اللهم اجعل هذه الصلاة صِلَةً بيني وبينك ، ولا تجعلها مفاصلة لي عنك ، واجعلها صلاة تنهي عن الفحشاء والمنكر ، واذكرني فيها منك بالذكر الاكبر ، وارنيه في نفسي وعملي ، وَاَصْحِبْنِيهِ صحبة الكرامة الي غاية اجلي ، انك علي كل شيء قدير (درة الاسرار وتحفة الابرار للشيخ الحميري المعروف بابن صباغ ص ٨١) . اهـ
Ya Allah, jadikanlah solat ini "shilah" (penghubung, wujud karunia, jalak wushul) antara hamba dan Engkau, dan janganlah Engkau menjadikan solat ini "mufasholah" (pemisah, sebab tidak bisa wushul, pemutus hubungan) bagi hamba dari Engkau. Dan jadikanlah ia solat yang mencegah dari kekejian dan kemungkaran (di manapun, kapanpun, apapun keadaan hamba, baik lahir maupun batin hamba dan apa saja yang ada di sekitar hamba), dan jadikanlah hamba bisa berdzikir (sebenar-benar dzikir) di dalamnya (yaitu) dari (pertolongan dan anugerah) Engkau dengan "dzikir teragung". Dan perlihatkanlah ia (hakikat, rahasia, keutamaan, keajaiban, cahayanya) di dalam diri hamba dan (terpancar indah di dalam) amal perbuatan hamba. Dan "ash-hib" (jagalah, sertakanlah) ia dalam diri hamba dengan "shuhbatal karomah" (berwujud kemuliaan) sampai tutup usia hamba. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.
وفي المعاني ما نصه : أَذْكَرَهُ حَقَّهُ: نَبَّهَهُ ، جَعَلَهُ يستحضره ويسترجعه في ذهنه . اهـ
Di dalam kamus al-Ma'aniy disebutkan beberapa arti dari kata berbentuk fi'il amr "adz-kir" yang bentuk fi'il madlinya adalah "adz-karo" yang di antara artinya adalah: (nabbaha): menggerakkan, membangkitkan, membangunkan, memasyhurkan. (yastahdliru): menghadirkan. (Yastarji'u fi dzihnihi): memohon perlindungan di dalam "dzihni" (akal, ingatan, kekuatan).
Dan insya Allah ma'na dari "dzikril Akbar" yang kita mohonkan di dalam do'a di atas dapat kita maksudkan sebagai dzikir yang oleh al-Quthb al-Gouts al-Habib Abdullah al-Haddad disebutkan di dalam Risalatul Murid, sebagai berikut:
وقال قطب الارشاد وغوث العباد والبلاد الحبيب عبد الله بن السيد علوي الحداد في رسالة المريد : من سره ان يذوق شيئا من اسرار الطريقة ويكاشف بانوار الحقيقة فليعكف علي الذكر لله بقلب حاضر وأدب وافر وإقبال صادق وتوجه خارق ، فما اجتمعت هذه المعاني في شخص الا كوشف بالملكوت الاعلي وطالعت روحه حقائق العلم الاصفي وشاهدت سره الجمال الأقدس الاسمي . اهـ
Barang siapa ingin "dzauq" merasakan sesuatu dari rahasia-rahasia thoriqoh, dan diberi kasyaf (terbuka mata hatinya) dengan berbagai cahaya hakikat, maka beri'tikaflah (rutinkanlah) berdzikir dengan hati yang hadir, dengan adab yang sempurna, dengan cara menghadap yang sungguh-sungguh, dan hati pikirannya tawajjuh yang di luar kebiasaan. Maka, tiada terkumpul ma'na-ma'na ini (dzikril Akbar) dalam diri seseorang, kecuali ia akan mendapatkan kasyaf terhadap alam malakut yang tinggi, dan muncullah di dalam ruhnya hakikat-hakikat ilmu yang bening, bersih serta elok, dan sir orang tersebut akan bisa musyahadah kepada Yang Maha Indah, Yang Suci, Yang Maha Bercahaya.
Sedangkan ma'na "ash-hibnihi" insya Allah adalah jadikanlah diri ini "Sho-hibus Sholah" sebagaimana ma'na "Shohibud Da'wah" yang dimaksudkan oleh al-Quthb Muhammad al-Gouts al-Husainiy di dalam Jawahirul Khomsi, sebagai berikut:
وفي جواهر الخمس ص ٢٠٨ ما نصه : وليس صاحب الدعوة من يقرأ الاسم من الاوراق بل صاحب الدعوة هو الذي تكون اسرار الدعوة وعجائب الاسماء وغرائبها وخواصها متنقشة في الواح قلبه وينبئ عنها بديهة من نفسه . اهـ
Tidaklah disebut "Shohibud Da'wah" orang yang membaca "ism" (wirid, dzikir, do'a, amalan) dari kitab-kitab, tetapi yang disebut "Shohibud Da'wah" adalah orang yang di dalam hatinya terukir rahasia-rahasia do'a tersebut, keajaiban-keajaibannya dan keanehan karena luar biasanya dan khasiat-khasiatnya dan muncullah dengan jelas dan nyata hal-hal itu dari dirinya.
Begitu juga orang yang disebut "Shohibus Sholah" yaitu orang yang di dalam hatinya terukir rahasia-rahasia sholat, keajaiban-keajaiban dari sholat dan muncullah dengan jelas dan nyata keajaiban-keajaiban dan rahasia-rahasia sholat dari diri orang tersebut. Wallahu a'lam.