Yuk Ngaji

"وبالاخلاص اسلم واقرب الي الاجابة"
  • Home
Home » Fathul Qorib » Fiqh » Menyamak

Menyamak

» Fathul Qorib, » Fiqh
» Senin, 21 Juni 2021



(فَصْلٌ) فِيْ ذِكْرِ شَيْئٍ مِنَ الْأَعْيَانِ الْمُتَنَجِّسَةِ وَمَا يَطْهُرُ مِنْهَا بِالدِّبَاغِ وَمَالَايَطْهُرُ
( Fasal ) menjelaskan tentang barang-barang najis, barang-barang najis yang bisa suci dengan cara di - samak dan yang tidak bisa suci (dengan cara di - samak ).

(وَجُلُوْدُ الْمَيْتَةِ) كُلِّهَا (تَطْهُرُ بِالدِّبَاغِ) سَوَاءٌ فِيْ ذَلِكَ مَيْتَةُ مَأْكُوْلِ اللَّحْمِ وَغَيْرِهِ
Kulit bangkai semuanya bisa suci dengan cara di - samak . Dalam hal itu baik bangkai binatang yang halal dimakan dan yang tidak halal dimakan.


Tata Cara Menyamak

وَكَيْفِيَّةُ الدَّبْغِ أَنْ يَنْزِعَ فُضُوْلَ الْجِلْدِ مِمَّا يُعَفِّنُهُ مِنَ الدَّمِ وَنَحْوِهِ بِشَيْئٍ حِرِّيْفٍ كَعَفْصٍ وَلَوْكَانَ الْحِرِّيْفُ نَجِسًا كَذَرْقِ حَمَامٍ كَفَى فِي الدَّبْغِ
Tata cara menyamak adalah menghilangkan fudlulul (hal-hal yang melekat) kulit yang bisa membuat busuk yaitu berupa darah dan sesamanya, dengan menggunakan barang yang asam / pahit seperti tanaman a f shin [1] . Jika barang pahit yang digunakan itu najis seperti kotoran burung dara, maka sudah dianggap cukup dalam penyamakan .
(إِلَّاجِلْدَ الْكَلْبِ وَالْحِنْزِيْرِ وَمَا تَوَلَّدَ مِنْهُمَا أَوْ مِنْ أَحَدِهِمَا) مَعَ حَيَّوَانٍ طَاهِرٍ, فَلَا يَطْهُرُ بَالدِّبَاغِ
Kecuali kulit bangkai anjing, babi, keturunan keduanya, atau keturunan salah satu dari keduanya hasil perkawinan dengan binatang yang suci. Maka kulit binatang-binatang ini tidak bisa suci dengan cara di - samak .

(وَعَظْمُ الْمَيْتَةِ وَشَعْرُهَا نَجِسٌ) وَكَذَا الْمَيْتَةُ أَيْضًا نَجِسَةٌ
Tulang dan bulunya bangkai hukumnya adalah najis. Begitu juga bangkainya itu sendiri hukumnya juga najis.

وَأُرِيْدَ بِهَا الزَّائِلَةُ الْحَيَّاةِ بِغَيْرِ ذَكَّاةٍ شَرْعِيَّةٍ.
Yang dikehendaki dengan bangkai adalah binatang yang mati sebab selain sembelihan secara syar’i.

فَلَا يُسْتَثْنَى حِيْنَئِذٍ جَنِيْنُ الْمُذَكَّاةِ إِذَا خَرَجَ مِنْ بَطْنِ أُمِّهِ مَيْتًا, لِأَنَّ ذَكَّاتَهُ فِيْ ذَكَّاةِ أُمِّهِ. وَكَذَا غَيْرُهُ مِنَ الْمُسْتَثْنَيَاتِ الْمَذْكُوْرَةُ فِي الْمَبْسُوْطَاتِ
Kalau demikian, maka tidak perlu dikecualikan janinnya binatang yang disembelih (secara syar’i) yang keluar dari perut induknya dalam keadaan mati. Begitu juga bentuk-bentuk pengecualian lain yang dijelaskan di dalam kitab-kitab yang luas keterangannya.

ثُمَّ اسْتَثْنَى مِنْ شَعْرِ الْمَيْتَةِ قَوْلَهُ (إِلَّا الْآدَمِيَّ) أَيْ فَإِنَّ شَعْرَهُ طَاهِرٌ كَمَيْتَتِهِ.
Kemudian mushannaif mengecuali-kan dari bulu bangkai yaitu ungkapan beliau yang berbunyi, “ kecuali anak Adam. ” Maksudnya, maka sesungguhnya rambut dan bulu anak Adam hukumnya suci.

Related Posts

  • Bayyinah
  • Al Kutubusy Syafi'iyyah
  • Sanad Fathul Qorib dan Matnul Goyah
  • Ummul Walad
  • Mudabbar

Langganan: Posting Komentar (Atom)

Search Article

Label

  • Amalan (263)
  • Fiqh (137)
  • Fathul Qorib (132)
  • Al Qur'an (113)
  • Sanad (65)
  • Sholawat (35)
  • Kutub Islamiyah (25)
  • Biografi (22)
  • Kutubul Qoum (20)
  • Nasehat (16)
  • Adab (15)
  • Islamic Knowledge (12)
  • الاوراد بعد المكتوبات وزياداتها (9)
  • Kitab al-Fawaid (8)
  • Boso Jowo (7)
  • Ngaji Romadlonan 2018 (5)
  • 12 Bulan Qomariyah (4)
  • al-Kawakib al-Madliyyah (3)
  • Tatsbitul Fuadiy (2)
  • Al-Wasa'il (1)
  • Hilal 12 Bulan (1)
  • Qur'an dan Translitersi (1)
  • Transliterasi (1)
Diberdayakan oleh Blogger.

↑