca rotib ini maka Allah akan menjaga negaranya dari berbagai "balaya" (bala', cobaan) dan siksaan. Dan di antara faedah lainnya adalah bertambahnya kekayaan, (bertambahnya) keberkahan dan kebaikan di rumahnya. Dan di antara faedah lainnya adalah orang yang merutinkan membaca Ratibul Haddad setiap hari, maka racun tidak akan bahaya baginya (selamat dari keracunan), dan hewan buas, reptil serta hewan-hewan lainnya tidak akan membahayakan dirinya. Dan di antara faedah lainnya adalah husnul khotimah bagi orang yang merutinkan membacanya dan Allah akan memberikan pertolongan baginya untuk mengucapkan kalimat syahadat (di akhir hayatnya)".
| |
As-Syekhul Allamah Abdullah bin Muhammad Syarokhil al-Asyrom berkata di dalam kitab At-Tarjamah (Kitab Biografi Ulama) beliau di dalam Bab Manaqib Sayyidunasy Syekh Abdullah al-Haddad, semoga Allah memberi manfaat bagi kita lantaran beliau, di bagian dzikir Robibul Haddad: "Telah sampai kepadaku bahwa Sayyidi Shohibar Rotib (Imam al-Haddad) berkata: Barang siapa merutinkan membaca Ratib ini, maka ia dianugerahi khusnul khotimah".
| |
Dan barang siapa ingin kekayaan, maka dianjurkan baginya memperbanyak bacaan "Istigfar" setelah selesai membaca Ratibul Haddad sebagaimana disebutkan oleh Habib Alawiy bin Ahmad al-Haddad di dalam kitab beliau di h. 324 sebagai berikut: "Dari Nabi Muhammad ﷺ sesungguhnya beliau bersabda: Barang siapa beristigfar setiap harinya seribu kali selama setahun, maka tidak sampai berakhir tahun itu sehingga ia menjadi kaya".
| |
Kami berkata (yaitu dari kalam Imam asy-Sya'rowiy terkait pengamalan istigfar dan walaupun faidah-faidahnya sangat bantak): "Astagfirulloohal 'Adziim", dibaca untuk memenuhi perintah Allah, bukan yang lain. Barang siapa melazimkan membaca istigfar, maka Allah menjadikan baginya di setiap kesusahan menjadi kebahagiaan, di setiap kesempitan ada jalan keluarnya dan ia diberi rizki dari arah yang tidak disangka-sangka. Imam as-Sya'rowiy berkata: Aku mendengar Sayyid Ali al-Khowwash berkata: Tiada sebab terhentinya atas seseorang suatu hajat (terwujudnya keinginan) dari hajat-hajat dunia ahirat, adalah karena meninggalkan istigfar".
| |
Di dalam kitab Tadzkirun Nas h. 333 sebagai berikut: As-Sayyidul Afifun Nabih Abdullah bin Abdul Qodir bin Muhyiddin bin Abdullah bin Husain Bilfaqih berkata: Aku, di masa kecilku sangat perhatian terhadap bait-bait Jaljalut dan aku hafal nadzom tersebut, membacanya dan merutinkan mewiridkannya sampai aku mengalami lemah pada tubuhku, gemetar di dalam anggota-anggota tubuhku yang sekiranya tanganku membawa sesuatu, maka akan jatuh tanpa aku sadari.
| |
Dan orang tuaku belum tahu wirid bacaanku adalah bait-bait Jaljalut. Bahkan beliau menyangka bahwa apa yang aku derita adalah sebab perbuatan jahat dari manusia atau jin dan (ayahku) seringkali bingung dengan keadaanku diberobatkan dengan berbagai cara dengan perjuangan yang sangat banyak agar aku bisa sembuh sampai suatu hari ketika masuk kota Tarim.
| |
Tibbus Saqim (yang dengan lantarannya sembuh berbagai penyakit, yaitu) Sayyidil Habib Ahmad bin Hasan al-Attos, ketika ayahku tahu bahwa beliau berada di suatu rumah di Tarim, ayahku segera membawa diriku kepada beliau (Habib Ahmad). Dan ketika kami duduk di majlis beliau yang mulia, terbersit dalam hati ayahku untuk mendekat kepada Habib Ahmad untuk mengutarakan keluh-kesah kepada beliau perihal keadaanku. Dan ketika mereka (yang dalam majlis) berdiri, Habib Ahmad tahu apa yang terbersit dalam hati ayahku dan memberi isyarat dengan tangan mulianya kepada ayahku agar tetap di tempatnya.
| |
Habib Ahmad berkata: Apakah ada di antara kalian (membawa) nadzom Jaljalut? Saya menjawab kepada beliau: Ya, saya bawa naskah bait-bait Jaljalut. Maka ayahku terkejut dari apa yang aku bawa dan beliau (Habib Ahmad) memerintahkan aku supaya aku pergi ke rumah (persinggahan beliau). Dan bersegeralah aku menghadap beliau dengan membawa Jaljalut tadi. Aku pergi dengan harapan Habib Ahmad akan memberi ijazah kepadaku di dalam membaca (mengamalkannya) jika aku datang membawa naskah Jaljalut tadi.
| |
Ketika aku menyerahkan naskah tersebut, beliau kemudian memberikannya kepada murid kzos beliau yaitu Syekh Muhammad bin 'Awadl Bafadlol. Dan Habib Ahmad berkata kepadanya: "Bacalah nadzom tersebut", kemudian Syekh Muhammad bin 'Iwadl Bafadlol membaca bait-bait Jaljalut tersebut. Kemudian Habib Ahmad berkata kepadanya: "Berhentilah".
| |
Habib Ahmad kemudian berkata: "Wahai anak-anakku, nadzom Jaljalut ini adalah sesuatu yang jarang/tidak dicondongi oleh para Salaf, dan semua apa yang terkandung di dalamnya ada di dalam Ratib Habib Abdullah al-Haddad dan Wirdul Lathif milik beliau," dengan ibaroh yang mudah dipahami dan kalam yang jelas. Maka amalkanlah oleh kalian wirid Habib Abdullah al-Haddad tersebut.
| |
Kemudian beliau berkata kepadaku: "Kemarilah wahai Abdullah", maka aku berdiri mendekat kepada beliau dan duduk di depan beliau di antara tangannya. Kemudian Habib Ahmad membacakan di depanku - masya Allah - beliau membacanya lama sekali. Maka aku merasakan keberkahan bacaan beliau dan atsar atau daya apa yang di baca yaitu hilangnya apa yang aku derita dan rasakan selama ini. Dan terlepaslah mandzumah tersebut dari dadaku dengan yaqin seperti sehelai rambut yang dicabut dari adonan roti. Semoga Allah meridloi beliau Habib Abdullah al-Haddad dan Habib Ahmad al-Attos dan memberi kemanfaatan lantaran keberkahan beliau berdua, amin.
| |
Kisah nyata di atas memberi pemahaman bahwa tidak setiap orang boleh mengamalkan bait-bait Jaljalut yang di dalamnya mengandung Nama-Nama Allah yang disebut Asma' Nuroniyyah. Oleh karena itu, di dalam Manbau Ushulil Hikmah, di dalam muqoddimah bait-bait Jaljalut, dijelaskan tentang syarat-syarat bagi pengamalnya termasuk juga harus paham dan ada "Tahsin" dan "Shorfil Ummar" yang kuat dan benar dan juga wajib "Kitmanul A'mal awid Da'wah".
Seperti juga yang disampaikan dalam pembahasan Asma' Idrisiyah dalam kitab Jawahirul Khomsi, dikatakan bahwa banyak Ulama' yang mengalami kerusakan (Na'udzu Billahi wa Bi Haqqin Nabiyyi min dzalik ilal Abad) karena mengamalkan "da'wah"-nya tanpa ada "mursyid" ataupun "maqom mursyid" (yang bisa menyampaikannya pada natijah/buah dari "da'wah" ism a'dzom tersebut dengan selamat dengan idzin Allah).
Di dalam kitab Syarah karya Habib Alawi bin Ahmad al-Haddad atas Rabib Imam al-Haddad h. 340 disebutkan; Syekh Ahmad bin Abdul Karim as-Syajjar al-Ahsa'iy di dalam kitab beliau Tatsbitul Fuadiy berkata: Ketika kami pergi Haji dan berziarah ke makam Rasulullah ﷺ dan ketika kami kembali dari kota Madinah, kami dapati sekelompok perampok. Ketika kami sudah dekat dengan mereka, kami membaca Ratib Imam al-Haddad dengan keras dan kami hanya melewati mereka padahal jarak antara kami dan mereka adalah 17 dziro', tetapi mereka tidak beranjak (sama sekali) dari tempat mereka. Dan Allah menyelamatkan kami dari mereka dengan keberkahan Ratib Imam al-Haddad ini.
| |
Dan di antara keutamaan Ratibul Haddad sebagaimana Habib Abu Bakar bin Abdullah Al-Jufri yang bertempat tinggal di Seiwun (Hadhramaut) mengabarkan, beliau berkata: Pada suatu waktu kami satu rombongan sedang menuju ke Makkah untuk menunaikan haji dan bahtera kami kandas tidak dapat meneruskan perjalanannya karena tidak ada angin yang mendorongnya. Maka kami berlabuh di sebuah pantai, lalu kami isikan gerbah-gerabah (tempat air yang terbuat dari kulit) dengan air, dan kami pun berangkat berjalan kaki siang dan malam, karena kami khawatir akan ketinggalan haji. Di suatu perhentian, kami coba meminum air dalam gerabah itu dan kami dapati airnya payau dan asin, lalu kami buang air itu. Dan kami kelelahan dengan sangat.
| |
Maka saya berkata: Berkumpullah kalian semua untuk membaca Ratib Imam al-Haddad. Maka kami berkumpul dan membacanya dengan niat mohon jalan keluar kegembiraan. Ketika kami selesai membacanya, tiba-tiba kami lihat dari kejauhan sekumpulan orang yang sedang menunggang unta menuju ke tempat kami dan kami gembira sekali. Tetapi ketika mereka mendekati kami, kami dapati mereka itu perampok-perampok yang kerap merampas harta-benda orang yang lalu-lalang di situ.
| |
Namun rupanya Allah Ta’ala telah melembutkan hati mereka ketika mereka dapati kami terdampar disitu, lalu mereka memberi kami minum dan mengajak kami menunggang unta mereka untuk mengantarkan kami ke tempat sekumpulan kaum syarif tanpa mengganggu kami sama sekali, dan dari situ kami pun berangkat lagi menuju ke Makkah untuk menunaikan haji, segala puji bagi Allah dan syukurlah atas karunia Allah yang sebegitu demikian itu.
| |
Dan di antaranya adalah apa yang Syekh Muhammad bin Rumiy al-Hijaziy yang tinggal di daerah Uman, berkata: Telah terjadi gelombang laut yang besar di wilayah Bani Zaraf yang di sana terdapat 40 kapal dan tiada tersisa kecuali kapal al-Barsyah yang di dalamnya dibacakan Ratibul Haddad tiap malam.
| |
Dan di antara karomah Rotibul Haddad adalah apa yang saya dengar dari seorang muhibbin (orang yang cinta Imam al-Haddad), bahwa dia pergi dari daerah Mabroz yang terletak di negeri Ahsa’i menuju ke daerah Hufuf. Di tengan perjalanan, ada kaum Badwi yang melintas ingin merampok. Dia pun berhenti dan membuat garis di atas tanah mengelilinginya dan dia duduk di tengah-tengahnya membaca ratib Imam al-Haddad. Dengan kuasa Allah mereka berlalu di hadapannya seperti orang yang tidak melihatnya, sedang dia memandang kaum Badwi tersebut. Demikian pula yang pernah dialami oleh Sayyid Hasan bin Harun yang tinggal di wilayah Oman ketika melakukan perjalanan ke Hadromaut dan beliau bertemu perampok, maka beliau memerintahkan siapa saja yang pergi bersama beliau untuk membaca Ratibul Haddad. Maka tiba-tiba perampok tersebut hanya lewat tanpa menyakiti Sayyid Hasan dan rombongannya sebagaimana cerita tersebut disampaikan oleh seorang Sadah yang mendengar langsung dari Sayyid Hasan tersebut.
| |
Habib Alawiy bin Ahmad al-Haddad Ba'alawiy berkata di dalam kitab Syarah beliau atas Ratibul Haddad h. 335 sebagai berikut kurang lebih artinya: Dan Nadzom isyarat dari Sayyidinal Kabir al-Mudz'hir Abdullah bin Ja'far Mud'hir menunjukkan tentang tartib (runtutan) bacaan yang ada di dalam Ratibul Haddad, beliau berkata: Dan jika kamu ingin (menambah), bacalah apa yang telah ada dan jelas (dari para saadah seperti dalam nadzom ini):
| |
Fatihah yang berjumlah empat, bacalah sebelum do'a (Allahuma inna nas'aluka ridloka). Al-Fatihah untuk Sayyidinal Muqoddam, sebagai pembuka bagian al-Fawatihul Arba' (empat fatihah).
| |
(Yang kedua adalah untuk) para Shufi (para kekasih Allah), (lalu yang ketiga untuk) Shohibur Rotib (Imam Abdullah bin Alawiy al-Haddad). Dan Fatihah terakhir adalah untuk al-Mushthofa (Sayyidina wa Nabiyyina Muhammad) yang bisa menjadi washilah kita sampai kepada Allah.
| |
Beliau lalu berkata: Sesungguhnya saya telah mendengar bahwa ada yang menambah (dalam Ratibul Haddad tersebut, yaitu dengan al-Fawatihul Arba'), ada yang mendahulukan (al-Fawatihul Arba' sebelum Ratibul Haddad) dan ada juga yang mengakhirkannya di dalam Ratibul Haddad tersebut, maksudnya Fatihah-Fatihah empat tersebut dan lainnya yang bukan dari uslub Shohibur Rotib.
| |
Dan di dalam Dza'kzirotul Ma'ad sebuah kitab Syarah karya Imam Abdullah bin Ahmad Basudan atas Ratibul Haddad h. 203 sebagai berikut: Dan adapun runtutan "al-Fawatihul Arba`" yang bacaan-bacaan itu - walaupun tidak disebutkan oleh Sayyidil Habib Ahmad di dalam kitab Syarah beliau atas Ratibul Haddad - tetapi hal itu ditetapkan (oleh para Ulama') dan masyhur (dikalangan para Ulama' dan orang-orang awam).
| |
Shohibur Rotib al-Quthub Habib Abdullah al-Haddad berkata: "... Seorang murid yang bersungguh-sungguh sebaiknya membaca ratib ini, terlebih ketika penyusun Ratib ini merupakan perantara baginya menuju Allah Ta’ala. (Tambahan): Dan salah satu kaifiyahnya adalah dengan al-Fawatihul Arba' tersebut.
| |
Adapun sanad ijazah Ratibul Haddad terdekat adalah saya dapatkan dari "Ijazah Ahli 'Ashr"-nya Habib Ahmad bin Thoha al-Haddad - sebagaimana disebutkan oleh Syekh Yusuf al-Mar'asyali di dalam "Nats-rul Jawahir wad Duror" h. 2197 bahwa di antara para Masya-yikh yang memberi "Ijazah Ahli 'Ashrihim" adalah Habib Ahmad bin Thoha al-Haddad yang meninggal di tahun 1416 H / 1995 M dan saya ketika itu sudah berumur sekitar 12 tahun. Berarti saya juga mendapatkan "Ijazah Ahli 'Ashr"-nya Habib Ahmad bin Thoha al-Haddad, Alhamdulillah.
| |
Kemudian Habib Ahmad bin Thoha al-Haddad - sebagaimana disebutkan oleh Habib Hamid bin Ahmad al-Masyhur di dalam kitab Biografi Habib Ahmad bin Thoha al-Haddad h. 276 bahwa Habib Ahmad bin Thoha al-Haddad - mendapat "Ijazah Ahli 'Ashr"-nya Habib Ahmad bin Hasan al-Attos.
| |
Dan di dalam muqoddimah kitab "Goyatul Muna Syarkh Safinatin Naja" karya Syekh Muhammad bin 'Ali bin Muhammad Ba'athiyyah ad-Du'aniy dengan tulisan dari kedua murid beliau yaitu Habib Abdullah bin Abu Bakar bin Ahmad Bilfaqih dan Syekh Muhammad bin Muhsin bin Abdullah al-Jailaniy di h. 16 disebutkan bahwa beliau Habib Ahmad al-Masyhur bin Toha al-Haddad adalah seorang yang telah mencapai derajat al-Quthub. Alhamdulillah.
| |
Habib Ahmad bin Hasan al-Attos berkata di dalam Ijazah yang beliau tulis untuk Syekh Yusuf an-Nab'hani yang kemudian tulisan tersebut dimasukkan oleh Syekh Yusuf di dalam kitab beliau yang berjudul "Jawahirul Bihar Fi Fadloilil Mukztar" h. 1614 sebagai berikut:
Saya melihat (bertemu) Sayyidil Quthbi Abdullah bin 'Alawi bin Muhammad al-Haddad Ba'alawi at-Tarimiy beberapa kali dan beliau memberi diriku ijazah Ratib milik beliau (yaitu Ratibul Haddad) dan semua wirid-wirid beliau serta seluruh kitab yang pernah beliau tulis.
Jadi secara sederhana, Ijazah yang dapatkan adalah dari al-Quthub Habib Ahmad Masy'hur al-Haddad, dari al-Quthub Habib Ahmad bin Hasan al-Attos, dari al-Quthub Habib Abdullah bin 'Alawiy al-Haddad. Alhamdulillah.
| |