Yuk Ngaji

"وبالاخلاص اسلم واقرب الي الاجابة"
  • Home
Home » Adab » Amalan » Biografi » Nasehat » Sanad » al-Lujain ad-Daniy

al-Lujain ad-Daniy

» Adab, » Amalan, » Biografi, » Nasehat, » Sanad
» Rabu, 14 Juli 2021

Daftar Isi
    » Bab 1: Muqoddimah dan Nasab
    » Bab 2: Lahir, Belajar, Khirqoh
    » Bab 3: Al-Khidlir, Mujahadah, 100 Faqih, 13 Ilmu
    » Bab 4: Libas, Kholwat, Asma'
    » Bab 5: Ber-sosial dan Mujalasatul Haq
    » Bab 6: Al-Igotsah wal Imdad
    » Bab 7: Babut Tahadduts Bin Ni'mah
    » Bab 8: Do'a Tawassul

    Dawuhipun asy-Syekhul 'Allamah al-'Arifu Billah Kiyahi Abdul Latif bin Abdis Salam al-Baweyaniy kirang-langkung mekaten: "Utowo anapun faidahe kitab manaqib iki, iku luweh akeh faedahe tanpo wilangan. Setengah sangking faedahe: Sopo-sopo wonge ngelanggengake moco iki manaqib ing dalem saben-saben wulan tanggal kaping 11 kelawan niat hurmat maring Sayyidisy Syeikhi Abdil Qodiril Jilaniy radliyallohu 'anh serto ihlas lan ridlo atine, insya Allah diparingi jembar rizqine wongiku sak anak putune serto selamet lan hasil maqsude fiddunya wal ahiroh."


•══════◎❅◎❦۩❁۩❦◎❅◎══════•

Bab 1


•══════◎❅◎❦۩❁۩❦◎❅◎══════•


Dengan menyebut nama Allah yang Maha pengasih lagi Maha Penyayang. Segala Puji Bagi Allah yang telah mengutus junjungan kita Nabi Muhammad ﷺ dengan membawa syari'at yang sempurna dan agama yang murni, yakni agama Islam serta menghiasi atas kerasulan beliau dengan berbagai mu'jizat dan lagi diperkuat dengan para sahabatnya yang pemberani dan mendapat hidayah.
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْم ، اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أرْسَلَ سَيِّـدَنَا مُحَمَّدًا صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِكَامِلِ الشَّـرِيْعَةِ وَخَـالِصِ الدِّيْنِ ، وَحَلَى جِـيْدَ رِسَـالَتِهِ بِـبَاهِرِ الْخَـوَارِقِ وَأيَّدَهُ بِـكُمَاةِ اْلأَصْحَـابِ الْمُهْتَدِيْنَ


Dan Allah memberi keistimewaan kepada siapa yang dikehendaki dari pengikut-pengikut agama-Nya dengan dinaikkan ke tingkat 'ilmu ma'rifat dan haqiqot serta memberi mereka luapan anugerah dari lautan ilmu lathifah serta pelita ilmu Ketuhanan.
وَخَصَّ مَنْ شَـآءَ مِنْ أَتْبَاعِ مِلَّتِهِ بـِالرُّقِيِّ إِلىَ أَوْجِ الْمَعَـارِفِ وَالْحَقَائِقِ ، وَأَفاَضَ عَلَيْـهِمْ مِنْ بُحُـوْرِ الْمَوَاهِبِ اللَّدُنِيَّةِ ظُرَفَ اللَّطَائِفِ وَشَـوَارِقَ الرَّقَائِقِ


Lantaran itu, mereka jadi juru petunjuk bagi umat dan perintis ke jalan Allah yang Maha Agung lagi Maha Mengetahui, serta menjadi para Salik bersama para hamba Allah Ta'ala lewat jalan petunjuk, yaitu setinggi-tingginya jalan yang lurus.
فَأَصْبَحُـوْا هُدَاةَ اْلأُمَّةِ وَقَادَتَهَا إِلَى الْعَزِيْزِ الْعَلِيْمِ ، سَالِكِيْنَ بِعِبَادِ اللَّهِ تَعَالَى مِنْ سُـبُلِ اْلإِرْشَـادِ أَعْلَى الصِّـرَاطِ الْمُسْـتَقِـيْمِ


Dan semoga Allah senantiasa mencurahkan sholawat dan salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad ﷺ dan para sahabatnya serta orang orang yang mengikuti ajaran agama islam. Dan semoga Allah memberikan taufiq kepada kita lantaran petunjuk-petunjuk para beliau, mengikuti amalan-amalan mereka serta mendapatkan pembagian nur (cahaya) dari para beliau semuanya agar dapat hilang kegelapan dan kebodohan (dalam diri), selagi manaqibnya para beliau semua masih harum semerbak, didengar dan lestari. Dibacakan riwayat keutamaannya, yang demikian itu akan membangkitkan semangat ta'at dan kebaktian kepada Allah.
وَآلَ اللَّهُ عَلَيْهِ وَعَلَيْهِمْ زَاكِيَ الصَّـلَوَاتِ وَالتَّسْـلِيْمِ ، وَوَفَّقَنَا لِلاِهْتِدَاءِ بِهُدَاهُمْ وَاْلاِقْتِدَاءِ بِآثَارِهِمْ وَاْلاِقْـتِـبَاسِ مِنْ مِشْـكَاةِ أَنْـوَارِهِمْ فِيْ حِنْدِسِ الْجَهْلِ الْبَهِيْمِ ، مَا عَطَّرَتْ مَنَاقِـبُهُمْ مَعَاطِسَ اْلأَسْمَاعِ الْوَاعِيَةِ ، وَتُلِـيَتْ آيُ فَضَائِلِهِمْ ، فَكَانَتْ إِلىَ النُّهُوْضِ إِلَى اللَّهِ دَاعِـيَةً


Adapun setelah itu semua, maka berkatalah orang yang membutuhkan kemurahan Dzat yang Maha Mulia dan Maha Penyelamat, yaitu Syaikh Ja'far bin Hasan bin 'Abdil Karim Al Barzanjiy. Kitab manakib ini hanya merupakan bagian kecil dari penjelasan perilaku wali Quthub yang ahli memberi pertolongan; al-Gouts sebagai perantara agar terkabul tujuan orang yang berwasilah dengan beliau, pimpinan para wali arif billah, Imam para ulama' yang berada di jalan Allah untuk meraih lautan haqiqot, yaitu Sayyid yang mulia, dirinya dijadikan sandaran yang amat indah, keturunan bangsawan yang memiliki derajat yang tinggi, memiliki perkumpulan majlis yang besar, yaitu sayyid yang besar, yaitu Syaikh Abdul Qodir Al-Jailani. Semoga Allah Yang Maha kuat lagi Maha Sempurna menyampaikan Syaikh ke surga kedekatan kepada Allah dan semoga menjadi wujud harapan-harapannya.
أَمَّا بَعْدُ : فَيَقُـوْلُ الْمُـفْـتَـقِـرُ إِلَى فَـضْـلِ الْكَـرِيْـمِ الْمُـنْــجِـيْ ، جَعْفَـرُ  بْنُ حَـسَنِ بْنِ عَبْدِ الْكَرِيْمِ الْبَرْزَنْجِـيُّ ، هَذِهِ نُبْذَةٌ مِنْ أحْـوَالِ الْـقُـطْبِ الرَّبَّانِيِّ ، وَالْـغَـوْثِ الصَّـمَـدَانِـيِّ ، سُـلْطَانِ اْلأَوْلِيَآءِ الْعَارفِيْنَ ، وَإمَامِ الْعُلَمَآءِ السَّـالِكِيْنَ النَّاهِلِـيْنَ مِنْ بَحْـرِ الْحَقِـيْقَـةِ وَالْغَـارفِيْنَ ، السَّـيِّدِ الشَّرِيْفِ ، وَالسَّـنَدِ الْغِطْرِيْفِ ، الْحَسِـيْبِ النَّسِـيْبِ ، ذِيْ الْمَقَـامِ اْلأَعْلَى وَالنَّادِي الرَّحِـيْبِ ، سَيـِّدِي الشَّـيْخِ عَبْدِ الْقَادِر الْجِيْلاَنِيِّ ، بَلَّغَهُ اللَّهُ تَعَالىَ بـِنَفْسِـهِ الْقَوِيِّ وَالْحَـفِيِّ جَـنَّةَ الْقُـرْبِ وَاْلأَمَانِيِّ


Kitab manakib ini bagaikan untaian indah yang dirangkum dari berbagai intan permata berisi fatwa-fatwa dan amalan Syaikh Abdul Qodir Al-Jailani agar dapat dijadikan teladan yang diperdengarkan kepada yang hadir pada saat dibacakan dalam amalan-amalan yang penting dan pada peringatan-peringatan haul Syakih Abdul Qadir Al-Jailani. Kitab manaqib ini kami ambilkan dari keterangan para 'ulama ahli Thoriqoh dan para 'ulama yang mempunyai keyakinan yang mantap, kecintaanya kokoh kepada Kanjeng Syaikh Abdul Qodir Al-Jiilani seperti waliyullah Syaikh Abdul Wahab As-Sya'roni yang sudah terbukti keberuntungannya dan waliyullah Syaikh Syiroj Dimasqiy penyusun kitab Nitajul arwah. 
وَعِقْدٌ نَظَمْتُهُ مِنْ فَرَائِدِ عَمَلِـهِ وَقَوْلِـهِ لِتَـتَـشَـنَّفَ بـِدُرَرِهِ أَسْمَـاعُ الْحَاضِـرِيْنَ عِنْدَ عَمَلِ مُهِمِّـهِ وَحَـوْلِهِ ، اِنْتَخَـبْتُهُ مِنْ كَلاَمِ بَعْضِ أَرْبَابِ الطَّرِيْقَـةِ ، وَمَنْ لَهُ فِيْ حَضْرَةِ الشَّـيْخِ عَقِيْدَةٌ مُحْكَمَةٌ وَمَحَبَّةٌ وَثِـيْقَةٌ ، كَالشَّـيْخِ عَبْدِ الْوَهَّابِ الشَّعْرَانِيِّ الَّذِيْ لاَحَ لَهُ الْفَلاَحُ ، وَالسِّـرَاجِ الدِّمَشْـقِيِّ صَاحِبِ كِتَابِ نِتَـاجِ اْلأَرْوَاحِ


Karena didorong rasa cinta, kami sebar-luaskan manaqib para wali yang telah mencapai tingkat kesempurnaan amalnya, juga menyebarkan manaqib para wali yang terpilih, serta mengharapkan turunya rahmat yang berlimpah dan barokah yang banyak. Karena dengan menyebut-nyebut hal ihwal para 'ulama dan waliyullah tersebut, bisa menjadi wasilah terbukanya barokah dari pintu langit yang tertinggi, juga turunya mendung kemurahan dari Allah Ta'ala.
رَغْبَةً فِيْ نَشْـرِ أحْـوَالِ الْكُمَّلِ وَبَثِّ مَنَـاقِبِ اْلأَخْـيَارِ ، وَاسْتِـنْزَالاً لِصَـيـِّبِ الرَّحَمَـاتِ وَالْبَرَكَاتِ الْغِزَارِ ، إِذْ بـِذِكْرِهِمْ تُفْـتَحُ أَبْوَابُ السَّمَوَاتِ الْعَلِـيَّةِ ، وَتَنْـهَــلُّ مِنْ حَـظِـيْـرَةِ الْقُدْسِ سُحُبُ الْفُـيُوْضَاتِ اْلإِلَهِيَّـةِ


Dan aku sampaikan dengan perantara keluarga yang mendapat ridho serta dengan memohon pertolongan dengan perantaraan asror Kanjeng Syekh, maka keraskan pembacaan manaqib beliau agar didengar khadlirin dengan segala kabarnya dan saya menamakan sebagai kitab "al-Lujain ad-Daniy" dalam mengingat sebagaian dari sifat (kebaikan) yang dimiliki Syaikh Abdul Qodir al-Jailani yang diridhoi Allah.
وَفَصَّـلْتُـهُ بِـوَسَـآئِطَ مِنْ لَآلِي التَّرَاضِـيْ عَنْهُ وَطَلَبِ اْلإِمْدَادِ بِأَسْرَارِهِ ، فَلْيَجْـهَرْ بـِذِكْرِهِ الْحَاضِرُوْنَ عِنْدَ  بُلُـوْغِ الْقَـارِئِ إِلَيْـهَا فِيْ أَخْـبَارِهِ ، وَسَمَّيـْتُهُ بـِاللُّجَـيْنِ الدَّانِيْ ، فِيْ ذِكْرِ نُبْذَةٍ مِنْ مَنَـاقِبِ الْقُطْبِ الرَّبَّانِيِّ ، سَيـِّدِنَا الشَّـيْخِ عَبْدِ الْقَادِرِ الْجِـيْلاَنِيِّ رَضِـيَ اللَّهُ عَنْهُ


Maka kami katakan bahwa kanjeng syaikh adalah menjadi syaikhuts tsaqolain, yaitu syaikhnya jin dan manusia yang sempurna, juga wali yang mempunyai kewaspadaan yang sempurna wusul kepada Allah dan mempunyai kedudukan luhur lagi mulya serta mempunyai martabat yang tetap dan derajat yang sempurna dan perilaku yang luhur serta kesempurnaan yang tinggi, juga menjadi wali Qutub yang ahli ma'rifat kepada Allah, dan menjadi pemimpin pertolongan penerangan hati, yaitu putra syaikh Abi Sholih Musa Janki Dausat.
فَأَقُوْلُ : هُوَ الشَّـيْخُ الْكَامِلُ ، وَالْجِـهْبِـذُ الْوَاصِلُ ، ذُو الْمَقَامَاتِ الْعَالِيَةِ الشَّرِيْفَةِ ، وَاْلأَقْدَامِ الرَّاسِخَةِ ، وَالتَّمَكُّنِ التَّامِّ وَاْلأَحْوَالِ الْمُنِيْفَةِ ، وَالْكَمَالاَتِ الشَّامِخَةِ ، الْقُطْبُ الرَّبَّانِيُّ ، وَالنُّوْرُ السَّاطِعُ الْبُرْهَانِيُّ ، وَالْهَيْكَلُ الصَّمَدَانِيُّ ، وَالْغَوْثُ النُّوْرَانِيُّ ، وَهُوَ أبُوْ مُحَمَّدٍ عَبْدُ الْقَادِرِ الْجِيْلاَنِيُّ ، ابْنُ أبِيْ صَالِحٍ مُوْسَى جَنْكِيْ دَوْسَتْ


Disebut juga: Janka dausat putranya Sayikh "Abdillah bin Yahya Az Zahid bin Musa Al Juni bin Abdillah Al Mahdli bin Al Hasan Almutsan bin Al Hasan As Sibthi bin 'Ali bin Abi Tholib. Dan putranya Syarifah Fatimah Az Zahro' Putri dari junjungan kita Muhammad ﷺ yang menjadi Rasul.
وَقِيْلَ : جَنْكَا دَوْسَتْ اِبْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ يَحْيَى الزَّاهِدِ بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ دَاوُدَ بْنِ مُوْسَى الثَّانِيْ ابْنِ عَبْدِ اللَّهِ الثَّانِي ابْنِ مُوْسَى الْجُوْنِ ابْنِ عَبْدِ اللَّهِ الْمَحْضِ ابْنِ الْحَسَنِ الْمُثَنَّى ابْنِ الْحَسَنِ السِّبْطِ ابْنِ عَلِيِّ بْنِ أَبِيْ طَالِبٍ وَابْنِ فاَطِمَةَ الزَّهْرَاءِ الْبَتُوْلِ ، بِنْتِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الرَّسُوْلِ


Nasab atu silsilah keturunan Sayikh Abdul Qodir Itu bagaikan matahari di waktu duha, bagaikan siang untuk minculnya cahaya waktu subuh.Silsilah keturunan Sayikh ini sudah melekat diwajah Nabi Adam as. Karena itu malaikat langit diperintah sujid kepada Adam as. Juga nasab ini sudah disanjung dalam kitabnya Allah, karenanya siapa yang sengaja ingkar silsilahnya akan terkalahkan dalilnya.
نَسَبٌ كَأَنَّ عَلَيْهِ مِنْ شَمْشِ الضُّحَى ۞ نُوْرًا وَمِنْ فَلَقِ الصَّبَاحِ عَمُوْدَا ، نَسَبٌ لَهُ فِيْ وَجْـهِ آدَمَ لُمْـعَةٌ ۞ مُنِحَتْ مَلاَئِكَةُ السَّمَاءِ سُجُوْدَا ، نَسَبٌ كِتَابُ اللَّهِ أوْفَى حُجَّةً ۞ فِيْ مَدْحِهِ مَنْ ذَا يَرُوْمُ جُحُوْدَا


•══════◎❅◎❦۩❁۩❦◎❅◎══════•


Ya Allah, Tebarkanlah secara terus-menerus bau harum anugerah keridhoan dari Engkau kepada Kanjeng Syaikh, dan tolonglah kami dengan rahasia kewalian yang Engkau titipkan kepada beliau.
اَللَّهُمَّ انْشُرْ نَفَحَاتِ الرِّضْوَانِ عَلَيْهِ ۞ وَأمِدَّنَا باْلأَسْرَار الَّتِيْ أوْدَعْتَهَا لَدَيْهِ


•══════◎❅◎❦۩❁۩❦◎❅◎══════•

Bab 2


•══════◎❅◎❦۩❁۩❦◎❅◎══════•


Kanjeng Syaikh Abdul Qodir Al-Jailani dilahirkan didusun Jilan, kota terpencil diluar kota Tobaristan,pada Tanggal 1 Ramadhan 471 H. Pada waktu beliau masih bayi, disiang hari bulan Ramadhan,beliau tidak mau menetek (menyusu), karena inayah dari Allah kepada beliau.
وُلِدَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ بِـجِيْلاَنَ ، وَهِيَ بِلاَدٌ مُتَفَرِّقَةٌ مِنْ وَرَاءِ طَبَرِسْتَانَ ، فِيْ سَنَةِ إحْدَى وَسَبْعِيْنَ وَأرْبَعِمِائَةٍ ، وَكَانَ فِيْ طُفُوْلِيَّتِهِ يَمْتَنِعُ مِنَ الرَّضَاعَةِ فِيْ نَهَارِ رَمَضَانَ ، عِنَايَةً مِنَ اللَّهِ تَعَالَى بِهِ


Dan ketika usianya mendekati balig, Kanjeng Syaikh gemar mempelajari ilmu pengetahuan, mengunjungi para ulama' yang mulia lagi berpengetahuan tinggi, dengan amalan-amalan sholihnya mencapai derajat yang utama, maka kemajuannya dalam bidang ilmu dan amal-amal utama sangat maju bahkan ibarat lebih dari burung merak.
وَلَمَّا تَرَعْرَعَ وَسَارَ إلى طَلَبِ الْعُلُوْمِ ، وَقَصَدَ كُلَّ  مِفْضَالٍ عَلِيْمٍ ، وَمَدَّ يَدَهُ إلَى الْفَضَائِلِ فَكَانَ أسْرَعَ مِنْ خَطْوِ الظَّلِيْمِ


Kanjeng Sayikh ra. belajar ilmu fiqih kepada Sayikh Abil Wafa Ali bin Aqil dan kepada Sayikh Abil Khotob Al-Kalwadzani Mahfudh bin Ahmad Al-Jalil, dan Kepada Syaikh AbilHhusaini Muhammad bin Al Qodli abi Ya'la, Juga kepada para ulama' yang nampak ilmunya luhur serta derajatnya yang mulia. Dibidang adab Kanjeng Syaikh belajar kepada Syaikh Abi Zakariya yahya bin Ali Ath-Tibrizi, Disitulah Kanjeng Syaikh mengunakan kesempatan sebaik-baiknya untuk mengali berbagai hal yang bermanfaat dan berguna. Kemudian Kanjeng Syaikh berbai'at belajar ilmu thoriqoh kepada seorang Guru yang Mursid Arif billah, yaitu Syaikh Abil Khobirihammad bin Muslim ad Dabbas. Kemudian Kanjeng Syaikh meneruskan bi'at toriqohnya kepada Syaikh Qodli Abi Sa'id al-Mubarok hingga mendapat ijin menjadi Syaikh mursid
وَتَفَقَّهَ بِأَبِي  الْوَفَى عَلِيِّ بْنِ عَقِيْلٍ ، وَأَبِي الْخَطَّابِ الْكَلْوَذَانِيِّ مَحْفُوْظِ بْنِ أَحْمَدَ الْجَلِيْلِ ، وَأَبِي الْحُسَيْنِ مُحَمَّدِ بْنِ الْقَاضِيْ أَبِيْ يَعْلَى ، وَغَيْرِهِمْ مِمَّنْ تُنَصُّ لَدَيْهِ عَرَائِسُ الْعُلُوْمِ وَتُجَلَّى ، وَقَرَأ اْلأَدَبَ عَلَى أَبِيْ زَكَرِيَّا يَحْيَى ابْنِ عَلِيٍّ التِّبْرِيْزِيِّ ، وَاقْتَبَسَ مِنْهُ أيَّ اقْتِبَاسٍ ، وَأخَذَ عِلْمَ الطَّرِيْقَةِ عَنِ الْعَارِفِ بِاللَّهِ الشَّيْخِ أَبِي الْخَيْرِ حَمَّادِ بْنِ مُسْلِمٍ الدَّبَّاسِ ، وَلَبسَ مِنْ يَدِ الْقَاضِيْ أَبِيْ سَعِيْدٍ الْمُبَارَكِ الْخِرْقَةَ الشَّرِيْفَةَ الصُّوْفِيَّةَ


adabiyahnya meniru mursyidnya yang sudah sempurnya dan tidak henti hentinya terpeliharah dari inayah Allah, sehingga derajat kewalianya terus naik ketingkat kesempurnaan, karena cita citanya yang luhur beliau dapat mengalahkan sifat yang tercela dan nafsu syaithoniayah yang menyesatkan, juga cancut tali wanda beliau meniggalkan apa yang menjadi kesenagannya dan hal hal yang mubah(boleh), juga meningalkan keramaian dunia, pergi mengembara kehutan di Negeri Irak selama duapuluh lima tahun sehingga tidak mengenal orang, bahkan banyak orang yang mencemooh dan tidak mau memperdulikan, karena keluarga yang menjadi tanggung jawabnya seakan-akan diabaikan. pada permulaan beliau melakukan pengembaraan memang dirasakan banyak menghadapi tantangan serta kehawatiran-kehawatiran, tetapi semua hambatan itu dapat dihadapi dengan tabah dan tetap melanjutkan pengembaraan kehutan belantara.
وَتَأَدَّبَ بآدَابهِ الْوَفِيَّةِ ، وَلَمْ يَزَلْ مَلْحُوْظًا بالْعِنَايَاتِ الرَّبَّانِيَّةِ ، عَارجاً فِيْ مَعَارجِ الْكَمَالاَتِ بهِمَّتِهِ اْلأَبيَّةِ ، آخِذًا نَفْسَهُ بالْجِدِّ ، مُشَمِّرًا عَنْ سَاعِدِ اْلاِجْتِهَادِ ، نَابذًا لِمَأْلُوْفِ اْلإِسْعَافِ وَاْلإِسْعَادِ ، حَتَّى أنَّهُ مَكَثَ خَمْسًا وَعِشْرِيْنَ سَنَةً سَائِرًا فِيْ صَحْرَاءِ الْعِرَاقِ وَخَرَابَاتِهِ ، لاَ يَعْرِفُ النَّاسَ وَلاَ يَعْرِفُوْنَهُ ، فَيَعْذِلُوْنَهُ عَنْ أمْرِهِ وَيَصْرِفُوْنَهُ ، وَقَاسَى فِيْ بدَايَةِ أمْرِهِ اْلأَخْطَارَ ، فَمَا تَرَكَ هَوْلاً إلاَّ رَكِبَهُ ، وَقَفَّرَ مِنْهُ الْقِفَارَ ،


pakaian yang dipakai jubah dari bulu, kepalanya ditutup sobekan kain, berjalan tanpa sandal, melalui tempat-tempat berduri ditanah-tanah terjal, yang demikian itu karena beliau tidak menemukan sandal makananya buah buahan yang masih dipohon, sayur yang sudah dibuang daun daun rerumputan yang berada ditepi-tepi sungai, bahkan lebih banyak tidur dan tidak minum. pernah berhari hari tidak makan apapun,
وَكَانَ لِبَاسُهُ جُبَّةَ صُوْفٍ ، وَعَلَى رَأسِهِ خُرَيْقَةٌ ، يَمْشِيْ حَافِيًا فِي الشَّوْكِ وَالْوَعْرِ ،لِعَدَمِ وجْدَانِهِ نَعْلاً يَمْشِيْ فِيْهَا ،  وَيَقْتَاتُ ثَمَرَ اْلأَشْجَار ، وَقُمَامَةَ الْبَقْلِ التُّرْمَى ، وَوَرَقَ الْحَشِيْشِ مِنْ شَاطِئِ النَّهْرِ ، وَلاَ  يَنَامُ غَالِبًا وَلاَ يَشْرَبُ الْمَاءَ ، وَبَقِيَ مُدَّةً لَمْ يَأْكُلْ فِيْهَا طَعَامًا


Tiba-tiba dijumpai seseorang yang kemudian menberinya sebuah kantong yang berisi penuh dengan uang dirham sebagai penghargaan kepada beliau. kemudian diambil sebagian untuk membeli tepung, jenang dari kurma dan samin dan duduklah kanjeng Syaikh untuk menikmati makanan tersebut. Dengan tiba-tiba ada sebuh kertas yang jatuh , tulisanya berbunyi : Syahwat itu dijadikan untuk hamba-hambaKu yang lemah, sebagai perantara untuk melaksanakan ta'at kepada Allah, sesungguhnya Hamba-hambaKu yang kuat, tentu tidak mempunyai kesenangan syahwat apapun. seketika itu beliau meninggalkan makan, mengambil saputangan untuk membunkusnya dan ditinggalkannya lalu menghadap kiblat shalat dua rakaat, dan kemudian meninggalkan tempat itu. atas kejadian ini beliau sadar, bahwa dirinya dijaga oleh Allah dan selalu dalam pertolonganNya.
فَلَقِيَهُ إنْسَانٌ فَأَعْطَاهُ صُرَّةَ دَرَاهِمَ إكْرَامًا ، فَأَخَذَ ببَعْضِهَا خُبْزًا سَمِيْدًا وَخَبيْصًا ، وَجَلَسَ لِيَأْكُلَ ، وَإذًا برُقْعَةٍ مَكْتُوْبٍ فِيْهَا : إنَّمَا جُعِلَتِ الشَّهَوَاتُ لِضُعَفَاءِ عِبَادِيْ ، لِيَسْتَعِيْنُوْا بهَا عَلَى الطَّاعَاتِ ، وَأمَّا اْلأَقْوِيَاءُ فَمَا لَهُمُ الشَّهَوَاتُ ،فَتَرَكَ اْلأَكْلَ ، وَأخَذَ الْمِنْدِيْلَ ، وَتَرَكَ مَا كَانَ فِيْهِ ، وَتَوَجَّهَ فِي الْقِبْلَةِ وَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ وَانْصَرَفَ ، وَفَهِمَ أنَّهُ مَحْفُوْظٌ وَمُعْتَنًى بهِ ، وَعَرَفَ


•══════◎❅◎❦۩❁۩❦◎❅◎══════•



Ya Allah, Tebarkanlah secara terus-menerus bau harum anugerah keridhoan dari Engkau kepada Kanjeng Syaikh, dan tolonglah kami dengan rahasia kewalian yang Engkau titipkan kepada beliau.
اللَّهُمَّ انْشُرْ نَفَحَاتِ الرِّضْوَانِ عَلَيْهِ ۞ وَأمِدَّنَا باْلأَسْرَار الَّتِيْ أوْدَعْتَهَا لَدَيْهِ


•══════◎❅◎❦۩❁۩❦◎❅◎══════•

Bab 3


•══════◎❅◎❦۩❁۩❦◎❅◎══════•


(Kanjeng Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani ra. pertama masuk kota Irak ditemani Nabi Khidir 'alaihi afdlolush sholati wassalam. Dan beliau belum mengenalnya yang kemudian Nabi Khidir memberikan persyaratan_persyaratan yang tidak boleh sekali sekali menyimpang, karena penyimpangan akan menjadi sebab perpisahan keduanya. maka Nabi Khidir berpesan kepada Syaikh : Duduklah ditempat ini. maka duduklah kanjeng Syaikh ditempat yang disyaratkan sampai tiga tahun yang setiap tahun sekali Nabi Khidir datang kesitu. Dan kemudian berpesan lagi : Jangan sekali-kali meningalkan tempat ini, sampai aku datang lagi.)
وَرَافَقَهُ الْخَضِرُ ، عَلَى نَبيِّنَا وَعَلَيْهِ أفْضَلُ الصَّلاَةِ وَالسَّلاَمِ ، أوَّلَ دُخُوْلِهِ الْعِرَاقَ ، وَلَمْ يَكُنِ الشَّيْخُ يَعْرِفُهُ ، وَشَرَطَ عَلَيْهِ  الْخَضِرُ أنْ لاَ يُخَالِفَهُ وَالْمُخَالَفَةُ سَبَبُ الْفِرَاقِ ، فَقَالَ لَهُ الْخَضِرُ : اقْعُدْ هَهُنَا ، فَقَعَدَ فِي الْمَكَانِ الَّذِيْ أشَارَ إلَيْهِ بالْقُعُوْدِ ـ فِيْهِ ثَلاَثَ سِنِيْنَ يَأْتِيْهِ فِيْ كُلِّ سَنَةٍ مَرَّةً ، وَيَقُوْلُ لَهُ : لاَ تَبْرَحْ عَنْ مَكَانِكَ حَتَّى آتِيَكَ


(Pernah pada waktu riyadloh Kanjeng Syaikh tertidur di emperan istana Raja Madani dimalamnya yang sangat dingin, tiba -tiba nimpi mengeluarkan mani, seketika bangunlah beliau lalu pergi kesungai untuk mandi. kemudiat tidur lagi dam mimpi yang sama. bangunlah beliau dan pergi ke sungai mandi lagi, kejadian itu sampai empat puluh kali dalam semalam. Kemudian Kanjeng Syaikh naik diatas pagar tembok emperan agar tidak tertidur lagi demi menjaga kelanggengan suci dari hadats. Kebiasaan Kanjeng Syaikh bila berhadats terus berwudhu lalu sholat sunnah dua raka'at sehingga senantiasa suci dan tidak pernah menanggung hadats.)
وَنَامَ مَرَّةً فِيْ إيْوَانِ كِسْرَى مِنَ الْمَدَائِنِ فِيْ لَيْلَةٍ بَاردَةٍ ، فَاحْتَلَمَ وَذَهَبَ إلَى الشَّطِّ وَاغْتَسَلَ ، ثُمَّ نَامَ ، فَاحْتَلَمَ وَذَهَبَ إلَى الشَّطِّ وَاغْتَسَلَ ، وَوَقَعَ لَهُ ذلِكَ فِيْ تِلْكَ اللَّيْلَةِ أرْبَعِيْنَ مَرَّةً ،ثُمَّ صَعِدَ عَلَى جِدَار الإِيْوَانِ خَوْفًا مِنَ النَّوْمِ مُحَافَظَةً عَلَى الطَّهَارَةْ ، وَكَانَ كُلَّمَا أحْدَثَ تَوَضَّأَ ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ ، وَلاَ يَجْلِسُ عَلَى حَدَثٍ قَطُّ


(Tiada henti-hentinya Kanjeng Syaikh kesungguhannya dalam menjaga wudhu, bahkan hal yang demikian itu menjadi kebiasaan sampai ketingkat wusul kepada Allah SWT. nampak jelas pancaran nur kewaliaannya, sehingga nampak juga diwajahnya cemerlang sifat keluhuran, menghindari segala apa yang harus dihindari, bahkan pernah berpura pura bisu, gila, sampai berkali-kali dibawa ke Kota Marostan untuk diobatkan yang demikian itu malah membuat tersohor kewaliannya melebihi ulama' pada zamannya. Dibidang keilmuanya dan amalanya, Zuhud dan ma'rifatnya ketokohan dan Fatwa-fatwanya dapat diterima siapa saja yang mendengarkan sehingga nama baiknya tersebar dimanca negara bagaikan peredaran surya.)
وَلَمْ يَزَلِ اْلاِجْتِهَادُ دَأبَهُ حَتَّى طَرَقَهُ مِنَ اللَّهِ الْحَالُ ، وَآنَ أوَانُ الْوِصَالِ ، وَبَدَتْ لَهُ أنْوَارُ الْجَمَالِ ، فَخَرَجَ عَلَى وَجْهِهِ الْوَجِيْهِ ، لاَ يَعِيْ غَيْرَ مَا هُوَ فِيْهِ ، وَيَتَظَاهَرُ بالتَّخَارُسِ وَالْجُنُوْنِ ، حَتَّى حُمِلَ إلَى الْمَارَسْتَانِ مَرَّاتٍ إلى أن اشْتَهَرَ أمْرُهُ ، وَفَاقَ أهْلَ عَصْرِهِ عِلْمًا وَعَمَلاً وَزُهْدًا وَمَعْرِفَةً وَريَاسَةً وَقَبُوْلاً ، وَطَارَ صِيْتُهُ ، وَسَارَ ذِكْرُهُ مَسِيْرَ الشَّمْسِ


(Diceritakan : pernah pada suatu ketika seratus Ulama' ahli Fiqih Bagdad berkumpul masing masing membawa masalah, kemudian dikumpulkan, dan menghadap Kanjeng Syaikh perlu menguji kemampuannya, setelah ulam' itu duduk dalam majlis, kanjeng syaikhpun menundukkan kepala, tiba-tiba keluarlah cahaya bersinar dari dadanya menembus ke dada para Ulama itu, maka hilanglah apa yang ada pada hati mereka, sampai pada Masalah-masalah yang sudah matang dipersiapkan hilang begitu saja, para Ulama' tadi menjadi kebingungan, gemetar dan seakan-akan tidak berdaya juga kesadarannya, menyobek-nyobek pakaian dan membuka tutup kepalanya. Kemudian Kanjeng Syaikh naik kekursinya seraya memberikan jawaban yang sudah tersimpan dari masing-masing Ulama tersbut, setelah lengkap memberikan jawaban masalah masalah itu semua, para Ulama tadi baru mengakui akan kelebihan Kanjeng Syaikh, lalu mereka tunduk.)
وَحُكِيَ أنَّهُ اجْتَمَعَ لَهُ مِائَةُ فَقِيْهٍ مِنْ عُلَمَاءِ بَغْدَادَ ، وَجَمَعَ كُلُّ وَاحِدٍ مِنْهُمْ عِدَّةَ مَسَائِلَ ، وَجَاؤُا إلَيْهِ لِيَمْتَحِنُوْهُ ، فَلَمَّا اسْتَقَرُّوْا أطْرَقَ الشَّيْخُ ، فَظَهَرَتْ مِنْ صَدْرهِ بَارقَةٌ مِنْ نُوْر ،فَمَرَّتْ عَلَى صُدُوْر مِائَةِ فَقِيْهٍ ، فَمَحَتْ مَا فِيْ قُلُوْبهِمْ ، وَبُهِتُوْا وَاضْطَرَبُوْا وَصَاحُوْا صَيْحَةً وَاحِدَةً ، وَمَزَّقُوْا ثِيَابَهُمْ ، وَكَشَفُوْا رُؤُوْسَهُمْ ، ثُمَّ صَعِدَ الشَّيْخُ عَلَى الْكُرْسِيِّ ، وَأجَابَ عَنْ جَمِيْعِ مَسَائِلِهِمْ ، فَاعْتَرَفُوْا بفَضْلِهِ ، وَخَضَعُوْا لَهُ مِنْ ذلِكَ الْوَقْتِ


(Adalah Kanjeng Syaikh ra. tiap-tiap hari mengajarkan tiga belas 'ilmunya yaitu : Tafsir Al-Qur'an, Hadits, ilmu Khilaf, ilmu ushul ya'ni Ushul Kalam/ Ushul Fiqih,ilmu Nahwu, ilmu Qiro'a/Fajwid, ilmu qiro'a/Tajwid, ilmu huruf, ilmu arudl/qowaafi,ilmu ma'aani, ilmu badi', ilmu bayan, ilmu manthig, dan ilmu tashouf/thoriqoh. beliau memberi fatwa mengikuti madzhab Imam Syafi'i dan imam Hambali ra. Ulama Iraq kagum atas fatwa beliau, sehingga terlontar ucapan dari mereka Maha Suci Allah yang memberikan kepadanya ilmu yang begitu luas.)
وَكَانَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يَقْرَأ فِيْ ثَلاَثَةَ عَشَرَ عِلْمًا ، التَّفْسِيْرَ وَالْحَدِيْثَ وَالْخِلاَفَ وَاْلأُصُوْلَ وَالنَّحْوَ وَالْقِرَاءَةَ وَغَيْرَ ذلِكَ ، وَكَانَ يُفْتِيْ عَلَى مَذْهَبِ اْلإِمَامِ الشَّافِعِيِّ ، وَاْلإِمَامِ أحْمَدَ بْنِ حَنْبَلٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا ، وَكاَنَ عُلَمَاءُ الْعِرَاقِ يَتَعَجَّبُوْنَ مِنْ فَتْوَاهُ ، وَيَقُوْلُوْنَ : سُبْحَانَ مَنْ أعْطَاهُ


(Pernah Kanjeng Syaikh diberi suatu masalah karena semua Ulama' Bagdad tidak mampu menjawabnya, masalah itu adalah : ada seseorang yang bersumpah kalau istrinya jadi ditalaq tiga. maka orang tadi harus melakukan ibadah kepada Allah Ta'ala, yang ibadahnya tidak sedang dikerjakan lain orang pada waktu itu. Bagaimana orang itu bisa selamat dari sumpahnya dan ibadah apa yang harus ia kerjakan ? Maka Kanjeng Syaikh ra. menjawab seketika : Agar orang tadi selamat dari sumpahnya, maka ia harus pergi ke Mekkah Al-Mukaromah, menunggu sepinya orang melakukan thawaf, bila sudah sepi lalu mengerjakan thowaf tujuh kali, dengan demikaian berarti telah lepas dari sumpahnya dan tidak punya tanggungan apa-apa.)
وَرُفِعَ إلَيْهِ مَرَّةً سُؤَالٌ عَجَزَ الْعُلَمَاءُ عَنْ جَوَابهِ ، صُوْرَتُهُ : رَجُلٌ حَلَفَ بالطَّلاَقِ الثَّلاَثِ ، أنَّهُ لاَ بُدَّ أنْ يَعْبُدَ اللَّهَ تَعَالَى عِبَادَةً يَنْفَرِدُ بهَا دُوْنَ الْخَلاَئِقِ أجْمَعِيْنَ فِيْ ذلِكَ الْوَقْتِ ، فَمَا خِلاَصُهُ ؟ ، فَقَالَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَلَى الْفَوْر ، خِلاَصُهُ أنْ يَأْتِيَ مَكَّةَ الْمُكَرَّمَةَ ، وَيُخَلِّيَ الْمَطَافَ لَهُ ، فَيَطُوْفَ أسْبُوْعًا وَاحِدَةً ، وَتَنْحَلُّ يَمِيْنُهُ ، فَلِلَّهِ دَرُّهُ ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ


•══════◎❅◎❦۩❁۩❦◎❅◎══════•



Ya Allah, Tebarkanlah secara terus-menerus bau harum anugerah keridhoan dari Engkau kepada Kanjeng Syaikh, dan tolonglah kami dengan rahasia kewalian yang Engkau titipkan kepada beliau.
اللَّهُمَّ انْشُرْ نَفَحَاتِ الرِّضْوَانِ عَلَيْهِ ۞ وَأمِدَّنَا باْلأَسْرَار الَّتِيْ أوْدَعْتَهَا لَدَيْهِ


•══════◎❅◎❦۩❁۩❦◎❅◎══════•

Bab 4


•══════◎❅◎❦۩❁۩❦◎❅◎══════•


(Adalah Kanjeng Syaikh berpakaian, pakaian Ulma Jubah besar yaitu pakaian yang menutupi muka dan kepala, dan kendaraannya bighol/keledai. Untuk menghormati tamu membuka kerudungnya dan waktu mengajar beliau duduk dikursi yang tinggi agar bisa dilihat dan didengar, ucapanya terang dan jelas.)
وَكَانَ يَلْبَسُ لِبَاسَ الْعُلَمَاءِ ، وَيَتَطَيْلَسُ وَيَرْكَبُ الْبَغْلَةَ ، وَتُرْفَعُ الْغَاشِيَةُ بَيْنَ يَدَيْهِ ، وَإذاَ تَكَلَّمَ جَلَسَ عَلَى كُرْسِيٍّ عَالٍ


(Kadang-kadang Kanjeng Syaikh bagaikan berjalan diangkasa kemudian kembali lagi kekursinya,hal itu disaksikan orang-orang hadir, waktunya hanya diperuntukkan ta'at kepada Allah semata.
وَكَانَ فِيْ كَلاَمِهِ سُرْعَةٌ وَجَهْرٌ ، وَرُبَّمَا خَطَا فِي الْهَوَاءِ عَلَى رُؤُوْسِ اْلأَشْهَادِ ، ثُمَّ يَرْجِعُ إلَى الْكُرْسِيِّ ، وَكَانَ وَقْتُهُ كُلُّهُ مَعْمُوْرًا بالطَّاعَاتِ


Pembantu dekatnya ya'ni Syaikh Abu Abdillah Muhammad bin Abdil Fatah Al-Harowi Mengatakan : saya menjadi peladenya Syaikh Abdul Qodir ra. selama empat puluh tahun, adalah beliau selama itu bila sholat subuh masih menggunakan wudhunya sholat isya'. Kalau ber-hadats segera memperbaruhi wudhunya. kemudian mengerjakan sholat sunnah dua rakaat.)
قَالَ خَادِمُهُ الشَّيْخُ أبُوْ عَبْدِ اللَّهِ مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الْفّتَّاحِ الْهَرَويُّ : خَدَمْتُ الشَّيْخَ عَبْدَ الْقَادِر رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ، مُدَّةَ أرْبَعِيْنَ سَنَةً ، وَكَانَ يُصَلِّي الصُّبْحَ بوُضُوْءِ الْعِشَاءِ هذِهِ الْمُدَّةَ كُلَّهَا ، وَكَانَ إذاَ أحْدَثَ جَدَّدَ فِيْ وَقْتِهِ وُضُوْءَهُ وَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ


(Adalah Kanjeng Syaikh setelah sholat isya' masuk kamar pribadi, tidak satupun orang dapat masuk dan membukanya, tidak akan keluar sebelum terbit fajar.Raja Bagdad sudah berkali kali benar-benar ingin bertemu dengan beliau pada malam hari, tidak juga bisa bertemu. Syaikh Abdul Fatah berkata : pernah saya bermalam semalam dirumah beliau, maka say tahu beliau sholat sunnah sebentar pada permulaan malam, kemudian berdzikir kepada Allah sampai melewati sepertiga dari permulaan malam.)
وَكَانَ إذاَ صَلَّى الْعِشَاءَ ، دَخَلَ  خَلْوَتَهُ ، فَلاَ يُمْكِنُ أحَدٌ أنْ يَدْخُلَهَا مَعَهُ وَلاَ يَفْتَحَهَا ، وَلاَ  يَخْرُجُ مِنْهَا إلاَّ عِنْدَ طُلُوْعِ الْفَجْرِ ، وَلَقَدْ أتَاهُ الْخَلِيْفَةُ مِرَارًا باللَّيْلِ يَقْصِدُ اْلاِجْتِمَاعَ بهِ ، فَلاَ يَقْدِرُ عَلَى ذلِكَ ، وَقَاَل ابْنُ  أبي الْفَتْحِ : بتُّ لَيْلَةً عِنْدَهُ فَرَأيْتُهُ يُصَلِّيْ أوَّلَ اللَّيْلِ يَسِيْرًا ، ثُمَّ يَذْكُرُ اللَّهَ تَعَالَى  إلى أنْ يَمْضِيَ الثُّلُثُ اْلأَوَّلُ مِنَ اللَّيْلِ


(Kemudian beliau membaca asma A'dhom sembilan yaitu : al-Muhiithu,Arrobbu, Asy-Syahiidu, Al-Hasibu, Al-Fa'aalu, Al-Khollaaqu,Al-Kholiqu, Al-Bari-u, Al-Mushowwiru, dan naik keangkasa sampai hilang dari pandanganku. Setelah kembali lagi kekamarnya, kemudian sholat berdiri di atas kedua kaki serta membaca Al-Qur'an sampai habis waktu sepertiga malam yang kedua. Adalah sholat beliau sujudnya sangat panjang, kemudian duduk menghadapkan jiwanya kehadirat Allah, muroqobah kepadaNya sampai terbit fajar dengan sopan dan merendah berdo'a kepada Allah sehingga beliau tertutup penuh oleh cahaya terang, dengan nampak terang jelas, sehingga menyilaukan pandangan mata sampai Kanjeng Syaikh tidak terlihat karena tertutup oleh Nur/Cahaya.)
ثُمَّ يَقُوْلُ : الْمُحِيْطُ الرَّبُّ الشَّهِيْدُ الْحَسِيْبُ الْفَعَّالُ الْخَلاَّقُ الْخَالِقُ الْبَارئُ الْمُصَوِّرُ تِسْعَةُ ألْفَاظٍ ، وَيَرْتَفِعُ فِي الْهَوَاءِ إلى أنْ يَغِيْبَ عَنْ بَصَرِيْ ، ثُمَّ يُصَلِّيْ قَائِمًا  عَلَى قَدَمَيْهِ يَتْلُو الْقُرْآنَ إلَى أنْ يَذْهَبَ الثُّلُثُ الثَّانِيْ ، وَكَانَ يُطِيْلُ سُجُوْدَهُ جِدًّا ، ثُمَّ يَجْلِسُ مُتَوَجِّهًا مُرَاقِبًا إلَى طُلُوْعِ الْفَجْرِ ، ثُمَّ يَأْخُذُ فِي اْلاِبْتِهَالِ وَالدُّعَاءِ وَالتَّذَلُّلِ ، وَيَغْشَاهُ نُوْرٌ يَكَادُ يَخْطَفُ باْلأَبْصَار ، إلَى أنْ يَغِيْبَ فِيْهِ عَنِ النَّظَرِ


(Syaikh Ibnu Abil Fatah juga berkata : kemudian saya mendengar disampingnya ada yang mengucapkan salam Assalaamu'alaikum kemudian Kanjeng Syaikh menjawabnya, keadaan demikian ini terjadi sampai Kanjeng Syaikh mengerjakan sholat fajar.)
قَالَ  : وَكُنْتُ أسْمَعُ عِنْدَهُ (سَلاَمٌ عَلَيْكُمْ سَلاَمٌ عَلَيْكُمْ) وَهُوَ  يَرُدُّ السَّلاَمَ إلَى أنْ يَخْرُجَ لِصَلاَةِ الْفَجْرِ


(Adalah Kanjeng Syaikh ra. telah berkata : Tidak boleh terjadi sebagai seorang ahli tasauf, siap dan bertindak sebagai juru penerang/ Guru mursyid, kecuali sudah mendapat anugerah Alah ilmunya, politiknya pimpinan negara, ilmu hikmahnya para ahli hukum. Syaikh Ibnu Fatah juga mengatakan : pada suatu hari ada seorang melapor kepada Kanjeng Syaikh, ia mengaku pernah melihat Allah ta'ala dengan kedua matanya. Maka beliau bertanya : Benarkah apa kata orang-orang bahwa engkau pernah melihat Allah dengan kedua matamu...? Maka orang tersebut menjawab : Iya benar. Syaikh Ibnu Abil Fatah selanjutnya melarang mengatakan bahwa mendengar jawaban orang tersebut Kanjeng Syaikh melarang mengatakan yang demikian seraya membentaknya dengan berpesan agar berhati-hati jangan sampai ucapanya diulang kembali.)
وَكَانَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يَقُوْلُ : لاَ  يَنْبَغِيْ لِفَقِيْرٍ أنْ يَتَصَدَّى وَيَتَصَدَّرَ لإِرْشَادِ النَّاسِ إلاَّ أنْ أعْطَاهُ اللَّهُ عِلْمَ الْعُلَمَاءِ وَسِيَاسَةَ الْمُلُوْكِ وَحِكْمَةَ  الْحُكَمَاءِ ، قَالَ : وَرُفِعَ  إلَيْهِ مَرَّةً ، شَخْصٌ نادَّعَى أنَّهُ يَرَى اللَّهَ تَعَالَى بعَيْنَيْ رَأسِهِ ، فَقَالَ : أحَقٌّ مَا  يَقُوْلُوْنَ عَنْكَ ؟ ، فَقَالَ : نَعَمْ ، قَالَ : فَزَجَرَهُ وَانْتَهَرَهُ وَعَاهَدَهُ عَلَى أنْ لاَ يَعُوْدَ إلَى ذِكْرِ ذلِكَ


(Kemudian beliau menoleh kepada mereka diantara yang hadir sedang menanyakan : pengakuan seprti itu benar atau salah ? Jawab kanjeng Syaikh, ia benar... tapi dalam kebimbangan, sesungguhnya yang melihat Nur keindahan Allah itu adalah mata hatinya, yang kemudian mata hatinya menembus kedua mata kepalanya, maka kepalanya lalu bisa melihat mata hatinya, cahaya mata hatinya menyatu dengan cahaya keindahan Allah, sehingga orang itu berprasangka bahwa mata kepalanya melihat apa yang sebenarnya dilihat mata hatinya. Sesungguhnya yang dapat melihat cahaya keindahan Allah hanyalah mata hati, tetapi ia belum mengerti. mendengar jawaban kanjeng syakih tadi, para Ulam' dan ahli thoriqoh gemetar dan kebingungan.)
ثُمَّ الْتَفَتَ الشَّيْخُ إلَى الْحَاضِرِيْنَ السَّائِلِيْنَ لَهُ : أَمُحِقٌّ هَذاَ أَمْ مُبْطِلٌ ؟ فَقَالَ : هُوَ مُحِقٌّ فِيْ قَوْلِهِ ، مُلْتَبَسٌ عَلَيْهِ ، وَذَلِكَ : أنَّهُ شَهِدَ ببَصِيْرَتِهِ نُوْرَ الْجَمَالِ ، ثُمَّ خُرِقَ مِنْ بَصِيْرَتِهِ  مَنْفَذٌ ، فَرَأى بَصَرُهُ بَصِيْرَتَهُ ـ وَشُعَاعُهَا مُتَّصِلٌ بنُوْر شُهُوْدِهِ ، فَظَنَّ أَنَّ بَصَرَهُ رَأَى  مَا شَهِدَتْهُ بَصِيْرَتُهُ ، وَإِنَّمَا رَأَى نُوْرَ بَصِيْرَتِهِ فَقَطْ ـ وَهُوْ لاَ يَدْريْ ، فَاضْطَرَبَ الْعُلَمَاءُ وَالصُّوْفِيَّةُ مِنْ سَمَاعِ ذلِكَ الْكَلاَمِ وَدُهِشُوْا


(Syaikh Ibnu Abdil Fatah berkata : pada suatau ketika Kanjeng Syaikh melihat seberkas cahaya berkilauan menerangi ufuk langit, tidak lama menampakkan diri seraya memanggil-manggil : Wahai Abdul Qodir.... aku adalah Tuhanmu.. sungguh aku perbolehkan untukmu semua yang diharamkan. Maka Kanjeng Syaikh menjawab : A'UUDZU BILLAHI MINASY SYAITHOONIRROJIM yang artinya : aku berlindung kepada Allah dari syaithan yang terkutuk. seketika itu cahaya tadi berubah menjadi gelap dan menyerupai awan dengan bersuara keras : Wahai Abdul Qodir..., selamatlah engkau dari ulah sesatku, sebab ilmumu tentang hukum Tuhanmu adan karena pemahamanmu tentang kedudukanmu sungguh aku sudah menyesatkan seperti kejadian ini dari tujuh puluh orang ahli thoriqoh.)
قَالَ : وَذُكِرَ ؛ أَنَّهُ يُرَى لَهُ مَرَّةً مِنَ الْمَرَّاتِ نُوْرٌ عَظِيْمٌ أضَاءَ بهِ اْلأُفُقُ ، وَبَدَى لَهُ فِيْ ذلِكَ النُّوْر صُوْرَةٌ ، فَنَادَتْنِيْ : يَا عَبْدَ الْقَادِر ! أَناَ  رَبُّكَ وَقَدْ أَبَحْتُ لَكَ الْمُحَرَّمَاتِ ، فَقُلْتُ : أعُوْذُ باللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ ، اخْسَأْ يَا لَعِيْنُ ، قَالَ : فَإِذاً بذَلِكَ النُّوْرِ ظُلاَمٌ ، وَالصُّوْرَةِ دُخَانٌ ، ثُمَّ صَرَخَ : يَا عَبْدَ الْقَادِرِ ! نَجَوْتَ  مِنِّيْ بعِلْمِكَ بِحُكْمِ رَبِّكَ ، وَفِقْهِكَ فِيْ إِحْكَامِ مَنَازلِكَ وَلَقَدْ أَضْلَلْتُ بِمِثْلِ هَذِهِ الْوَاقِعَةِ سَبْعِيْنَ مِنْ أهْلِ الطَّرِيْقِ


(Setelah beliau selamat dari godaan syaithan, kemudian memuji kepada Allah dengan mengucapkan : Anugerah dan keselamatan hanya karena Tuhanku. maka ditanyakan kepada Syaikh : Bagaimana Syaikh bisa tahu sesungguhnya itu adalah syaithan...? Kanjeng Syaikh menjawab : dari ucapanya : telahaku perbolehkan bagimu apa yang diharamkan. Karena setahu saya Sungguh Allah ta'ala tidak akan memerintahkan berbuat jahat.)
فَقُلْتُ  : لِرَبِّيَ الْفَضْلُ وَالْمِنَّةُ ، فَقِيْلَ لِلشَّيْخِ : بِمَ عَرَفْتَ أنَّهُ شَيْطَانٌ ؟ ، فَقَالَ : مِنْ قَوْلِهِ : أَبَحْتُ لَكَ الْمُحَرَّمَاتِ ، فَعَلِمْتُ أَنَّ اللَّهَ تَعَالَى لاَ يَأْمُرُ  بالْفَحْشَاءِ


•══════◎❅◎❦۩❁۩❦◎❅◎══════•



Ya Allah, Tebarkanlah secara terus-menerus bau harum anugerah keridhoan dari Engkau kepada Kanjeng Syaikh, dan tolonglah kami dengan rahasia kewalian yang Engkau titipkan kepada beliau.
اللَّهُمَّ انْشُرْ نَفَحَاتِ الرِّضْوَانِ عَلَيْهِ ۞ وَأمِدَّنَا باْلأَسْرَار الَّتِيْ أوْدَعْتَهَا لَدَيْهِ


•══════◎❅◎❦۩❁۩❦◎❅◎══════•

Bab 5


•══════◎❅◎❦۩❁۩❦◎❅◎══════•


(Adalah Kanjeng Syaikh Abdul Qodir ra. tidak mau mengaung-agungkan orang kaya dan berdiri karena kedatangannya seorang raja dan tidak juga orang-orang yang mempunyai kedudukan. Dan adalah seringkali raja bermaksud ziarah kepada Syaikh, padahal beliau sedang duduk-duduk kemudian ditinggalkan masuk kekamar pribadinya.)
وَكَانَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ لاَ يُعَظِّمُ اْلأَغْنِيَاءَ ، وَلاَ يَقُوْمُ لأَحَدٍ مِنَ اْلأُمَرَاءِ ، وَلاَ أرْكَانِ الدَّوْلَةِ ، وَكَانَ كَثِيْرًا يَرَى الْخَلِيْفَةَ قَاصِدًا لَهُ ، وَهُوَ جَالِسٌ ، فَيَدْخُلُ خَلْوَةً


(Kemudian baru keluar lagi untuk menemui setelah khalifah itu duduk. Hal ini dilakukan kerena memulyakan prilaku ahli tasauf yang tidak tertarik dengan kedudukan dan harta serta tidak berdiri haya sekedar kedatangan raja. Lagian beliau tidak mau berdiri di depan pintu-pintu raja atau mantri dan juga tidak mau menerima hadiah dari raja, sehingga raja itu mencemoohnya atas ketidak diterimanya pemberian itu. maka Kanjeng Syaikh berkata kepada sang raja : Kalau begitu silahkan bawa sendiri hadiah itu kesini. rajapun menerimanya, kemudian membawa sendiri buah apel untuk Kanjeng Syaikh. tiba-tiba buah apel itu didalamnya penuh darah dan nanah. maka berkatalah Kanjeng Syaikh kepada raja : kenapa raja selalu mencemooh dan mencela saya...? padahal saya tidak mau buah apel ini, karena seluruhnya penuh dengan darah manusia. Maka raja itu minta ma'af dan bertaubat dihadapan Kanjeng Syaikh, selanjutnya raja itu sering ziarah kepada beliau sebagaimana kebanyakan orang dan menjadi sahabatnya sampai meninggal.)
ثُمَّ يَخْرُجُ عَلَى الْخَلِيْفَةِ بَعْدَ وُصُوْلِهِ ، إعْزَازًا لِطَرِيْقِ الْفُقَرَاءِ ، وَلِئَلاَّ يَقُوْمَ لِلْخَلِيْفَةِ ، وَمَا وَقَفَ ببَابِ وَزيْرٍ وَلاَ سُلْطَانٍ ، وَلاَ قَبلَ هَدِيَّةً مِنَ الْخَلِيْفَةِ قَطُّ حَتَّى عَتَبَهُ عَلَى عَدَمِ قَبُوْلِهِ هَدِيَّتَهُ ، فَقَالَ لَهُ الشَّيْخُ : أَرْسِلْ مَا بَدَا لَكَ وَاحْضُرْ مَعَهُ ، فَحَضَرَ الْخَلِيْفَةُ عِنَد الشَّيْخِ ـ وَمَعَهُ شَيْءٌ مِنَ التُّفَّاحِ ، وَإذاَ كُلُّ تُفَّاحَةٍ مَحْشُوٌّ دَمًا وَقَيْحًا ، فَقَالَ لِلْخَلِيْفَةِ : كَيْفَ تَلُوْمُنَا عَلَى عَدَمِ أكْلِنَا مِنْ هَذاَ ، وَكُلُّهُ مَحْشُوٌّ بدِمَاءِ النَّاسِ ؟ ،فَاسْتَغْفَرَ الْخَلِيْفَةُ وَتَابَ عَلَى يَدَيْهِ ، وَكَانَ يَأْتِيْ فَيَقِفُ بَيْنَ يَدَي الشَّيْخِ كَآحَادِ النَّاسِ وَصَحِبَهُ إِلَى أَنْ مَاتَ


(Adalah Kanjeng Syaikh ra. yang mempunyai derajad tinggi, namanya harum tersebar kemana-mana, beliau mau menghormati kepada fakir miskin, menemani duduk, membersihkan sendiri kutu kutu yang ada dipakaianya.
وَكَانَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ مَعَ جَلاَلَةِ قَدْرِهِ ، وَبُعْدِ صِيْتِهِ ، وَعُلُوِّ ذِكْرِهِ ، يُعَظِّمُ الْفُقَرَاءَ ، وَيُجَالِسُهُمْ ، وَيَفْلِيْ لَهُمْ ثِيَابَهُمْ


Beliau penah mengatakan : Seorang fakir yang mau sabar lebih utama dari orang kaya yang bersyukur,dan orang fakir yang bersyukur, lebih utama dari keduanya dan orang fakir yang mau bersabar dan bersyukur, lebih utama dari semuanya.
وَكَانَ يَقُوْلُ : الْفَقِيْرُ الصَّابرُ أفْضَلُ مِنَ الْغَنِيِّ الشَّاكِرِ ، وَالْفَقِيْرُ الشَّاكِرُ أفْضَلُ مِنْهُمَا ، وَالْفَقِيْرُ الصَّابرُ الشَّاكِرُ أفْضَلُ مِنَ الْكُلِّ


(Tidak senang dan tidak merasa ni'mat menerima bala', kecuali orang yang tahu kepada Dzat yang menurunkan bala', yaitu Allah SWT. dan adalah Kanjeng Syaikh juga berkata : ikutilah sunnah Rasulullah ﷺ. dan jangan melakukan bid'ah, berbakti kepada Allah dan RasulNya jangan sampai keluar dari islam, bersabarlah dan jangan menggumam, berharaplah untuk mendapatkan kesejahteraan dan jangan putus asa, berkumpullah dalam majlis Dzikir kepada Allah ta'ala, jangan bercerai berai, bersihkan dirimu dengan bertaubat dari segala dosa dan jangan berlumuran noda dan secara rutin menghadap dipintu Allah untuk mohon ampunan.)
وَمَا أحَبَّ الْبَلاَءَ وَالتَّلَذُّذَ بهِ إِلاَّ مَنْ عَرَفَ الْمُبْلِيْ ، وَكَانَ يَقُوْلُ : اِتَّبعُوْا وَلاَ تَبْتَدِعُوْا ، وَأطِيْعُوْا وَلاَ تَمْرُقُوْا ،وَاصْبِرُوْا وَلاَ تَجْزَعُوْا ، وَانْتَظِرُوا الْفَرَجَ وَلاَ تَيْأَسُوْا ،وَاجْتَمِعُوْا عَلَى ذِكْرِ اللَّهِ تَعَالَى وَلاَ تَتَفَرَّقُوْا ،وَتَطَهَّرُوْا بالتَّوْبَةِ عَنِ الذُّنُوْبِ وَلاَ تَتَلَطَّخُوْا ، وَعَنْ بَابِ مَوْلاَكُمْ لاَ تَبْرَحُوْا


(Kanjeng Syaikh berkata juga : Jika terkena cobaan, jangan menginginkan mendapat keni'matan dan menghindar dari cobaan, karena suatu keni'matan pasti datang juga kepadamu sesuai ketentuan Allah, diharapkan maupuntidak. demikian pula cobaan, suka atau tidak pasti akan menimpanya,maka iyu berserah dirilah segala urusan kepada Allah yang mengatur sesuai dengan kehendaknya. maka bila keni'matan datang kepadamu, maka sibukkanlah dirimu dengan mengingat Allah dan banyak bersyukur, dan bila cobaan yang menimpa maka sibukkanlah dirimu dengan kesabaran dan kesadaran.bila ingin mendapat tempat yang tertingi disisi Allah dan sebagai suatu keni'matan, maka perlu disadari bahwa cobaan yang menimpa orang mukmin bukan sebagai malapetaka, tetapi datang untuk menguji Iman.)
وَكَانَ يَقُوْلُ : لاَ تَخْتَرْ جَلْبَ النَّعْمَاءِ وَلاَ دَفْعَ الْبَلْوَى ، فَإِنَّ النَّعْمَاءَ وَاصِلَةٌ إلَيْكَ بالْقِسْمَةِ ـ اسْتَجْلَبْتَهَا أمْ لاَ ، وَالْبَلْوَى حَالَّةٌ بكَ ـ وَإنْ كَرِهْتَهَا ، فَسَلِّمْ لِلَّهِ فِي الْكُلِّ يَفْعَلُ مَا يَشَاءُ ، فَإنْ جَاءَتْكَ النَّعْمَاءُ فَاشْتَغِلْ بالذِّكْرِ وَالشُّكْرِ ، وَإنْ جَاءَتْكَ الْبَلْوَى فَاشْتَغِلْ بالصَّبْرِ وَالْمُوَافَقَةِ ، وَإنْ كُنْتَ أَعْلَى مِنْ ذلِكَ فَالرِّضَا وَالتَّلَذُّذَ ، وَاعْلَمُوْا أَنَّ الْبَلِيَّةَ لَمْ تَأْتِ الْمُؤْمِنَ لِتُهْلِكَهُ ، وَإنَّمَا أتَتْهُ لِتَخْتَبِرَهُ


(Kata Kanjeng Syaikh lagi : tidak boleh terjadi didalam majlis untuk menghadap kepada Allah ta'ala, kecuali membersihkan dirinya dari kotoran dan dosa. dan tidak akan dibuka hatinya untuk ma'rifat kepada Allah, kecuali hatinya dikosongkan dari pengakuan mempunyai perilaku baik dan dari perbuatan yang meresahkan. apabila kebiasaan manusia sudah berlumuran dosa dan tidak mau membersihkan, maka Allah ta'ala menurunkan berbagai penyakit lahir ataupun bathin kepada mereka sebagai tebusan dan pembersih dosa-dosanya, agar yang demikian itu sesuai majlis menghadap dan mendekat kepada Allah, baik mereka sadar maupun tidak.)
وَكَانَ يَقُوْلُ : لاَ يَصْلُحُ لِمُجَالَسَةِ الْحَقِّ تَعَالىَ إلاَّ الْمُطَهَّرُوْنَ مِنْ رجْسِ الزَّلاَّتِ ، وَلاَ يُفْتَحُ إلاَّ لِمَنْ خَلاَ عَنِ الدَّعَاويْ وَالْهَوَسَاتِ ، وَلَمَّا كَانَ الْغَالِبُ عَلَى النَّاسِ عَدَمَ التَّطَهُّرِ ابْتَلاَهُمُ اللَّهُ تَعَالىَ باْلأَمْرَاضِ كَفَّارَةً وَطَهُوْرًا لِيَصْلُحُوْا لِمُجَالَسَتِهِ وَقُرْبهِ ـ شَعَرُوْا بذَلِكَ أوْ لَمْ يَشْعُرُوْا


(Kata Kanjeng Syaikh lagi : Berhati-hatilah kamu... jangan sampai menyakiti seseorang atau membencinya, kecuali sudah memperhatikan perbuatanya dengan berdasarkan Al-Qur'an dan sunnah Rasul, agar kamu senang,benci tidak sekedar menuruti hawa nafsu.)
وَكَانَ يَقُوْلُ : إيَّاكُمْ أنْ تُحِبُّوْا أحَدًا أوْ تَكْرَهُوْهُ إلاَّ بَعْدَ عَرْضِ أفْعَالِهِ عَلَى الْكِتَابِ وَالسُّنَّةِ ،كَيْ لاَ تُحِبُّوْهُ بالْهَوَى ، وَتَبْغَضُوْهُ بالْهَوَى


•══════◎❅◎❦۩❁۩❦◎❅◎══════•



Ya Allah, Tebarkanlah secara terus-menerus bau harum anugerah keridhoan dari Engkau kepada Kanjeng Syaikh, dan tolonglah kami dengan rahasia kewalian yang Engkau titipkan kepada beliau.
اللَّهُمَّ انْشُرْ نَفَحَاتِ الرِّضْوَانِ عَلَيْهِ ۞ وَأمِدَّنَا باْلأَسْرَار الَّتِيْ أوْدَعْتَهَا لَدَيْهِ


•══════◎❅◎❦۩❁۩❦◎❅◎══════•

Bab 6


•══════◎❅◎❦۩❁۩❦◎❅◎══════•


 (Adalah Kekaromahan Kanjeng Syaikh Abdul Qodir, pakaiannya tidak pernah dihinggapi lalat, karena mewarisi Eyangnya yaitu Nabi ﷺ. orang yang melihatnya sempat menanyakan lantaran apa yang menyebabkan..? Maka Kanjeng Syaikh menjawab : Untuk apa lalat hingap pada diriku, yang pada diriku ada tujuan untuk mendapatkan keni'matan dunia dan madunya akhirat, melainkan hanya semata mata ikhlas karena Allah.)
وَكَانَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ لاَ يَجْلِسُ الذُّبَابُ عَلَى ثِيَابهِ ـ وِرَاثَةً لَهُ مِنْ جَدِّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، فَقِيْلَ لَهُ فِيْ ذلِكَ ، فَقَالَ أيُّ شَيْءٍ يَعْمَلُ الذُّبَابُ عِنْدِيْ ، وَلَيْسَ عِنْدِيْ مِنْ دِبْسِ الدُّنْيَا وَعَسَلِ اْلآخِرَةِ


(dari sebagian kekaromahannya, satu ketika beliau duduk mengambil air wudhu kejatuhan kotoran burung emprit, lalu beliau mengangkat kepalanya, maka jatuhlah burung itu dan mati. kemudian beliau melepas pakaiannya untuk dicuci lalu disedekahkan sebagai tebusan burung tadi. dan berkatalah beliau : bila pada saya ada dosa maka itulah tebusannya.)
وَمِنْ كَرَامَاتِهِ ؛ أنَّهُ جَلَسَ مَرَّةً يَتَوَضَّأُ ، فَقَذَرَ عَلَيْهِ عُصْفُوْرٌ، فَرَفَعَ رَأسَهُ ، فَخَرَّ الْعُصْفُوْرُ مَيْتًا ، فَغَسَلَ الثَّوْبَ ، ثُمَّ تَصَدَّقَ بهِ عَنِ الْعُصْفُوْر ، وَقَالَ : إنْ كَانَ عَلَيْنَا إثْمٌ فَهُوْ كَفَّارَتُهُ


(Dan dari kekaromahannya lagi, ada seoranag perempuan datang kepada beliau dengan membawa putranyadiserahkan kepada beliau untuk menjadi santrinya dan belajar ilmu suluk. putra tadi diterima, kemudian diperintahkan memerangi nafsunya serta menjalankan ibadah sebagaimana dilakukan oleh ulama-ulama salaf. Suatau hari ibunya sowan kepada Kanjeng syaikh, dilihat anaknya menjadi kurus, si ibu kemudian masuk kedalam kamar kanjeng Syaikh dan melihat didepanya tulang tulang aYam dari sisa daharan Kanjeng Syaikh. maka si ibu kemudian menanyakan arti dari semua itu. Maka Kanjeng Syaikh meletakkan tanganya diatas tulang tadi sambil berkata : Berdirilah atas izin Allah yang menghidupkan tulang-tulang yang hancur, maka berdirilah tulang tulang itu kembali menjadi ayam dan berkokok : "LAA ILAAHAILLALLOOH-MUHAMMADUR RASUULULLOOH-ASY-SYAIKHU"ABDUL QOODIR WALIYYULLOOHI" artinya : Tidak Ada Tuhan melainkan Allah, Muhammad utusan Allah, Syaikh Abdul Qodir kekasih Allah swt. maka beliau berkata kepada si ibu : Kalau anak mu sudah dapat berbuat seperti ini, maka boleh makan sekehendaknya.)
وَمِنْ كَرَامَاتِهِ أيْضًا ؛ أنَّ امْرَأةً أتَتْهُ بوَلَدِهَا لِتُشَوِّقَهُ إلَى صُحْبَةِ الشَّيْخِ عَبْدِ الْقَادِر وَتُسَلِّكَهُ، فَأَمَرَهُ بالْمُجَاهَدَةِ وَسُلُوْكِ طَرِيْقِ السَّلَفِ ، فَرَأتْهُ يَوْمًا نَحِيْلاً ، وَرَأتْهُ يَأْكُلُ خُبْزَ شَعِيْرٍ ، وَدَخَلَتْ عَلَى الشَّيْخِ ، وَوَجَدَتْ بَيْنَ يَدَيْهِ عَظْمَ دَجَاجَةٍ مَلْعُوْقَةٍ فَسَأَلَتْهُ عَنِ الْمَعْنَى فِيْ ذَلِكَ ، فَوَضَعَ الشَّيْخُ يَدَهُ عَلَى الْعِظَامِ ـ وَقَالَ لَهَا "قُوْمِيْ بإِذْنِ اللَّهِ تَعَالَى الَّذِيْ يُحْيي الْعِظَامَ وَهِيَ رَمِيْمٌ" فَقَامَتِ الدَّجَاجَةُ سَوِيَّةً وَصَاحَتْ "لاَ إلَهَ إلاَّ اللَّهْ ـ مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللَّهْ ـ الشَّيْخُ عَبْدُ الْقَادِر وَلِيُّ اللَّهْ" رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ، فَقَالَ لَهَا : إذاَ صَارَ ابْنُكِ هَكَذاَ فَلْيَأْكُلْ مَا شَاءَ


(Dan dari kekaromahannya lagi, pada suatu hari ketika angin sedang berhembus kencang ada seekor burung elang diatas majelis pengajian beliau dengan suara yang keras dan suaranya menggangu orang orang yang hadir dimajelis itu, maka beliau berkata : Wahai angin, potonglah kepala burung itu. maka seketika jatuhlah burung itu dengan keadaan kepala terputus. kemudian beliau turun dari kursinya, mengambil burung tadi mengelus elus dengan membaca : "Bismillaahir rahmaanir rohiim", maka burung itu hidup kembali dan terbang lagi dengan izin Allah ta'ala, akan hal itu disaksikan oleh orang orang yang hadir dimajelis itu.)
وَمِنْ كَرَامَاتِهِ أيْضًا ؛ أنَّهُ مَرَّ بِمَجْلِسِهِ حِدَأَةٌ فِيْ يَوْمٍ شَدِيْدِ الرِّيْحِ ،فَشَوَّشَتْ بصِيَاحِهَا عَلَى الْحَاضِرِيْنَ ، فَقَالَ : يَا ريْحُ خُذِيْ رَأْسَهَا ، فَوَقَعَتْ لِوَقْتِهَا مَقْطُوْعَةَ الرَّأسِ ، فَنَزَلَ عَنِ الْكُرْسِيِّ وَأخَذهَا فِيْ يَدِهِ ، وَأمَرَّ اْلأُخْرَى عَلَيْهَا ، وَقَالَ "بسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ" ، فَحَيَّتْ وَطَارَتْ سَوِيَّةً بإذنِ اللَّهِ تَعَالَى ـ وَالنَّاسُ يُشَاهِدُوْنَ ذلِكَ


Dan dari karomaahnya lagi, Syaikh Abu Umar Utsman As-Shairofi dan Syaikh Abu Muhammad Abdul Haqqi Al-Harimiyah, semoga Allah memberi rahmat keduanya, berkata : Kami pernah berdampingan dengan Syaikh berada di madrasahnya pada hari Ahad tanggal 3 Shafar tahun 555 H, beliau berwudhu dengan klompennya lalu shalat dua rakaat, setelah salam berteriak sekeras-kerasnya seraya melemparkan klompennya yang satu sejauh-jauhnya ke atas sampai tidak nampak dari pandangan kami, kemudian melakukan lagi seperti itu untuk kedua kalinya dengan klompen yang satunya. Kemudian duduk dan tidak ada seorangpun yang berani menanyakan kejadian itu. Setelah 23 hari dari kejadian itu, datanglah serombongan musyafir dari luar negeri, mereka berkata :  Kami mempunyai nadzar, maka kami mohon diizinkan untuk menghadap Kanjeng Syaikh. Maka beliau berkata kepada kami berdua : Ambillah nadzar yang dibawa mereka. Kemudian memberikan barang nadzarnya berupa emas, pakaian sutra, pakaian berbulu sutra dan klompen milik Kanjeng Syaikh. Maka kami bertanya kepada mereka tentang apa yang terjadi sesungguhnya? Merekapun bercerita : Pada hari Ahad tanggal 3 Shafar yang lalu kami dalam perjalanan, tiba-tiba ada serombongan manusia yang dipimpin dua orang, mereka merampok harta kami dan kamipun turun ke tepi jurang, maka kami berunding, bersepakat dengan lantaran Kanjeng Syaikh Abdul Qodir, semoga Allah mecurahkan keridlohan kepada beliau, (Al-Faatihah),, kami bernadzar kalau harta kami bisa selamat, kami akan memberikan sebagaian dari harta itu kepada Kanjeng Syaikh, ternyata nadzar kami dikabulkan Allah, tidak lama kemudian kami mendengar suara yang keras amat sampai dua kali memekikkan telingah, berdesing memenuhi seluruh jurang, sampai kami melihat mereka lelah lunglai, gemetar ketakutan, maka kami menduga mungkin kedatangan perampok lain yang merebut hasil rampasan mereka. Tiba-tiba diantara mereka ada yang mendatangi kami dan berkata : Kemarilah kalian untuk ikut kami, ambillah kembali hartamu dan periksalah apa yang membingungkan kami. Kemudian mereka membawa kami kepada kedua pemimpinnya, ternyata kami dapatkan mereka berdua telah meninggal dan di sampingnya masing-masing terdapat klompen yang masih basah dengan air. Dengan kejadian itu, yang lain menjadi ketakutan sehingga harta yang dirampasnya dikembalikan kepada kami, mereka sambil mengatakan : Peristiwa ini menggemparkan dan tidak pernah terjadi sebelumnya.
وَمِنْ كَرَامَاتِهِ ؛ أنَّ أبَا عُمَرَ عُثْمَانَ الصَّيْرَفِيَّ ، وَأبَا مُحَمَّدٍ عَبْدَ الْحَقِّ الْحَرِيْمِيَّ ـ رَحِمَهُمَا اللَّهُ تَعَالىَ ـ قَالاَ : كُنَّا بَيْنَ يَدَي الشَّيْخِ بِمَدْرَسَتِهِ يَوْمَ اْلأَحَدِ ثَالِثَ صَفَرَ سَنَةَ خَمْسٍ وَخَمْسِيْنَ وَخَمْسِمِائَةٍ ، فَتَوَضَّأَ الشَّيْخُ عَلَى قَبْقَابهِ وَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ ، فَلَمَّا سَلَّمَ صَرَخَ صَرْخَةً عَظِيْمَةً ، وَرَمَى بفَرْدَةِ قَبْقَابهِ فِي الْهَوَاءِ ، فَغَابَتْ عَنْ أبْصَارناَ ، ثُمَّ فَعَلَ ثاَنِيَةً كَذلِكَ باْلأُخْرَى ، ثُمَّ جَلَسَ فَلَمْ يَتَجَاسَرْ أحَدٌ عَلَى سُؤَالِهِ ، ثُمَّ قَدِمَتْ قَافِلَةٌ مِنْ بلاَدِ الْعَجَمِ بَعْدَ ثَلاَثٍ وَعِشْرِيْنَ يَوْمًا ، فَقَالُوْا : إنَّ مَعَنَا لِلشَّيْخِ نَذرًا ، فَاسْتَأْذنَّاهُ ، فَقَالَ : خُذاهُ مِنْهُمْ ،فَأَعْطَوْنَا شَيْئًا مِنْ ذهَبٍ وَثِيَابًا مِنْ حَرِيْرٍ وَخَزٍّ وَالْقَبْقَابَ بعَيْنِهِ ، فَسَأَلْنَاهُمْ عَنِ الْمَعْنَى فِيْ ذلِكَ ،فَقَالُوْا : بَيْنَمَا ـ نَحْنُ سَائِرُوْنَ يَوْمَ اْلأَحَدِ ثَالِثَ صَفَرَ إذ خَرَجَتْ عَلَيْنَا عَرَبٌ لَهُمْ مُقَدِّمَانِ ، فَانْتَهَبُوْا أمْوَالَنَا ،وَنَزَلْنَا عَلَى شَفِيْرِ الْوَادِيْ ، فَقُلْنَا : لَوْ ذكَرْنَا الشَّيْخَ عَبْدَ الْقَادِرِ فَنَذَرْنَا لَهُ شَيْئًا مِنْ أَمْوَالِنَا سَلِمْنَا ، فَمَا هُوَ إِلاَّ أَنْ ذكَرْنَاهُ ، وَجَعَلْنَا لَهُ شَيْئًا ، فَسَمِعْنَا صَرْخَتَيْنِ عَظِيْمَتَيْنِ مَلأَتَا الْوَادِيَ ، وَرَأيْنَاهُمْ مَذْعُوْرِيْنَ ، فَظَنَنَّا أَنْ قَدْ جَاءَهُمْ مِثْلُهُمْ يَأْخُذُهُمْ ، فَجَاءَنَا بَعْضُهُمْ ، وَقَالَ : تَعَالَوْا إلَيْنَا ! وَخُذُوْا أَمْوَالَكُمْ وَانْظُرُوْا مَا قَدْ دَهَمَنَا ، فَأَتَوْا بنَا إلَى مُقَدِّمَيْهِمْ ـ فَوَجَدْنَاهُمَا مَيْتَيْنِ ،وَعِنْدَ كُلٍّ مِنْهُمَا فَرْدَةُ قَبْقَابٍ مُبْتَلَّةً بِمَاءٍ ، فَرَدُّوْا عَلَيْنَا مَا أَخَذُوْا ، وَقَالُوْا لَنَا : إِنَّ لِهَذاَ اْلأَمْرِ نَبَأً عَظِيْمًا


Dan dari karomahnya, pernah seorang laki-laki dari kota Asfihan berkunjung kepada beliau untuk mengobatkan budak perempuannya yang sudah dimerdekakan, karena sering tidak sadarkan diri dan sudah diobatkan ke mana-mana. Maka Kanjeng Syaikh berkata : Ini gangguan jin dari goa Sarondib, namanya jin Khonis, apabila ia sakit lagi bacakan di telinganya : Hai jin KhonisKanjeng Syaikh Abdul Qodir, semoga Allah mecurahkankeridlohan kepada beliau, (Al-Faatihah), yang tinggal di Baghdad mengatakan kepadamu jangan kembali kalau tidak ingin binasa. Maka pulanglah orang itu dan tidak muncul lagi. Setelah dua puluh tahun lamanya orang itu datang lagi menghadap Kanjeng Syaikh, dan setelah ditanya ia menjelaskan bahwa apa yang dikatakan Kanjeng Syaikh sudah dilaksanakan dan penyakit itu tidak pernah datang lagi sampai sekarang. Bahkan sebagian tabib ahli jiwa mengatakan : Selama kami menetap di Baghdad empat puluh tahun, selama mendiangnya Kanjeng Syaikh Abdul Qodir,semoga Allah mecurahkan keridlohan kepada beliau, (Al-Faatihah), di Bagdad tidak pernah terjadi seorangpun menderita sakit jiwa, setelah beliau wafat maka berjangkitlah penyakit jiwa itu.
وَمِنْ كَرَامَاتِهِ ؛ أنَّهُ جَاءَهُ رَجُلٌ مِنْ أصْفِهَانَ ، لَهُ مَوْلاَةٌ تُصْرَعُ ، وَقَدْ أَعْيَتِ الْمُعَزِّمِيْنَ ، فَقَالَ الشَّيْخُ : هَذاَ مَارِدٌ مِنْ وَادِيْ سَرَنْدِيْبَ وَاسْمُهُ خَانِسٌ ، فَإِذاَ صُرِعَتْ فَقُلْ فِيْ أُذُنِهَا : يَا خَانِسُ ! عَبْدُ الْقَادِر الْمُقِيْمُ ببَغْدَادَ يَقُوْلُ لَكَ : لاَ تَعُدْ تَهْلِكْ ، فَذَهَبَ الرَّجُلُ وَغَابَ عِشْرِيْنَ سَنَةً ، ثُمَّ قَدِمَ وَسُئِلَ وَأخْبَرَ أنَّهُ فَعَلَ مَا قَالَ الشَّيْخُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ، وَلَمْ يَعُدِ الصَّرْعُ إلَيْهَا إلَى اْلآنَ ، وَقَالَ بَعْضُ رُؤَسَاءِ التَّعْزِيْمِ : مَكَثْتُ بِبَغْدَادَ أَرْبَعِيْنَ سَنَةً فِيْ حَيَاةِ الشَّيْخِ عَبْدِ الْقَادِر ، وَلاَ يَقَعُ فِيْهَا صَرْعُ عَلَى أَحَدٍ ، فَلَمَّا مَاتَ وَقَعَ الصَّرْعُ


Dan dari karomahnya, ada tiga orang guru dari negeri Jilan datang berziarah kepada beliau. Sewaktu masuk rumah Kanjeng Syaikh, mereka melihat kendi yang tidak menghadap kiblat dan seorang pelayan berdiri di sisi Kanjeng Syaikh, kemudian mereka saling berpandangan seperti menunjukkan sikap tidak senang kepada Kanjeng Syaikh sebab kendi yang tidak menghadap kiblat dan seorang pelayan berdiri di sebelahnya, maka Kanjeng Syaikh meletakkan kitab yang ada di tangannya terus memandang kepada mereka dan kepada pelayan, seketika itu juga pelayan tadi mati, kemudian beliau memandang ke arah kendi dan kendi itupun berputar sendiri menghadap kiblat.
وَمِنْ كَرَامَاتِهِ أيْضًا ؛ أنَّ ثَلاَثَةً مِنْ أَشْيَاخِ جِيْلاَنَ أَتَوْا إِلَى زِيَارَتِهِ قَدَّسَ اللَّهُ سِرَّهُ ، فَلَمَّا دَخَلُوْا عَلَيْهِ رَأَوُا اْلإِبْرِيْقَ مُوَجَّهًا إلَى غَيْرِ جِهَةِ الْقِبْلَةِ ، وَالْخَادِمُ وَاقِفٌ بَيْنَ يَدَيْهِ ، فَنَظَرَ بَعْضُهُمْ إلَى بَعْضٍ كَالْمُنْكِرِيْنَ عَلَيْهِ ، بسَبَبِ تَوَجُّهِ اْلإِبْرِيْقِ لِغَيْرِ جِهَةِ الْقِبْلَةِ ، وَقِيَامِ الْخَادِمِ بَيْنَ يَدَيْهِ ، فَوَضَعَ الشَّيْخُ كِتَابًا مِنْ يَدِهِ ، وَنَظَرَ إلَيْهِمْ نَظْرَةً وَإِلَى الْخَادِمِ أُخْرَى ـ فَوَقَعَ مَيْتًا ، وَنَظَرَ إِلَىاْلإِبْرِْيقِ نَظْرَةً أُخْرَى ، فَدَارَ وَطَافَ اْلإِبْرِيْقُ وَحْدَهُ إِلَىالْقِبْلَةِ


Dan dari karomahnya lagi, bahwa sesungguhnya Abul Mudhoffar Hasan bin Tamimi Al-Baghdadi adalah seorang pedagang, datang kepada Syaikh Hammad bin Muslim bin Darwah Ad-Dabbas, semoga Allah memberi rahmat keduanya, pada tahun 521 H seraya berkata : Wahai  junjunganku, saya telah menyiapkan kafilah yang membawa dagangan seharga 700 dinar ke negeri Syam. Syaikh Hammad berkata : Kalau kamu pergi pada tahun ini kamu akan terbunuh dan daganganmu dirampas, Setelah itu Abul Mudhoffar keluar  dari Syaikh Hammad dengan membawa perasaan sedih, di jalan berjumpa dengan Kanjeng Syaikh Abdul Qodir, semoga Allah mecurahkan keridlohan kepada beliau, (Al-Faatihah), yang pada waktu itu beliau masih berusia muda. Abul Mudhoffar menceritakan apa yang dikatakan Syaikh Hammad kepadanya. Maka Kanjeng Syaikh berkata kepadanya : Pergilah, maka kamu akan selamat dan kembali akan membawa keuntungan, urusan itu akulah yang bertanggung jawab. Abul Mudhoffar pergi ke negeri Syam dan ternyata bisa menjual dagangannya dengan harga seribu dinar. Pada satu hari Abul Mudhoffar masuk WC untuk menunaikan hajat di Halaba, dan dia meletakkan uang seribu dinar di gantungan WC, dan ketika keluar ia lupa uangnya, sampai di rumah ia mengantuk dan tertidur. Dalam tidurnya bermimpi dalam kafilah didatangi orang Baduwi yang merampas hartanya dan membunuh semua orang yang ada di kafilah itu. Dan ada pula diantara Baduwi itu mendatanginya dan memukul dengan pedang serta membunuh nya, maka ia terbangun dengan gemetar ketakutan dan menemukan bekas darah di lehernya serta merasa sakit. Dan setelah teringat uangnya seribu dinar tertinggal, maka ia cepat-cepat bangun dan pergi ke WC di Halaba, dan uang tersebut didapatkan masih di tempat semula dengan selamat, kemudian pulang ke Bagdad. Setelah tiba ia berkata dalam hati : Kalau aku berkunjung kepada Syaikh Hammad lebih dahulu, memang beliau lebih tua dan kalau kepada Kanjeng Syaikh Abdul Qodir, semoga Allah mecurahkan keridlohan kepada beliau, (Al-Faatihah), karena beliau benar kata-katanya. Sewaktu ia berfikir demikian berada dipasar Sulthon dan Syaikh Hammad berkata kepadanya : Wahai Abul Mudhoffar, mulailah kamu berkunjung kepada Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani, karena beliau dicintai Allah dan sesungguhnya beliau berdoa kepada Allah untukmu sebanyak tujuh belas kali, sehingga kepastian matimu yang sebenarnya hanya kamu rasakan dalam mimpi dan kepastian fakir yang sebenarnya berubah hanya karena lupa saja. Kemudian Abul Mudhoffar pergi berkunjung kepada Kanjeng Syaikh Abdul Qodir,semoga Allah mecurahkan keridlohan kepada beliau, (Al-Faatihah), maka beliau mendahului berkata : Syaikh Hammad telah mengatakan kepadamu, bahwa saya berdo'a kepada Allah untukmu tujuh belas kali. Demi kemulyaan Allah yang berhak disembah, sesungguhnya saya berdo'a kepada Allah untukmu tujuh belas kali dan tujuh belas lagi sampai jumlahnya tujuh puluh kali, sehingga terjadi seperti apa yang dikatakan oleh Syaikh Hammad.
وَمِنْ كَرَامَاتِهِ ؛ أَنَّ أَبَا الْمُظَفَّرِ حَسَنَ ابْنَ تَمِيْمٍنالْبَغْدَادِيَّ التَّاجِرَ جَاءَ إلَى الشَّيْخِ حَمَّادٍ بْنِ مُسْلِمٍ ابْنِ دَرْوَةَ الدَّبَّاسِ رَحِمَهُ اللَّهُ تَعَالَى فِيْ سَنَةِ إحْدَى وَعِشْرِيْنَ وَخَمْسِمِائَةٍ ، وَقَالَ لَهُ : يَا سَيِّدِيْ قَدْ جُهِّزَتْ لِيْ قَافِلَةٌ إلَى الشَّامِ فِيْهَا بِضَاعَةٌ بِسَبْعِمِائَةِ دِيْنَارٍ ،فَقَالَ : إِنْ سَافَرْتَ فِيْ هَذِهِ السَّنَةِ قُتِلْتَ وَأُخِذَ مَالُكَ فَخَرَجَ مِنْ عِنْدِهِ مَغْمُوْمًا ، فَوَجَدَ فِي الطَّرِيْقِ الشَّيْخَ عَبْدَ الْقَادِر ـ وَهُوَ شَابٌّ يَوْمَئِذٍ ، فَحَكَى لَهُ مَا قَالَهُ الشَّيْخُ حَمَّادٌ ، فَقَالَ لَهُ : سَافِرْ تَذْهَبْ سَالِمًا وَتَرْجِعْ غَانِمًا ، وَالضَّمَانُ عَلَيَّ فِيْ ذلِكَ ، فَسَافَرَ إلَى الشَّامِ ، وَبَاعَ بضَاعَتَهُ بأَلْفِ دِيْنَار ، وَدَخَلَ يَوْمًا إِلَى سِقَايَةٍ فِيْ حَلَبَ لِقَضَاءِ حَاجَةِ اْلإِنْسَانِ ، وَوَضَعَ أَلْفَ دِيْنَارٍ عَلَى رَفٍّ مِنَ السِّقَايَةِ ، وَخَرَجَ وَتَرَكَهَا نَاسِيًا ،وَأَتَى إِلَى مَنْزِلِهِ ، فَأُلْقِيَ عَلَيْهِ النُّعَاسُ ، فَنَامَ فَرَأَى فِيْ مَنَامِهِ كَأَنَّهُ فِيْ قَافِلَةٍ قَدْ خَرَجَتْ عَلَيْهَا الْعَرَبُ ،وَانْتَهَبُوْهَا وَقَتَلُوْا مَنْ فِيْهَا ، وَأَتَاهُ أَحَدُهُمْ فَضَرَبَهُ بِحَرْبَةٍ فَقَتَلَهُ ـ فَانْتَبَهَ فَزِعًا ، وَوَجَدَ أَثَرَ الدَّمِ فِيْ عُنُقِهِ ، وَأَحَسَّ باْلأَلَمِ ، وَذكَرَ اْلأَلْفَ فَقَامَ مُسْرِعًا إلَى السِّقَايَةِ ، فَوَجَدَهَا فِيْ مَكَانِهَا سَالِمًا ، وَرَجَعَ إلَى بَغْدَادَ ، فَلَمَّا دَخَلَهَا قَالَ فِيْ نَفْسِهِ : إنْ بَدَأْتُ بالشَّيْخِ حَمَّادٍ فَهُوَ اْلأَسَنُّ ، وَالشَّيْخِ عَبْدِ الْقَادِر فَهُوَ الَّذِيْ صَحَّ كَلاَمُهُ ، فَلَقِيَ الشَّيْخَ حَمَّادًا فِيْ أَثْنَاءِ تَرْدِيْدِ الْخَاطِرِ فِيْ سُوْقِ السُّلْطَانِ ، فَقَالَ لَهُ : يَا أَبَا الْمُظَفَّرِ ! ابْدَأْ بعَبْدِ الْقَادِرِ ـ فَإنَّهُ مَحْبُوْبٌ ، وَلَقَدْ سَأَلَ اللَّهَ فِيْكَ سَبْعَ عَشَرَةَ مَرَّةً ـ حَتَّى جُعِلَ مَا قُدِرَ عَلَيْكَ مِنَ الْقَتْلِ يَقَظَةً مَنَامًا ، وَمِنَ الْفَقْرِ عِيَانًا نِسْيَانًا ، وَجَاءَ إلَى الشَّيْخِ عَبْدِ الْقَادِر ، فَقَالَ لَهُ ابْتِدَاءً ، قَالَ لَكَ الشَّيْخُ حَمَّادٌ : إنَّنِيْ سَأَلْتُ اللَّهَ فِيْكَ سَبْعَ عَشَرَةَ مَرَّةً وَعِزَّةِ الْمَعْبُوْدِ ، لَقَدْ سَأَلْتُ اللَّهَ تَعَالَى فِيْكَ سَبْعَ عَشَرَةَ وَسَبْعَ عَشَرَةَ مَرَّةً ، إلَى تَمَامِ سَبْعِيْنَ مَرَّةً حَتَّى كَانَ مَا ذكَرَهُ


Dan dari karomahnya lagi, sesungguhnya Syaikh Ali Al-Haity beserta Syaikh Syarif Abdullah bin Muhammad Abal Ghona-im, semoga Allah memberi rahmat keduanya berkunjung kepada Kanjeng Syaikh semoga Allah mensucikan rahasia-rahasianya, maka bertemu seorang pemuda tidur terlentang yang keadaannya sangat lemah. Maka pemuda itu berkata kepada Syaikh Al-Haity ra : Wahai  junjunganku, mohonkan syafaa'at kepada Kanjeng Syaikh agar saya dapat sembuh kembali. Maka ketika diaturkan, Kanjeng Syaikh pun memberinya syafa'at dengan mengatakan : Sungguh saya berikan syafa'at kepadanya. Maka keluarlah kedua Syaikh itu menemui pemuda tadi memberitahukan bahwa Kanjeng Syaikh sudah memberi syafa'at kepadanya. Maka berdirilah pemuda tadi dan keluar melalui jendela rumahnya lalu terbang ke udara. Kemudian kedua Syaikh tadi kembali menghadap Kanjeng Syaikh, semoga Allah mecurahkan keridlohan kepada beliau dan keduanya menanyakan tentang hal ihwal pemuda tadi. Maka Kanjeng Syaikh menjelaskan bahwa pemuda yang terbang tadi sesungguh nya berkata dalam hatinya : Tidak ada di Baghdad ini, seorangpun yang bisa seperti saya, maka itulah saya lenyapkan kehebatannya, kalau bukan karena Syaikh Ali, kehebatannya tidak akan saya kembalikan.
وَمِنْ كَرَامَاتِهِ أيْضًا ؛ أَنَّ الشَّيْخَ عَلِيًّا نالْهَيْتِيَّ ، وَالشَّرِيْفَ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ مُحَمَّدٍ أبَا الْغَنَائِمِ الْحَسَنِيَّ ـ رَحِمَهُمَا اللَّهُ تَعَالَى ـ  دَخَلاَ دَارَ الشَّيْخِ قَدَّسَ اللَّهُ سِرَّهُ ، فَوَجَدَا إِنْسَانًا شَابًّا مُلْقًى عَلَى قَفَاهُ ، فَقَالَ لِلشَّيْخِ عَلِيٍّ نالْهَيْتِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ : يَا سَيِّدِيْ اشْفَعْ لِيْ عِنْدَ الشَّيْخِ ، فَلَمَّا ذكَرَهُ لَهُ ، وَهَبَهُ لَهُ بقَوْلِهِ : قَدْ وَهَبْتُهُ لَهُ ، فَخَرَجَا إلَى الرَّجُلِ الْمُلْقَى ، وَعَرَّفَاهُ بِذلِكَ ، فَقَامَ الرَّجُلُ ، وَخَرَجَ مِنْ كُوَّةٍ فِي الدِّهْلِيْزِ ، وَطَارَ فِي الْهَوَاءِ ، فَرَجَعَا إلَى الشَّيْخِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ، وَسَأَلاَهُ عَنْ حَالِ الرَّجُلِ ،: إنَّهُ مَرَّ فِي الْهَوَاءِ ، وَقَالَ فِيْ نَفْسِهِ "مَا فِيْ بَغْدَادَ رَجُلٌ مِثْلِيْ" فَسَلَبْتُهُ حَالَهُ ، وَلَوْ لاَ الشَّيْخُ عَلِيٌّ مَا رَدَدْتُهُ لَهُ


Dan dari karomahnya lagi, bahwa Syaikh Abal Hasan Al-Ma'ruf bin Thonthonah Al-Baghdadi semoga Allah ta'ala memberi rahmat kepadanya, berkata  pada hari wafatnya Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani, semoga Allah mecurahkan keridlohan kepada beliau, (Al-Faatihah), semoga Allah mensucikan rahasia-rahasianya dan memberi cahaya makamnya : Sewaktu saya belajar di pondok Kanjeng Syaikh, saya tidak pernah tidur malam dikarenakan sibuk memperhatikan keperluan Kanjeng Syaikh. Pernah pada suatu malam bulan Shafar 553 H, beliau kaluar dari rumahnya, sayapun menghaturkan sebuah kendi kepada beliau, tetapi tidak mau menerimanya dan menuju madrasah yang pintunya terkunci, lalu beliau menudingnya, tiba-tiba pintu tersebut membuka sendiri. Kanjeng Syaikh keluar dan saya membelakanginya dengan berkata dalam hati : Sungguh Kanjeng Syaikh tidak tahu kalau sedang saya ikuti dari belakang, kemudian pintu madrasah itu menutup sendiri. Kemudian beliau menuju ke pintu kota Baghdad, demikian juga pintu kota membuka sendiri setelah ditudingnya, tidak begitu beliau berjalan sampai di satu tempat yang belum saya kenal, maka beliau masuk ke suatu tempat yang terdapat sebuah bangunan menyerupai pondok. Tiba-tiba di dalamnya ada enam orang sedang duduk, setelah melihat Kanjeng Syaikh mereka berdiri mengucapkan salam penghormatan kapada beliau dan saya bersembunyi di belakang tiang pondok itu. Kemudian saya mendengar suara rintihan dari tempat tersebut, sesaat kemudian suara rintihan tadi sudah tidak terdengar lagi, kemudian masuk orang laki-laki ke tempat di mana terdengar rintihan tadi dan kemudian keluar lagi dengan membopong seorang laki-laki dari tempat tadi. Ketika itu juga datanglah seorang yang tidak memakai tutup kepala dan berkumis panjang dan berhenti di depan Kanjeng Syaikh yang kemudian diperintah untuk ikrar mengucapkan dua kalimat syahadat lalu dicukur rambut dan kumisnya serta disuruh mengenakan tutup kepala dan diberi nama Muhammad. Dan Kanjeng Syaikh berkata kepada enam orang tadi : Sungguh perintahkan agar Muhammad ini menjadi gantinya orang yang meninggal tadi. Maka enam orang tadi menjawab : Kami dengarkan dan akan kami laksanakan. Setelah itu beliau meninggalkan mereka dan sayapun mengikutinya secara diam-diam, tidak seberapa lama berjalan tiba-tiba sudah sampai kembali dipintu kota Baghdad, maka membukalah pintu itu sebagaimana tadi, lalu sampai pula ke pintu madrasah dan demikian juga, lalu beliau masuk ke rumahnya. Keesokan harinya saya menghadap Kanjeng Syaikh untuk menguji, setelah menghadap saya takut dengan sendirinya kerena kewibawaannya, sampai-sampai saya tidak bisa membaca kitab. Maka beliau berkata : Wahai anakku bacalah dan tidak apa-apa. Kemudian saya mengatakan dan bersumpah agar beliau berkenan untuk menjelaskan kejadian yang saya lihat semalam. Maka beliau menjelaskan : Tempat yang saya kunjungi itu namanya Nahaawandu, dan enam orang itu, mereka adalah wali abdal dan orang yang merintih dalam keadaan sakit itu adalah orang ketujuh dari mereka. Ketika sampai ajalnya, maka saya datang untuk ta'ziyah. Adapun orang yang membawa jenazahnya itu adalah Abul Abas dengan sebutan nabi  Khidlir as, ia mengambilnya untuk dirawat yaitu dimandikan, dikafani dan di shalati serta dikuburkan. Dan yang saya ikrarkan mengucapkan dua  kalimat syahadat itu adalah Nashroni dari negeri Qusthonthiniyah untuk saya jadikan ganti orang yang meninggal itu.
وَمِنْ كَرَامَاتِهِ أيْضًا ؛ أَنَّ الشَّيْخَ أَبَا الْحَسَنِ الْمَعْرُوْفَ بابْنِ الطَّنْطَنَةِ الْبَغْدَادِيَّ ـ رَحِمَهُ اللَّهُ تَعَالَى ـ قَالَ يَوْمَ وَفَاةِ الشَّيْخِ عَبْدِ الْقَادِر قَدَّسَ اللَّهُ سِرَّهُ وَنَوَّرَ ضَرِيْحَهُ : كُنْتُ أَشْتَغِلُ باِلْعِلْمِ وَأُكْثِرُ السَّهَرَ أَتَرَقَّبُ حَاجَةً لَهُ ، فَخَرَجَ لَيْلَةً مِنْ دَارهِ فِيْ صَفَرَ سَنَةَ ثَلاَثٍ وَخَمْسِيْنَ وَخَمْسِمِائَةٍ ، فَنَاوَلْتُهُ إبْرِيْقًا ، فَلَمْ يَأْخُذْهُ ، وَقَصَدَ بَابَ الْمَدْرَسَةِ ، فَأَشَارَ إلَيْهِ ، فَانْفَتَحَ وَخَرَجَ وَخَرَجْتُ خَلْفَهُ ، وَأنَا أقُوْلُ فِيْ نَفْسِيْ "إنَّهُ لاَ يَشْعُرُ بيْ" ثُمَّ انْغَلَقَ ، ثُمَّ بَابَ الْمَدِيْنَةِ كَذلِكَ ، ثُمَّ مَشَى غَيْرَ بَعِيْدٍ ، فَإِذَنْ نَحْنُ بِبَلْدَةٍ لاَ أَعْرِفُهَا ، فَدَخَلَ مَكَانًا كَالرِّبَاطِ ، فَإذاً فِيْهِ سِتَّةٌ مِنْ رجَال قُعُوْدٍ ، فَلَمَّا رَأَوُا الشَّيْخَ عَظَّمُوْهُ وَبَادَرُوْهُ بالسَّلاَمِ إِلَيْهِ ، وَالْتَجَأْتُ إِلَى سَاريَةٍ ، فَسَمِعْتُ أَنِيْنًا مِنْ ذلِكَ الْمَكَانِ، ثُمَّ بَعْدَ يَسِيْرٍ سَكَنَ ذَلِكَ اْلأَنِيْنُ ، ثُمَّ دَخَلَ رَجُلٌ إِلَى تِلْكَ الْجِهَةِ الَّتِيْ فِيْهَا اْلأَنِيْنُ ، وَخَرَجَ يَحْمِلُ رَجُلاً مِنْ ذلِكَ الْجَانِبِ ، وَدَخَلَ شَخْصٌ مَكْشُوْفُ الرَّأْسِ طَوِيْلُ الشَّاربِ ، فَوَقَفَ بَيْنَ يَدَي الشَّيْخِ ، فَأَخَذَ عَلَيْهِ الْعَهْدَ بالشَّهَادَتَيْنِ ، وَقَصَّ رَأْسَهُ وَشَاربَهُ ، وَأَلْبَسَهُ طَاقِيَةً ، وَسَمَّاهُ مُحَمَّدًا ، وَقَالَ لِلسِّتَّةِ : قَدْ أمَرْتُ أنْ يَكُوْنَ هَذَا بَدَلاً عَنِ الْمَيِّتِ ، فَقَالُوْا : سَمْعًا وَطَاعَةً ، ثُمَّ خَرَجَ وَتَرَكَهُمْ ، وَخَرَجْتُ مَعَهُ ، وَمَشَيْنَا غَيْرَ بَعِيْدٍ وَإِذَنْ نَحْنُ عِنْدَ بَابِ بَغْدَادَ ، فَانْفَتَحَ كَأَوَّل مَرَّةٍ ، ثُمَّأَتَى بَابَ الْمَدْرَسَةِ كَذلِكَ ، فَدَخَلَ دَارَهُ ، ثُمَّ فِي الْغَدِ جَلَسْتُ بَيْنَ يَدَيْهِ أَقْرَأُ ، فَمَنَعَتْنِيْ هَيْبَتُهُ ، فَقَالَ : يَا بُنَيَّ اقْرَأْ وَلاَ عَلَيْكَ ! ، فَأَقْسَمْتُ عَلَيْهِ أَنْ يُبَيِّنَ لِيْ مَا رَأَيْتُ باْلأَمْسِ ، فَقَالَ : أمَّا الْبَلَدُ فَنَهَاوَنْدُ ، وَأَمَّا السِّتَّةُ فَهُمُ اْلأَبْدَالُ النُّجَبَاءُ ، وَأَمَّا صَاحِبُ اْلأَنِيْنِ فَسَابِعُهُمْ ـ كَانَ مَرِيْضًا ، فَلَمَّا حَضَرَتْهُ الْوَفَاةُ جِئْتُ أَحْضُرُ وَفَاتَهُ ، وَأَمَّا الَّذِيْ حَمَلَهُ عَلَى عَاتِقِهِ فَأَبُو الْعَبَّاسِ الْخَضِرُ ـ عَلَيْهِ السَّلاَمُ ، أَخَذَهُ لِيَتَوَلَّى أَمْرَهُ ،وَأَمَّا الَّذِيْ أَخَذْتُ عَلَيْهِ الْعَهْدَ فَنَصْرَانِيٌّ مِنَ الْقُسْطَنْطِيْنِيَّةِ ، أَمَرْتُ أَنْ يَكُوْنَ عِوَضًا عَنِ الْمُتَوَفَّى ـ وَهُوَ اْلآنَ مِنْهُمْ ، قَالَ أَبُو الْحَسَنِ : وَأَخَذَ عَلَيَّ الْعَهْدَ أَنْ لاَ أُحَدِّثَ بذلِكَ لأَحَدٍ مَا دَامَ حَيًّا ، وَقَالَ : احْذَرْ مِنْ إِفْشَاءِ السِّرِّ فِيْ حَيَاتِيْ


Syaikh Abdullah Al-Mushaliy bercerita : Sesungguhnya ada seorang raja yang adil terkenal dengan sedutan Al-Mustanjid billahi yaitu Abul Mudhoffar Yusuf datang menghadap Kanjeng Syaikh, semoga Allah mensucikan rahasia-rahasianya dan memberi kesejahteraan, dan mohon untuk dinasehati dengan membawa sepuluh kantong penuh berisi uang yang dibawa oleh sepuluh pembantunya untuk hadiah Kanjeng Syaikh, tetapi Kanjeng Syaikh menolaknya, maka raja itupun merasa kecewa dan mencemoohnya sambil memaksanya agar Kanjeng Syaikh sudi untuk menerimanya. Maka Kanjeng Syaikh mengambilnya dua kantong tadi, maka mengalirlah darah. Maka Kanjeng Syaikh berkata kepada raja : Apakah raja tidak malu kepada Allah ta'ala dengan memeras darahnya rakyat yang kemudian raja serahkan kepada saya dengan memaksanya? Seketika itu juga sang raja menjadi pingsan. Kanjeng Syaikh berkata : Demi Dzat Yang Maha Agung dan yang berhak disembah, seandainya saya tidak menghormati nasabnya yang bersambung dengan Rasulullah ﷺ, pasti saya biarkan darah itu terus mengalir sampai di rumahnya.
وَذكَرَ الشَّيْخُ عَبْدُ اللَّهِ الْمُوْصَلِيُّ : أَنَّ اْلإِمَامَ الْمُسْتَنْجِدَ باللَّهِ أَبَا الْمُظَفَّرِ يُوْسُفَ جَاءَ إِلَى الشَّيْخِ ـ قَدَّسَ اللَّهُ سِرَّهُ ، وَسَلَّمَ عَلَيْهِ وَاسْتَوْصَاهُ ، وَوَضَعَ بَيْنَ يَدَيْهِ مَالاً فِيْ عَشَرَةِ أَكْيَاسٍ يَحْمِلُهَا عَشَرَةٌ مِنَ الْخُدَّامِ ، فَرَدَّهَا الشَّيْخُ ،فَأَبَى الْخَلِيْفَةُ إلاَّ أنْ يَقْبَلَهَا ، وَألَحَّ عَلَى الشَّيْخِ ،فَأَخَذ الشَّيْخُ كِيْسَيْنِ مِنْهَا فِيْ يَدَيْهِ ، وَهُمَا خَيْرُ اْلأَكْيَاسِ وَأَحْسَنُهَا ، وَعَصَرَهُمَا ، فَسَالاَ دَمًا ، فَقَالَ الشَّيْخُ لِلْخَلِيْفَةِ : أَمَا تَسْتَحِيْ مِنَ اللَّهِ تَعَالَى أَنْ تَأْخُذَ دَمَ النَّاسِ وَتُقَابلَنِيْ بهِ ؟ ، فَغُشِيَ الْخَلِيْفَةُ فِي الْحَالِ فَقَالَ الشَّيْخُ : وَعِزَّةِ الْمَعْبُوْدِ ، لَوْلاَ حُرْمَةُ اتِّصَالِهِ برَسُوْل اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، لَتَرَكْتُ الدَّمَ يَجْرِيْ إِلَى مَنْزِلِهِ


Syaikh Abdullah Al-Mushaliy menceritakan lagi : Pada suatu hari saya menyaksikan raja Abul Mudhoffar Yusuf berada di depan Kanjeng Syaikh, maka mengatakan kepada beliau : Saya ingin melihat sesuatu dari kekaromahan untuk menenangkan hati saya. Kanjeng Syaikh bertanya : Apa yang engkau kehendaki? Jawab sang raja : Saya menginginkan buah apel dari alam ghoib. Padahal di Iraq waktu itu tidak ada musim apel. Maka Kanjeng Syaikh menjulurkan tangannya ke udara, tiba-tiba di tangannya ada dua buah apel, maka yang satu diberikan kepada raja dan satunya lagi dipegang. Kemudian Kanjeng Syaikh memecah apel yang di tangannya, maka tiba-tiba apel itu warnanya putih bersih, harum baunya bagaikan kasturi. Dan raja itupuin juga memecah apel yang di tangannya, maka tiba-tiba apel itu penuh dengan ulat. Maka raja itu berkata : Kenapa begini sedangkan apel yang di tangan Syaikh baik sekali. Kanjeng Syaikh berkata : Wahai Abul Mudhoffar, apel ini di tangan orang lalim maka akan mengeluarkan ulat sebagaimana kau lihat, sedang apel ini berada di tangan kekasihnya Allah, maka menjadi harum baunya dan nikmat. Dan cerita apel ini sudah pada kisah di muka yang dibawa oleh raja diaturkan kepada Kanjeng Syaikh.
قَالَ عَبْدُ اللَّهِ الْمَذْكُوْرُ : وَشَهِدْتُ الْخَلِيْفَةَ عِنْدَهُ يَوْمًا ، فَقَالَ لِلشَّيْخِ : أُرِيْدُ شَيْئًا مِنَ الْكَرَامَاتِ لِيَطْمَئِنَّ قَلْبِيْ ، قَالَ : وَمَا تُريْدُ ؟ ، قَالَ : تُفَّاحًا مِنَ الْغَيْبِ ـ وَلَمْ يَكُنْ أَوَانَهُ باِلْعِرَاقِ ، فَمَدَّ الشَّيْخُ يَدَهُ فِي الْهَوَاءِ ، فَإِذاً فِيْهَا تُفَّاحَتَانِ ، فَنَاوَلَهُ إِحْدَاهُمَا ، وَكَسَرَ الشَّيْخُ الَّتِيْ فِيْ يَدِهِ ، فَإذاً هِيَ بَيْضَاءُ تَفُوْحُ مِنْهَا رَائِحَةُ الْمِسْكِ ، وَكَسَرَ الْخَلِيْفَةُاْلأُخْرَى ، فَإذاً فِيْهَا دُوْدَةٌ ، فَقَالَ : مَا هَذِهِ وَالَّتِيْ بيَدِكَ كَمَا تَرَى ؟ ـ أَوْ قَالَ : كَمَا أَرَى ، قَالَ الشَّيْخُ : يَا أَبَا الْمُظَفَّرِ! هَذِهِ لَمَسَتْهَا يَدُ الظَّالِمِ فَدَوَّدَتْ كَمَا تَرَى ، وَهَذِهِ لَمَسَتْهَا يَدُ الْوِلاَيَةِ فَطَابَتْ ، وَقَدْ تَقَدَّمَتْ قِصَّةُ التُّفَّاحِ الَّذِيْ جَاءَ بهِ الْخَلِيْفَةُ لِلشَّيْخِ


Dan kekaromahan beliau masih lenih banyak dari yang sudah diterangkan dan lebih agung lagi sampai-sampai tidak bisa diterangkan. Semoga Allah mecurahkan keridlohan kepada beliau dan atas kita berkah keridlohan-Nya dan pertolongan kita atas pertolongan-Nya Yang Maha Luas.
وَكَرَامَاتُهُ أَكْثَرُ مِنْ أَنْ تُحْصَى ، وَأَعْظَمُ مِنْ أَنْ تُسْتَقْصَى ، رَضِيَاللَّهُ عَنْهُ وَعَنَّا بِرِضَائِهِ الرَّفِيْعِ ، وَأَمَدَّنَا بِمَدَدِهِ الْوَسِيْعِ


•══════◎❅◎❦۩❁۩❦◎❅◎══════•



Ya Allah, Tebarkanlah secara terus-menerus bau harum anugerah keridhoan dari Engkau kepada Kanjeng Syaikh, dan tolonglah kami dengan rahasia kewalian yang Engkau titipkan kepada beliau.
اللَّهُمَّ انْشُرْ نَفَحَاتِ الرِّضْوَانِ عَلَيْهِ ۞ وَأمِدَّنَا باْلأَسْرَار الَّتِيْ أوْدَعْتَهَا لَدَيْهِ


•══════◎❅◎❦۩❁۩❦◎❅◎══════•

Bab 7


•══════◎❅◎❦۩❁۩❦◎❅◎══════•


(Adalah Kanjeng Syaikh ra. telah berkata, bahwa beliau melahirkan rasa syukur atas keni'matan yang diberikan kepadanya, karena firman Allah ta'ala : Dan terhadap ni'mat Tuhanmu, maka hendaklah kamu menyebut - nyebutNya : Tiada seorang muslim yang melewati pintu madarasahku, melainkan Allah akan meringankan siksa yang menimpa pada hari kiamat. Dan diberitakan bahwa sesungguhnya ada seorang yang menjerit - jerit dalam kuburnya, maka Kanjeng Syaikh mendatangi kubur itu dan berkata : Sesungguhnya orang ini pernah mengunjungi saya sekali, maka semestinya Allah mengasihinya. maka sejak itu tidak lagi terdengar suara menjerit - jerit dari dalam kubur tadi.
وَكَانَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يَقُوْلُ ـ وَهُوَ مِنْ بَابِ التَّحَدُّثِ بالنِّعْمَةِ لِقَوْلِهِ تَعَالَى (وَأمَّا بنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ) مَا مَرَّ مُسْلِمٌ عَلَى بَابِ مَدْرَسَتِيْ إِلاَّ خَفَّفَ اللَّهُ عَنْهُ الْعَذاَبَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ، وَأُخْبِرَ أَنَّ شَخْصًا يَصِيْحُ فِيْ قَبْرِهِ ، فَمَضَى إِلَيْهِ ، وَقَالَ "إِنَّ هَذاَ زَارَنِيْ مَرَّةً ، وَلاَ بُدَّ أَنْ يَرْحَمَهُ اللَّهُ تَعَالَى" فَلَمْ يُسْمَعْ لَهُ بَعْدَ ذَلِكَ صُرَاخٌ


Kanjeng Syaikh ra. berkata : Syaikh Husain Al-Halaj pernah terpeleset satu kali dalam menjalnkan kewaliannya, hanya saja waktu itu tidak ada seorangpun yang dapat menolongnya, seandainya saya hidup pada zamannya, pasti saya akan menolongnya, karena saya akan menolong orang - orang yang terpeleset dari sahabat - sahabatku, murid muridku dan orang - orang yang cinta kepadaku sampai hari kiamat, saya gandeng tangannya, baik mereka masih hidup maupun setelah mati.)
وَقَالَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ : عَثَرَ حُسَيْنٌ نالْحَلاَّجُ عَثْرَةً ،فَلَمْ يَكُنْ فِيْ زَمَنِهِ مَنْ يَأْخُذُ بيَدِهِ ، وَلَوْ كُنْتُ فِيْ زَمَنِهِ لأَخَذْتُ بيَدِهِ ،وَأَنَا لِكُلِّ مَنْ عَثَرَ مَرْكُوْبُهُ مِنْ جَمِيْعِ أَصْحَابيْ وَمُرِيْدِيَّ وَمُحِبِّيَّ إِلَى  يَوْمِ الْقِيَامَةِ آخُذُ بيَدِهِ كُلَّمَا عَثَرَ ـ حَيًّا وَمَيْتًا


(Disebabkan karena kudaku sudah terpasang pelananya dan tombakku sudah tertancapkan dan pedangku sudah terhunus dan anak panahku sudah terpasang busurnya untuk menjaga santriku yang sedang lupa, dan Kanjeng Syaikh ra. berkata lagi : Saya ini ibarat apinya Allah yang telah dinyalakan. Saya ini Waliyullah yang akan merobek setiap orang yang tidak punya sopan santun kepadaku dan saya diberi ilmu bagaikan lautan yang tidak bertepi, saya ini dijaga oleh Allah, saya waliyullah yang diperhatikan. Wahai orang-orang yang berpuasa disiang hari, wahai yang bertahajjud dimalam harinya, wahai orang yang tinggal digunung yang sudah dibinasakan gunung-gunugnya, wahai orang-orang ahli gereja yang sudah dirobohkan gereja-gerejanya, menghadaplah kalian untuk ta'at melaksanakan perintah-perintah Allah, wahai wali rijal, wahai wali abthol, wahai wali athfal, kemarilah kalian kepadaku, ambillah ilmu dari waliyullah yang bagikan lautan yang tiada bertepi.)
فَإِنَّ فَرَسِيْ مُسْرَجٌ ، وَرُمْحِيْ مَنْصُوْبٌ ، وَسَيْفِيْ مَشْهُوْرٌ ، وَقَوْسِيْ  مَوْتُوْرٌ لِحِفْظِ مُرِيْدِيْ ـ وَهُوَ غَافِلٌ ، وَقَالَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ : أَنَا نَارُ اللَّهِ الْمُوْقَدَةُ ، أَنَا سَلاَّبُ اْلأَحْوَالِ ، أَنَا بَحْرٌ بلاَ سَاحِلٍ ، أَنَا الْمَحْفُوْظُ ، أَنَا الْمَلْحُوْظُ ، يَا صُوَّامُ ، يَا قُوَّامُ ، يَا أَهْلَ الْجِبَالِ ، دُكَّتْ جِبَالُكُمْ ، يَا أَهْلَ الصَّوَامِعِ ، هُدِمَتْ صَوَامِعُكُمْ ، أَقْبِلُوْا إِلَى أَمْرٍ مِنْ أُمُوْرِ اللَّهِ ، يَا رِجَالُ ، يَا أَبْطَالُ ، يَا أَطْفَالُ هَلُمُّوْا إِلَيَّ ، وَخُذُوْا عَنِ الْبَحْرِ الَّذِيْ لاَ سَاحِلَ لَهُ


wahai Allah Dzat Yang Maha Perkasa dan Maha Mulia, Engkau adalah Yang Maha Esa (Dzat, Shifat dan Af ‘alnya) yang menguasai langit dan bumi. Dan aku adalah orang yang menyatukan hati hanya menyaksikan-Mu di muka bumi ini. Dikatakan kepadaku di antara malam dan siang sebanyak 70 kali; “Aku telah memilihmu untuk diri-Ku”. Di katakan juga kepadaku sebanyak 70 kali; “Dan sesungguhnya kamu di asuh di bawah pengawasan-Ku”.
يَا عَزِيْزُ ـ أَنْتَ وَاحِدٌ فِي السَّمَاءِ ، وَأَنَا وَاحِدٌ فِي اْلأَرْضِ ، يُقَالُ لِيْ بَيْنَ اللَّيْلِ وَالنَّهَار سَبْعِيْنَ مَرَّةً "وَأَنَا اخْتَرْتُكَ لِنَفْسِيْ" ، وَيُقَالُ  لِيْ أَيْضًا سَبْعِيْنَ مَرَّةً "وَلِتُصْنَعَ عَلَى عَيْنِيْ


(Tuan Syaikh berkata;) Demi kemenangan Tuhanku! Sesungguhnya orang-orang yang beruntung dan orang-orang yang celaka, semuanya di laporkan kepadaku, dan diberhentikan disisiku, dan sesungguhnya cahaya mataku bermukim di Lauh Mahfudz, aku adalah orang yang menyelam dalam lautan ‘ilmu yang Qodim, aku adalah bukti atas dirimu kelak di hari pembalasan, dan aku adalah pengganti dan penerus Rasulullah shallallahun ‘alaihi wasallam. Di katakan; “Wahai ‘Abdul Qodir! Berbicaralah, pembicaraanmu pasti di dengar”.
وَعِزَّةِ رَبِّيْ ، إِنَّ السُّعَدَاءَ  وَاْلأَشْقِيَاءَ يُعْرَضُوْنَ عَلَيَّ ، وَيُوْقَفُوْنَ لَدَيَّ ، وَإِنَّ نُوْرَ  عَيْنِيْ فِي اللَّوْحِ الْمَحْفُوْظِ مُقِيْمٌ ، أَناَ غَائِصٌ فِيْ بَحْرِ عِلْمِ الْقَدِيْمِ ، أَنَا حُجَّةُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ يَوْمَالْعَرْضِ ، أَنَا نَائِبُ رَسُوْلِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَوَارثُهُ ، يُقَاُل : يَا عَبْدَ الْقَادِر ! تَكَلَّمْ يُسْمَعْ مِنْكَ ،


Tuan syaikh berkata; Demi Allah, aku tidak pernah minum sehingga di katakan kepadaku;  Wahai ‘Abdul qodir, demi haq-Ku atas dirimu,  minumlah! Dan aku tidak pernah makan sehingga dikatakan kepadaku; Demi haq-Ku atas dirimu, makanlah! Dan Aku telah mengamankan dirimu dari kehancuran.
قَالَ الشَّيْخُ عَبْدُ الْقَادِر : وَاللَّهِ مَا شَرِبْتُ حَتَّى قِيْلَ لِيْ : يَا عَبْدَ الْقَادِر ، بِحَقِّيْ عَلَيْكَ اشْرَبْ ، وَمَا أَكَلْتُ حَتَّى قِيْلَ لِيْ : بِحَقِّيْ عَلَيْكَ كُلْ ، وَأَمَّنْتُكَ مِنَ الرَّدَى


(Tuan Syaikh) berkata; Tahun, datang mengucapkan salam kepadaku dan mengabarkan apa saja yang ada dan yang terjadi di dalamnya, begitu pula bulan, minggu dan hari. Suatu hari, ketika tuan syaikh duduk di atas kursi berkata; Apabila kamu semua memohon kepada Allah, maka memohonlah kepada-Nya dengan berwasilah (berperantara) kepadaku.
تَجِيْءُ السَّنَةُتُسَلِّمُ عَلَيَّ ، وَتُخْبِرُنِيْ بِمَا يَجْرِيْ فِيْهَا ، وَكَذاَ الشَّهْرُ ، وَكَذاَ اْلأُسْبُوْعُ ، وَكَذاَ الْيَوْمُ ، وَقَالَ مَرَّةً عَلَى  الْكُرْسِيِّ : إذاَ سَأَلْتُمُ اللَّهَ تَعَالَى فَاسْأَلُوْهُ بيْ

Setelah "Fas Aluuhu Bii", bertawasul-lah:

    إلَى حَضْرَةِ النَّبِيِّ الْمُصْطَفَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، ثُمَّ إِلَى أَرْوَاحِ جَمِيْعِ إِخْوَانِهِ مِنَ اْلأَنْبيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ وَآل كُلٍّ وَأَصْحَابِ كُلٍّ وَأَتْبَاعِ كُلٍّ ، ثُمَّ إِلَى أَرْوَاحِ اْلأَوْلِيَاءِ الْمُتَصَرِّفِيْنَ ، خُصُوْصًا لِحَضْرَةِ سَيِّدِنَا الْغَوْثِ سُلْطَانِ اْلأَوْلِيَاءِ الشَّيْخِ عَبْدِ الْقَادِرِ الْجيْلاَنِيِّ وَسَائِرِ اْلأَوْلِيَاءِ وَالْعُلَمَاءِ وَالصِّدِّيْقِيْنَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِيْنَ وَجَمِيْعِ مَشَايِخِنَا وَمَشَايخِهِمْ وَآبَائِنَا وَأُمَّهَاتِنَا وَإِخْوَانِنَا الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ (اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ لَهُمُ) الْفَاتِحَة

    اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ وَنَتَوَسَّلُ إِلَيْكَ بوَلِيِّكَ الْغَوْثِ ، يَا شَيْخَ الثَّقَلَيْنِ ، يَا قُطْبُ الرَّبَّانِيُّ ، يَا غَوْثُ الصَّمَدَانِيُّ ، يَا مُحْييَ الدِّيْنِ أبَا مُحَمَّدٍ سَيِّدَنَا الشَّيْخَ عَبْدَ الْقَادِر الْجيْلاَنِيّ ، إِنَّا نَتَوَسَّل بكَ إِلَى رَبِّكَ فِيْ قَضَاءِ حَاجَتِنَا هَذِهِ ... اَللَّهُمَّ فَشَفِّعْهُ فِيْنَا شَفَاعَةً تُنْجِيْنَا بهَا مِنْ جَمِيْعِ اْلأَهْوَال وَاْلآفَاتِ ، وَتَقْضِيْ لَنَا بهَا جَمِيْعَ الْحَاجَاتِ ، وَتَكْفِيْنَا بهَا جَمِيْعَ الْمُهِمَّاتِ ، وَتَرْفَعُنَا بهَا أَعْلَى الدَّرَجَاتِ ، وَتَدْفَعُ بهَا عَنَّا جَمِيْعَ الْبَلِيَّاتِ ، وَتَحُلُّ بهَا جَمِيْعَ الْمُشْكِلاَتِ ، وَتُجِيْبُ بهَا جَمِيْعَ الدَّعَوَاتِ ، وَتَشْفِيْنَا بهَا مِنْ جَمِيْعِ اْلأَسْقَامِ وَالدَّاءَاتِ ، وَتُوَسِّعُ لَنَا بهَا اْلأَرْزَاقَ الطَّيِّبَاتِ ، وَتُحَسِّنُ لَنَا بهَا الْعَاقِبَاتِ وَالْخَاتِمَاتِ ، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

(Adalah Kanjeng Syaikh ra. warna kulitnya sawu matang, kedua alisnya bertemu, jenggotnya lebat dan panjang, dadanya bidang, badannya ramping, tingginya sedang, suaranya nyaring, dan merdu, mudah menetes air matanya, sangat takut kepada Allah ta'ala, besar kewibawaannya, do'anya mustajabah, luhur budi pekertinya, keatas maupun kebawah keturunannya baik, paling jauh-jauhnya manusia dari perbuatan jahat, dan sedekat dekatnya manusia kepada perbuatan yang benar, sangat dimurkanya bila mengetahui larangan Allah diterjang,tidak marah karena hanya menuruti hawa nafsunya, tidak mau menolong karena selain Allah, tidak pernah menolak orang minta-minta walaupun salah satu bajunya yang diminta, pertolongan Allah yang menjadi dasar pokok hidupnya.semua thoriqnya dikuatkan oleh Allah, ilmunya menjadi pembersih kotoran, pendekatannya kepada Allah menguatkan kewaliannya, ingat kepada Allah dengan hudlur yang menjadi gudangnya, ma'rifatnya kepada Allah menjadi bentengnya, munajatnya kepada Allah menjadi amal perbuatannya, kewaspadaannya sebagai pengubung dirinya kepada Allah, mesra kepada Allah menjadi kawan berbincangnya, lapang dada menjadi kecintaannya, kebenaran menjadi lambang hidupnya, terbukanya hati menjadi bekalnya, sifat penyantun menjadi wataknya, dzikir kepada Allah menjadi ucapannya, persaksiannya kepada Allah menjadi obat, peraturan agama menjadi jembatannya, semua sifat-sifat ilmu hakikat menjadi kepribadiannya, menyerah dan puas akan ketentuan Allah, dengan menyadari tidak ada daya dan kekuatan kecuali pertolongan dari Allah, thoriqohnya menurut tauhid, meyakinkan ke Esaan Allah, dzikir dengan hati yang hudlur pada waktu bertandang ibadah kepada Allah, beliau adalah seorang yang sangat menyadari akan kejadiannya sebagai hamba Allah, dengan secararutin beribadah kepada Allah, bukan untuk sesuatau dan tidak karena sesuatu, tetapi ibadahnya ikhlas karena sebagai hamba yang setia kepada sifat-sifat kesempurnaan Allah dan beliau adalah hamba Allah yang agung, yang selalu menyatu jiwanya dengan Allah waktu berdzikir dan disertai menepati terhadap hukum-hukum Allah.)
وَكَانَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَسْمَرَ اللَّوْنِ ، مَقْرُوْنَ الْحَاجِبَيْنِ ، عَرِيْضَ اللِّحْيَةِ طَوِيْلَهَا ، عَرِيْضَ الصَّدْرِ، نَحِيْفَ الْبَدَنِ ، رَبْعَ الْقَامَةِ ، جَوْهَرِيَّ الصَّوْتِ بَهِيَّ الصَّوْتِ ، سَرِيْعَ الدَّمْعَةِ ، شَدِيْدَ الْخَشْيَةِ ، كَثِيْرَ الْهَيْبَةِ ، مُجَابَ الدَّعْوَةِ ، كَرِيْمَ اْلأَخْلاَقِ ، طَيِّبَ اْلأَعْرَاقِ ، أبْعَدَ النَّاسِ عَنِ الْفُحْشِ ، وَأقْرَبَهُمْ إلَى الْحَقِّ ، شَدِيْدَ الْبَأْسِ ـ إذاَ انْتُهِكَ مَحَارمُ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ لاَ يَغْضَبُ لِنَفْسِهِ ، وَلاَ يَنْصُرُ لِغَيْرِ رَبِّهِ ، وَلاَ يَرُدُّ سَائِلاً وَلَوْ بأَحَدِ ثَوْبَيْهِ ، وَكَانَ التَّوْفِيْقُ رَائِدَهُ ،وَالتَّأْييْدُ مَعَارضَهُ ، وَالْعِلْمُ مُهَذِّبَهُ ، وَالْقُرْبُ مُؤَيِّدَهُ ،وَالْمُحَاضَرَةُ كَنْزَهُ ، وَالْمَعْرِفَةُ حِرْزَهُ ، وَالْخِطَابُ مَسِيْرَهُ ، وَاللَّحْظُ سَفِيْرَهُ ، وَاْلأُنْسُ نَدِيْمَهُ ، وَالْبَسْطُ نَسِيْمَهُ ، وَالصِّدْقُ رَايَتَهُ ، وَالْفَتْحُ بضَاعَتَهُ ، وَالْعِلْمُ ضَيْعَتَهُ ، وَالذِّكْرُ سَمِيْرَهُ ، وَالْمُكَاشَفَةُ غِذَاءَهُ ،وَالْمُشَاهَدَةُ شِفَاءَهُ ، وَآدَابُ الشَّرِيْعَةِ ظَاهِرَهُ ،وَأوْصَافُ الْحَقِيْقَةِ سَرَائِرَهُ ، قَدَمُهُ التَّفْوِيْضُ وَالْمُوَافَقَةُ ، مَعَ التَّبَرِّيْ مِنَ الْحَوْل وَالْقُوَّةِ ، وَطَرِيْقُهُ تَجْرِيْدُ التَّوْحِيْدِ ، وَتَوْحِيْدُ التَّفْرِيْدِ ، مَعَ الْحُضُوْر فِيْ مَوْقِفِ الْعُبُوْدِيَّةِ ، بَشَرٌ قَائِمٌ فِيْ مَوْقِفِ الْعَبْدِيَّةِ ، لاَ بشَيْءٍ وَلاَ لِشَيْءٍ ، وَكَانَتْ عُبُوْدِيَّتُهُ مُسْتَمَدَّةً مِنْ مَحْضِ كَمَال الرُّبُوْبيَّةِ ، فَهُوَ عَبْدٌ سَمَا عَنْ مُصَاحَبَةِ التَّفْرِقَةِ إلَى مُرَافَقَةِ الْجَمْعِ مَعَ لُزُوْمِ أحْكَامِ الشَّرِيْعَةِ


(Keistimewaan-keistimewaan kanjeng Syaikh ra. masih banyak lagi, perilaku utamanya namapak jelas, bahkan lebih terang dari matahari diwaktu duhur. beliau wafat pada hari jum'at tanggal sebelas, Rabi'ul akhir 571 H. umurnya sembilan puluh satu tahun. makamnya dikampung Bebul Aroj, Baghdad dan banyak dikunjungi orang dari berbagai manca negara. Semoga Allah meridhoinya dan memberikan kemanfa'atan kepada kita semua aebab beliau, Allahumma amiin.)
وَفَضَائِلُهُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ كَثِيْرَةٌ ، وَأحْوَالُهُ أظْهَرُ مِنْ شَمْسِ الظَّهِيْرَةِ ، وَكَانَتْ وَفَاتُهُ ـ دَامَتْ عَلَيْنَا بَرَكَاتُهُ ـ فِي الْيَوْمِ الْحَادِيَ عَشَرَ مِنْ شَهْرِ رَبيْعِ الثَّانِيْ ، سَنَةَ إحْدَى وَسِتِّيْنَ وَخَمْسِمِائَةٍ ، وَعُمْرُهُ إحْدَى وَتِسْعِيْنَ سَنَةً ، وَدُفِنَ ببَغْدَادَ وَقَبْرُهُ ظَاهِرٌ يُزَارُ ، وَيُقْصَدُ مِنْ سَائِرِ اْلأَقْطَار ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ وَنَفَعَنَا بهِ أجْمَعِيْنَ ، اللَّهُمَّ آمِيْن ، اللَّهُمَّ آمِيْن


•══════◎❅◎❦۩❁۩❦◎❅◎══════•



Ya Allah, Tebarkanlah secara terus-menerus bau harum anugerah keridhoan dari Engkau kepada Kanjeng Syaikh, dan tolonglah kami dengan rahasia kewalian yang Engkau titipkan kepada beliau.
اللَّهُمَّ انْشُرْ نَفَحَاتِ الرِّضْوَانِ عَلَيْهِ ۞ وَأمِدَّنَا باْلأَسْرَار الَّتِيْ أوْدَعْتَهَا لَدَيْهِ


•══════◎❅◎❦۩❁۩❦◎❅◎══════•

Bab 8


•══════◎❅◎❦۩❁۩❦◎❅◎══════•


Setelah sampai apa yang menjadi keinginan kami dan telah sempurna apa yang menjadi tujuan kami, dengan sopan dan rendah hati, kita angkat tangan kita kehadapan Allah Ta'ala dengan berwasilah melaui kanjeng Syekh Abdul Qodir Al-Jailani serta keturunan beliau yang memiliki pribadi mulia dan perilaku terhormat, maka kita berdo'a:
وَحَيْثُ انْتَهٰى مَا أَرَدْنَاهُ وَتَمَّ مَا اهْتَمَمْنَا بِهِ وَقَصَدْنَاهُ فَلْنَرْفَعْ إِلَى اللّٰهِ تَعَالَى أَكُفَّ الْإِبْتِهَالِ وَنَتَوَسَّلُ بِهِ وَبِنَتَائِجِهِ أَرْبَابِ الْأَذْوَاقِ وَالْأَحْوَالِ ، فَنَقُوْلُ :


Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Ya Allah sesungguhnya kami memohon kepada Engkau dengan lantaran nafas-nafas al-'Arif (wali yang ahli ma'rifat) teragung ini (yaitu kanjeng Syekh Abdul Qodir Al-Jailani), (dan dengan lantaran beliau yang merupakan "sir") rahasia yang lebih suci, (yang juga merupakan) pewaris Nabi Muhammad, yang mempunyai kedudukan tinggi di hadapan Allah.
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ ، اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكُ بِأَنْفَاسِ هٰذَا الْعَارِفِ الْأَكْبَرِ ، وَالسِّرِّ الْأَطْهَرِ الْوَارِثِ الْمُحَمَّدِيِّ ، صَاحِبِ الْإِدْلَالِ عَلَي الْبِسَاطِ الْعِنْدِيِّ


Dan (sesungguhnya kami memohon kepada Engkau) dengan lantaran orang-orang yang mengikuti jejak kanjeng Syekh yang lebih bercahaya, dan dengan lantaran orang-orang yang menimba air minum ma'rifat kanjeng Syekh yang lebih manis dan lebih agung. Semoga Engkau berkenan menolong kami dengan lantaran nafas-nafas para beliau semua, dan semoga Engkau berkenan mendekatkan kami kepada buah-buah dari apa yang telah ditanam oleh para beliau semua.
وَبِالسَّالِكِيْنَ عَلَي مِنْهَاجِهِ الْأَنْوَرِ ، وَالْمُغْتَرِفِيْنَ مِنْ مَنْهَلِ مَعَارِفِهِ الْأَعْذَبِ الْأَزْخَرِ ، أَنْ تُمِدَّنَا بِطِيْبِ أَنْفَاسِهِمْ ، وَتُدْنِيَ لَنَا مِنْ ثِمَارِ غِرَاسِهِمْ


Wahai para arwah yang disucikan, wahai Khotmu (wali pamungkas al-Quthbul Goutsul Fardul Jami', Raja para wali di zaman ini), wahai al-Quthub (wali pusat bumi, Imamnya para Wali), wahai Imaman (dua imamnya para wali yang berada di kanan dan kirinya wali Quthub), wahai Autad (para wali paku bumi yang berada di empat penjuru dunia), wahai Abdal (para wali yang mendapat anugerah hati mereka seperti hatinya Nabi Ibrohim).
يَا أَيَّتُهَا الْأَرْوَاحُ الْمُقَدَّسَةُ يَا خَتْمُ يَا قُطْبُ يَا إِمَامَانِ يَا أَوْتَادُ يَا اَبْدَالُ


Wahai Ruqoba' (para wali yang waspada akan firman-firman Allah), wahai Nujaba' (para wali yang sangat dermawan, yang do'a-do'anya sangat mustajab), wahai Nuqoba' (tiga ratus wali yang mengetahui bathinnya manusia), wahai Ahlal Goiroh (para wali pembela agama Allah), wahai Ahlal Akhlaq (para wali yang senantiasa berbudi pekerti yang luhur), wahai Ahlas Salamah (para wali yang suka menyelamatkan), wahai Ahlal 'Ilmi (para wali yang mendapat anugerah ilmu ladunniy), wahai Ahlal Basthi (para wali yang lapang dada), wahai Ahlal Janan wal Ath-fi (para wali yang ahli menjaga jiwanya dan sangat berbelas kasih).
يَا رُقَبَاءُ يَا نُجَبَاءُ يَا نُقَبَاءُ يَا أَهْلَ الْغَيْرَةِ يَا أَهْلَ الْأَخْلَاقِ يَا أَهْلَ السَّلَامَةِ يَا أَهْلَ الْعِلْمِ يَا أَهْلَ الْبَسْطِ يَا أَهْلَ الْجَنَانِ وَالْعَطْفِ


Wahai Ahlad Dlifan (para wali yang ahli menghormati tamu), Ayyuhasy Syakshul Jami' (para wali yang ahli mengumpulkan ilmu syari'at, thoriqot, hakikat dan ma'rifat), wahai Ahlal Anfas (para wali yang menjaga nafasnya dengan berdzikir), wahai Ahlal Goibi Minkum wasy Syahadah (para wali yang tidak kelihatan dan yang kelihatan), wahai Ahlal Quwwati wal 'Azm (para wali yang mendapat anugerah kekuatan tashorruf fil 'alam, kekuatan imdad, kekuatan ilmu dan waridat serta kemampuan menduduki maqom khilafah ulil azmi), wahai Ahlal Haibati wal Jalal (para wali yang sangat takut kepada Allah dan sangat mengagungkan Allah sehingga muncullah wibawa dan keagungan yang luar biasa sebagai anugerah khusus dari Allah), wahai Ahlal Fat-hi (para wali yang ahli terbuka mata hati, pikiran dan akalnya terhadap apa saja yang dijumpainya), wahai Ma'arijil Ula (para wali yang ahli naik ke berbagai tangga Maqom yang luhur), wahai Ahlan Nafsi (para wali yang ahli mujahadah terhadap lahir-batin diri sendiri), wahai Ahlal Imdad (para wali yang ahli menolong), wahai Ahla Sholsholatil Jaros (para wali yang ahli menerima ilham yang suaranya bagai gemerincing kelintingan), wahai Quthbul Qohir (Imamnya para wali yang mengalahkan), wahai Quthbar Roqo'iq (Imamnya para wali yang berbelas kasih), wahai Quthba Saqithir Rofrof ibni Saqithil 'Arsy (Imam para wali yang menerima perintah dari Rof'rof, yaitu putera dari wali yang menerima mandat dari 'arsy).
يَا أَهْلَ الضِّيْفَانِ ، يَا أَيُّهَا الشَّخْصُ الْجَامِعُ ، يَا أَهْلَ الْأَنْفَاسِ ، يَا أَهْلَ الْغَيْبِ مِنْكُمْ وَالشَّهَادَةِ ، يَا أَهْلَ الْقُوَّةِ وَالْعَزْمِ ، يَا أَهْلَ الْهَيْبَةِ وَالْجَلَالِ ، يَا أَهْلَ الْفَتْحِ ، يَا أَهْلَ مَعَارِجِ الْعُلٰي ، يَا أَهْلَ النَّفْسِ ، يَا أَهْلَ الْإِمْدَادِ ، يَا أَهْلَ صَلْصَلَةِ الْجَرَسِ ، يَا قُطْبُ الْقَاهِرُ ، يَا قُطْبَ الرَّقَائِقِ ، يَا قُطْبَ سَقِيْطِ الرَّفْرَفِ ابْنِ سَاقِطِ الْعَرْشِ


Wahai Ahlal Gina Billah (para wali yang di dalam hatinya benar-benar cukup dengan Allah), wahai Quthbal Kzosy-yah (Imam para wali yang sangat khosy-yah (takut) kepada Allah), wahai Ahla Ainit Tahkim waz Zawa'id (para wali yang kuat keyakinannya dengan ilmu hikmah dan ilmu ziyadah yaitu ilmu ma'rifat kepada Allah), wahai Ahlal Budala' (para wali yang ahli menjadi pengganti dalam hal kholifah dari Rasulullah), wahai Ahlal Jihatis Sitti (para wali yang menetap di enam arah), wahai Mulamatiyyah (para wali yang hatinya tidak menampakkan kebaikan dan juga tidak memendam keburukan, yaitu para wali yang amal-amalnya tenggelam di dalam ihlas, cinta, futuwwah dan kebenaran), wahai Fiqoro' (para wali yang di hatinya semua yang kebutuhan hanya Allah), wahai Shufiyyah (para wali yang bening, bersih dan indah hatinya), wahai 'Ubbad (para wali yang ahli dalam ibadah), wahai Zuhhad (para wali yang ahli dalam kezuhudan yang sebenarnya), wahai Rijalal Ma' (pars wali yang diberi anugerah berjalan di atas air).
يَا أَهْل الْغِنٰى بِاللّٰهِ ، يَا قُطْبَ الْخَشْيَةِ ، يَا أَهْلَ عَيْنِ التَّحْكِيْمِ وَالزَّوَائِدِ ، يَا أَهْلَ الْبُدَلَاءِ ، يَا أَهْلَ الْجِهَاتِ السِّتِّ ، يَا مُلَامَتِيَّةُ ، يَا فُقَرَاءُ ، يَا صُوْفِيَّةُ ، يَا عُبَّادُ ، يَا زُهَّادُ ، يَا رِجَالَ الْمَاءِ


Wahai Afrod (para wali yang suka menyendiri), wahai Umana' (para wali yang jadi "Aminullah" mendapat kepercayaan khusus dari Allah), wahai Qurro' (para wali yang menyibukkan diri dengan membaca Al-Qur'an), wahai Ahbab (seluruh wali yang terkasih di hadapan Allah), wahai Ajilla' (para wali yang agung-agung pangkatnya), wahai Mukhadditsun (para wali yang sangat ahli di bidang hadits Nabi), wahai Tsumaro' (para wali yang ahli tidak tidur malam karena munajat, muroqobah dan khudlur bersama Allah), wahai seluruh wali yang mewarisi wali-wali Allah yang merasa dzolim kepada dirinya serta menuju dan berlomba kepada kebaikan, Ayyuhal Arwahit Thohiroh min Rijalil Goibi wasy Syahadah (semua ruh yang suci dari golongan wali-wali Allah yang hidup di dunia yang tidak tampak atau tidak diketahui dan yang hidup di alam nyata).
يَا أَفْرَادُ ، يَا أُمَنَاءُ ، يَا قُرَّاءُ ، يَا أَحْبَابُ ، يَا أَجِلَّاءُ ، يَا مُحَدِّثُوْنَ ، يَا سُمَرَاءُ ، يَا وَرَثَةَ الظَّالِمِ لِنَفْسِهِ مِنْكُمْ وَالْمُقْتَصِدِ وَالسَّابِقِ بِالْخَيْرَاتِ ، أَيُّهَا الْأَرْوَاحُ الطَّاهِرَةُ مِنْ رِجَالِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ


Semoga engkau semua wahai para kekasih Allah menolong kami (dengan memohonkan kepada Allah) agar terwujud: keberhasilan dari apa saja yang dicari, kemudahan dari apa saja yang diinginkan, semangat di dalam mencapai tujuan, selamat dari perkara yang ditakutkan, tertutupnya aib-aib, terlunasinya hutang-hutang, menguatnya baik sangka, hilangnya tabir-tabir yang menggelapkan, tercapainya ahir yang baik di dalam banyak hal terutama ahir hayat, lenyapnya segala kesedihan dan diampuninya dosa-dosa.
كُوْنُوْا عَوْنًا لَنَا فِي نَجَاحِ الطَّلَبَاتِ ، وَتَيْسِيْرِ الْمُرَادَاتِ ، وَإِنْهَاضِ الْعَزَمَاتِ ، وَتَأْمِيْنِ الرَّوْعَاتِ ، وَسِتْرِ الْعَوْرَاتِ ، وَقَضَاءِ الدُّيُوْنِ ، وَتَحْقِيْقِ الظُّنُوْنِ ، وَإِزَالَةِ الْحُجُبِ الْغَيَاهِبِ ، وَحُسْنِ الْخَوَاتِمِ وَالْعَوَاقِبِ ، وَكَشْفِ الْكُرُوْبِ ، وَغُفْرَانِ الذُّنُوْبِ


Wahai hamba-hamba Allah, wahai wali-wali Allah ۞ Tolonglah kami karena Allah. Bantulah kami karena Allah ۞ semoga tercapai hajat kami karena anugerah Allah.

Semoga rahmat Allah senantiasa tercurah untuk Nabi al-Kafiy ۞ Dan juga kesejahteraan Allah senantiasa tercurah atas Nabi asy-Syafiy (yang menyembuhkan penyakit dengan segala pertolongan Allah). Ya Allah dengan perantara Sang Penghidup Ilmu Agama (Syekh Abdul Qodir al-Jailani) ۞ selamatkanlah kami dari segala bala' Ya Allah.
عِبَادَ اللّٰهْ رِجَالَ اللّٰهْ ۞ أَغِيْثُوْنَا لِأَجْلِ اللّٰهْ ، وَكُوْنُوْا عَوْنَنَا لِلّٰهْ ۞ عَسَى نَحْظَى بِفَضْلِ اللّٰهْ

عَلَى الْكَافِيْ صَلَاةُ اللّٰهْ ۞ عَلَى الشَّافِيْ سَلَامُ اللّٰهْ ، بِمُحْيِ الدِّيْــنِ خَـلِّصْــنَا ۞ مِـنَ الْبَــلْــوَٓاءِ يَــا اَللّٰهْ


Wahai para Wali Qutub, wahai para Wali yang dermawan ۞ Wahai para Sayyid dan para Habib. Wahai para Wali yang memiliki akal sempurna ۞ Engkaulah penolong, penyantun, datanglah kemari tolonglah karena Allah.
وَيَا أَقْطَابْ وَيَا أَنْجَابْ ۞ وَيَا سَادَاتْ وَيَا أَحْبَابْ ، وَأَنْتُمْ يَا أُوْلِي اْلأَلْبَابْ ۞ تَعَالَوْا وَانْصُرُوْا لِلّٰهْ


Dengan perantara engkau kami memohon, dengan perantara engkau kami memohon ۞ Dengan mengharapkan doamu kami dekat dengan Allah. Dengan maksud perantara engkau, untuk tercapai urusan kami ۞ Karenanya kokohkanlah tujuan kami karena Allah.
سَأَلْنَاكُمْ سَأَلْنَاكُمْ ۞ وَلِلزُّلْفَى رَجَوْنَاكُمْ ، وَفِيْ أمْرٍ قَصَدْنَاكُمْ ۞ فَشُدُّوْا عَزْمَكُمْ لِلّٰهْ


Wahai Tuhan kami, dengan perantara tuan-tuan yang menjadi wali ۞ Kokohkanlah petunjuk-Mu kepada kami. Semoga lekas datang kebahagiaan kami ۞ Semoga waktu kami bersih untuk beribadah karena Allah.
فَيَا رَبِّيْ بِسَادَتِيْ ۞ تَحَقَّقْ لِيْ إِشَارَتِيْ ، عَسٰى تَأْتِيْ بِشَارَتِيْ ۞ وَيَصْفُوْ وَقْتُنَا لِلّٰهْ


Dengan terbukanya tirai penutup dari mata kami ۞ Dan hilangkan penghalang antara kami dan Allah. Dan terhapusnya pertanyaan dalam hati "Bagaimana Allah dan di mana Allah" ۞ Dengan cahaya Dzat Engkau Ya Allah.
بِكَشْفِ الْحُجْبِ عَنْ عَيْنيْ ۞ وَرَفْعِ الْبَيْنِ مِنْ بَيْنِيْ ، وَطَمْسِ الْكَيْفِ وَاْلأَيْنِ ۞ بنُوْرِ الْوَجْهِ يَا اَللّٰهْ


Wahai Tuhan kami, semoga kesejahteraan Allah ۞ Dilimpahkan kepada orang yang datang dengan membawa petunjuk kepada kami (yaitu Nabi Muhammad). Yang dengannya datang kebenaran sebagai agama kami ۞ Dan memberi syafaat kepada para makhluk di sisi Allah.
صَلَاةُ اللّٰهِ مَوْلَانَا ۞ عَلَى مَنْ بِالْهُدَى جَانَا ، وَمَنْ بِالْحَقِّ أوْلَانَا ۞ شَفِيْعِ الْخَلْقِ عِنْدَ اللّٰهْ


Ya Allah, sebagaimana yang telah Engkau datangkan kepada kami kitab-Mu yang Engkau jelaskan di dalamnya tatanan hukum agama-Mu, dan Engkau turunkan wahyu-Mu untuk membedakan antara yang halal dan yang haram, dan Engkau bangkitkan semangat kami untuk menghadang pahala (membaca kitab-Mu) yang agung, dan Engkau peringatkan kami akan pedihnya siksamu, karena itu jadikanlah kami termasuk termasuk golongan orang-orang yang lunak hatinya ketika mendengar ayat-ayat-Mu, termasuk golongan orang-orang yang tunduk kepada-Mu dengan mengikuti perintah-perintah dan menjauhi larangan-larangan dalam kitab-Mu. Jadikanlah kitab-Mu sebagai pelita perjalanan kami sampai hari kiamat, dan menjadi tangga-naik kami kepada kampung kelanggengan.
اَللَّهُمَّ وَكَمَا اَخْضَرْتَنَا خَتْمَ كِتَابِكَ ، اَلَّذِيْ أَعْرَبْتَ فِيْهِ عَنْ شَرَائِعِ أَحْكَامِكَ ، وَوَحْيِكَ الَّذِيْ أَنْزَلْتَهُ مُفَرِّقًا بَيْنَ حَلَالِكَ وَحَرَامَكَ وَنَدَبْتَنَا لِلتَّعَرُّضِ لِثَوَابِهِ الْجَسِيْمِ ، وَحَذَّرْتَنَا عَلَى لِسَانِ وَعِيْدِهِ شَدِيْدَ عَذَابِكَ الْأَلِيْمِ ، فَاجْعَلْنَا مِمَّنْ تَلِيْنُ قُلُوْبُهُمْ عِنْدَ سَمَاعِ آيَاتِهِ ، وَيَدِيْنُ لَكَ بِامْتِثَالِ أَوَامِرِهِ ومَنْهِيَّاتِهِ ، فَاجْعَلْهُ نُوْرًا نَسْعٰى بِهِ إِلَى عَرَصَاتِ الْقِيَامَةِ ، وَسُلَّمًا نَعْرُجُ بِهِ إِلَى دَارِ الْمُقَامَةِ


Ya Allah dengan kitab-Mu ini, mudahkanlah kami dari pedih susahnya meninggalkan dunia apabila sudah dekat kepada kami saat pemberangkatan ke kampung kelanggengan, dan ketika roh kami sudah sampai di tenggorokan, dan malaikat maut sudah menampakkan diri dari tirai kegoiban serta diucapkan: Siapakah yang dapat mengobati sakitnya mati? Dan telah menyatu betis yang satu dengan lainnya, digiring pada hari itu kepada Tuhan-Mu, kemudian semua catatan amal dikalungkan dileher-leher mereka.
اَللّٰهُمَّ وَسَهِّلْ بِهِ عَلَيْنَا كَرْبَ السِّيَاقِ إِذَا دَنَا مِنَّا الرَّحِيْلُ ، وَبَلَغَتِ الرُّوْحُ مِنَّا التَّرَاقِيْ ، وَتَجَلّٰي مَلَكُ الْمَوْتِ لِقَبْضِهَا مِنْ حُجُبِ الْغُيُوْبِ ، وَقِيْلَ مَنْ رَاقٍ ، وَالْتَفَّتِ السَّاقُ بِالسَّاقِ ، إِلَى رَبِّكَ يَوْمَئِذٍ الْمَسَاقُ ، وَصَارَتِ اَ‌لْأَعْمَالُ قَلَائِدَ فِي الْأَعْنَاقِ


Ya Allah, semoga Engkau tidak mengikat tangan ke leher telapak tangan yang pernah menengadah memohon kepada Engkau dengan tadlorru', dan disandarkannya sholat-sholat itu kepada Engkau, ruku' dan sujud di hadlirat Engkau. Dan semoga Engkau tidak merantai dengan rantai neraka Jahim kaki-kaki orang-orang yang suka berjalan kepada-Mu, dan keluar dari rumah-rumah ke masjid-masjid karena berharap rahmat dan ridlo dari-Mu, dan janganlah Engkau jadikan tuli pendengaran yang dapat merasakan manisnya bacaan kitab-Mu yang mulia, dan janganlah Engkau menghapus dengan kebutaan mata-mata yang menangis dalam kegelapan malam karena takut akan siksa-Mu yang pedih.
اَللَّهُمَّ لَا تَغُلَّ يَدًا إِلَى الْأَعْنَاقِ أَكُفًّا تَضَرَّعَتْ إِلَيْكَ وَاعْتَمَدَتْ فِي صَلَوَاتِهَا عَلَيْكَ ، رَاكِعَةً وَسَاجِدَةً بَيْنَ يَدَيْكَ ، وَلَا تُقَيِّدْ بِأَنْكَالِ الْجَحِيْمِ اَقْدَامًا سَعَتْ إِلَيْكَ ، وَبَرَزَتْ مِنْ مَنَازِلِهَا إِلَى الْمَسَاجِدِ طَامِعَةً فِيْمَا لَدَيْكَ ، وَلَا تُصِمَّ اَسْمَاعًا تَلَذَّذَتْ بِحَلَاوَةِ تِلَاوَةِ كِتَابِكَ الْكَرِيْمِ ، وَلَا تَطْمِسْ بِالْعَمٰي أَعْيُنًا بَكَتْ فِي ظُلَمِ اللَّيَالِيْ خَوْفًا مِنْ عَذَابِكَ الْأَلِيْمِ


Ya Allah curahkanlah rahmat dan salam kesejahteraan-Mu kepada penghulu kami Sayyidina Muhammad yang dapat memberi syafaat (dengan idzin-Mu) kepada orang-orang yang mempunyai dosa-dosa, dan untuk keluarganya serta para sahabatnya yang menjadi pengobat hati, dan untuk ummatnya yang telah Engkau buka bagi mereka tiap-tiap penutup hati, dan Engkau perkenankan bagi mereka tiap-tiap yang disukai, selama masih berhembus angin kasturi di waktu sahur, dan masih berbau harum majelis-majelis tempat dibacakannya kisah-kisah orang-orang terpilih lagi suci hatinya bagaikan minyak misik, semoga Allah mengabulkannya.
اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ شَفِيْعِ أَرْبَابِ الذُّنُوْبِ ، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَطِبَّاءِ الْقُلُوْبِ وَعَلٰى أُمَّتِهِ الَّذِي كَشَفْتَ لَهُمْ كُلَّ مَحْجُوْبٍ ، وَاَنَلْتَهُمْ كُلَّ مَحْبُوْبٍ ، مَا هَبَّتِ النَّفَحَاتُ السِّحَرِيَّةُ ، وَتَعَطَّرَتِ الْمَجَالِسُ بِعَرْفِ أَخْبَارِ الْأَخْيَارِ الزَّكِيَّةِ الْمِسْكِيَّةِ ، أٓمِيْنَ


Mahasuci Tuhanmu Yang mempunyai keperkasaan dari apa yang mereka katakan. Dan kesejahteraan dilimpahkan atas para rasul. Dan segala puji bagi Allah, Rab seluruh alam.
سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

Related Posts

  • Do'a Ya Khayyu Ya Qoyyum
  • Do'a Perlindungan
  • Istighfar Habib Ahmad Al Muhdhor
  • Basmalah al-Azhar al-Faihah
  • Sholawat Isya'

Langganan: Posting Komentar (Atom)

Search Article

Label

  • Amalan (263)
  • Fiqh (137)
  • Fathul Qorib (132)
  • Al Qur'an (113)
  • Sanad (65)
  • Sholawat (35)
  • Kutub Islamiyah (25)
  • Biografi (22)
  • Kutubul Qoum (20)
  • Nasehat (16)
  • Adab (15)
  • Islamic Knowledge (12)
  • الاوراد بعد المكتوبات وزياداتها (9)
  • Kitab al-Fawaid (8)
  • Boso Jowo (7)
  • Ngaji Romadlonan 2018 (5)
  • 12 Bulan Qomariyah (4)
  • al-Kawakib al-Madliyyah (3)
  • Tatsbitul Fuadiy (2)
  • Al-Wasa'il (1)
  • Hilal 12 Bulan (1)
  • Qur'an dan Translitersi (1)
  • Transliterasi (1)
Diberdayakan oleh Blogger.

↑